Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak harus ke Medan untuk makan durian lezat. Di Semarang, ada satu varietas durian yang patut diburu penggemar buah beraroma tajam ini, yakni malika. Durian ini hanya terdapat di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, di lahan milik keluarga Muali dan Aslikah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pohon durian ini terdaftar sebagai pohon induk tunggal (PIT) yang artinya hanya satu-satunnya dan tidak identik dengan tanaman-tanaman durian varietas lainnya. Sebelum tercatat sebagai PIT, pohon ini sudah diteliti beberapa ahli, seperti Prof Panca Jarot dari Badan Litbang Holtikultura Solok Sumatera Barat, Prof Mohammad Reza Tirtawinata (Ketua Yayasan Durian Nusantara), termasuk dari Kementerian Pertanian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil penelitian tersebut, pohon indukan durian malika yang memiliki tinggi 30 meter dan diameter sekitar 3,5 meter itu diperkirakan berusia kurang lebih 125 tahun.
Muali bersama pohon indukan durian malika yang tumbuh di kebun miliknya. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Sejarah Durian Malika
Mugiyanto, putra sulung pasangan Muali dan Aslikah, menceritakan bahwa nama malika diambil dari singkatan nama kedua orangtuanya, Muali dan Aslikah. "Karena tanahnya ini aslinya memang milik ibu saya," kata Mugiyanto, seperti dikutip Antara, Jumat, 31 Mei 2024.
Menurut dia, pohon ini sudah ada sejak zaman sang kakek. Namun, penelitian terhadap pohon ini baru dilakukan sejak 2018.
"Kalau untuk penamaan (varietas durian, red.) yang menentukan Kementan. Kami hanya menyarankan (mengusulkan, red.)," kata anggota TNI berpangkat Serda yang juga Babinsa Koramil 19 Borobudur, Kodim 0705 Magelang.
Berbuah 1.000 durian
Ditemui di kebun duriannya, Muali mengatakan bahwa pohon ini tergolong rajin berbuah setiap tahun. Buahnya melimpah, terkadang sampai membuatnya nyaris kewalahan, pernah sampai 1.000 buah sekali panen.
Karena sudah terdaftar sebagai PIT, pohon durian malika ini mulai dikembangkan sejak beberapa tahun lalu. Saat ini, di kebun tersebut telah tumbuh sekitar 30 pohon durian malika dengan kisaran usia empat tahunan yang merupakan turunan langsung dari pohon induknya, namun belum berbuah.
"Durian itu biasanya mulai berbunga (bulan, red.) Agustus. Dari bunga sampai (buahnya, red.) matang sekitar lima bulan. Ya, antara Desember-Januari bisa panen," ujar pria berusia kepala tujuh yang masih cukup enerjik itu.
Cita Rasa Malika
Durian malika memiliki cita rasa khas yang manis dengan daging buah berwarna kuning dan bertekstur kesat, tebal, namun lembut, dengan sedikit rasa pahit.
Diceritakan Muali, banyak tokoh nasional yang sudah merasakan kelezatan durian malika, mulai jenderal hingga Ibu Negara Iriana Joko Widodo pun pernah memesannya.
Sebagaimana pohon durian lainnya, para pemilik pohon durian biasanya mengikat durian di batang pohonnya menjelang masa panen agar tidak berjatuhan, demikian juga dengan Muali. Muali memanjat sendiri, merambat di batang-batang pohon durian, dan mengikat durian satu demi satu, meski sudah sejak setahun ini sudah tidak dilakukannya lagi karena faktor usia.
Durian Unggul Nasional
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan bahwa pihaknya berupaya mengangkat potensi durian lokal, salah satunya varietas malika menjadi durian unggul nasional.
"Durian malika ini sudah disertifikasi pemerintah, artinya ini sudah menjadi aset milik Pemerintah Kota Semarang. Tentunya, kami harus memberikan dukungan dan mengembangkan," kata Ita, sapaan akrabnya.
Selain membantu sertifikasi dan izin edar durian malika, Pemkot Semarang juga berupaya membantu memperbaiki akses jalan dan pavingisasi menuju kebun durian tersebut, membuatkan sumur artesis untuk membantu pengairan dan penyiraman tanaman, serta penangkal petir.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi pada durian kholil. Pohon indukan durian kholil pun nyaris punah setelah sempat terbakar akibat tersambar petir, tapi saat ini durian ini masih bisa dibudidayakan di sekitar kawasan Mijen, Kota Semarang.
ANTARA