Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pantai Ngobaran Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta riuh dengan kedatangan 63 waria. Rombongan wadam bertolak dari Kota Gede Yogyakarta naik bus pariwisata, pada Ahad siang, 27 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka tampil santai dan berdandan. Sepanjang perjalanan, mereka ngrumpi, saling bercanda, dan cekikian. Di luar bus, terik matahari menyengat. Pepohonan jati di kanan kiri sepanjang jalan menuju pantai meranggas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan piknik biasa. Para waria itu bersama Pemimpin Pesantren Waria Al-Fatah Kotagede, Yogyakarta, Shinta Ratri. Ia memandu langsung para waria. Sebagian waria yang Shinta bimbing merupakan pengamen, buruh kuli panggul di pasar, buruh bangunan, pekerja salon, dan pramusaji kafe. Ada juga waria yang pernah menjadi buruh pencari bunga kamboja.
Pantai Ngobaran berada di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari. Untuk mencapai pantai ini perlu waktu 90 menit atau berjarak tempuh 60 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Pantai ini berada di daerah karst, kaya batu karang, dan berpasir putih.
Rombongan waria Pondok Pesantren Waria Al- Fatah Kota Gede Yogyakarta piknik di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, Yogyakarta, untuk merayakan ulang tahun pemimpin pondok pesantren, Shinta Ratri, pada Minggu siang, 27 Oktober 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Di sekitar pantai ini terdapat banyak pura, mirip pantai-pantai di Bali. Ada juga musala dan bangunan yang mirip tempat peribadatan umat Budha. “Masyarakatnya sangat menghargai keberagaman dan sangat menerima waria,” kata Shinta.
Piknik siang itu memang istimewa bagi seluruh anggota rombongan. Hari itu hari yang istimewa untuk Shinta. Para waria semringah. Mereka mengenakan baju pantai dan topi pantai yang lebar. Sebagian membawa baju ganti untuk basah-basahan di pantai. Mereka berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun Shinta yang ke-57 di Pantai Ngobaran.
Saat seremoni dihelat, Shinta berdoa sebelum meniup lilin dan memotong kue ulang tahunnya. Tokoh-tokoh waria, di antaranya Vinolia Wakijo, Ruli, dan Ayu Dewi secara khusus mengucapkan selamat dan berdoa untuk Shinta. “Sehat dan terus menjadi pejuang hak asasi manusia,” kata Ruli.
Shinta baru saja menerima penghargaan sebagai pembela Hak Asasi Manusia (HAM) dari Front Line Defenders, organisasi internasional untuk perlindungan pembela HAM yang berbasis di Irlandia. Dia satu-satunya yang terpilih untuk mendapatkan penghargaan tersebut dari kawasan Asia Pasifik.
Dia bersanding dengan empat orang penerima penghargaan dari Republik Dominika, Tunisia, Rusia dan Malawi. Anggota dewan atau board member Front Line Defenders, Penghargaan ini khusus diberikan untuk pembela HAM berisiko tinggi mengalami kekerasan. Dia menerima penghargaan tersebut di Irlandia.
Beberapa pekan sepulang dari Irlandia, Shinta mengundang waria dan teman-temannya untuk piknik di Pantai Ngobaran, sekaligus merayakan ulang tahun. Tidak hanya waria yang datang, tapi koleganya. Mereka yang ikut bergembira di antaranya dosen Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Lita Widya Hastuti; peneliti Indonesian Consortium for Religious Studies Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Masthuriyah Sa’adan; dan Mila, anak dari pemimpin pondok pesantren Nurul Ummahat Kiai Muhaimin.
Rombongan waria Pondok Pesantren Waria Al- Fatah Kota Gede Yogyakarta piknik di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, Yogyakarta, untuk merayakan ulang tahun pemimpin pondok pesantren, Shinta Ratri, pada Minggu siang, 27 Oktober 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Keluarga dan beberapa orang tetangga Shinta juga ikut bertamasya di pantai Ngobaran. Di pendopo, mereka makan dengan lahap. Mereka rujakan, minum es kelapa muda, menyantap ikan bakar segar yang diambil dari Pantai Ngrenehan, yang lokasinya tak jauh dari Pantai Ngobaran. Sayurnya tumis kangkung berteman sambel bawang super pedas dan kerupuk. Semangka menjadi pencuci mulut.
Setelah itu, sebagian berenang di pantai, menikmati keindahan karang, berteduh di bawah pepohonan, menikmati pemandangan pantai, dan berswafoto. Ada yang berswafoto di perahu yang diletakkan di atas karang, pondok mini di atas karang. Ada juga yang berdoa di sekitar karang-karang tempat para peziarah.
SHINTA MAHARANI