Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

JIBB 2023 Jadi Ajang Yogyakarta Kampanyekan Pakai Batik Lebih Luwes

Pada event JIBB 2023 ini ditampilkan display batik koleksi Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman dengan konsep Batik Daur Hidup.

24 Juni 2023 | 06.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Salah satu cuplikan pembukaan ajang JIBB 2023 pada Jumat, 23 Juni 2023. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perhelatan pameran batik dua tahunan Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2023 resmi dimulai pada Jumat, 23 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perhelatan yang tahun ini dipusatkan di Sarinah Jakarta itu menjadi ajang Yogyakarta untuk mengkampanyekan penggunaan batik lebih luwes pada masyarakat luas, terutama di ibukota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada event JIBB 2023 ini ditampilkan display batik koleksi Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman dengan konsep Batik Daur Hidup. Ajang itu juga diramaikan gelaran tarian bertema Borderless Batik yang ditarikan lima penari dengan iringan musik dinamis dan energik dengan koreografer Anter Asmorotedjo.

"Dari event JIBB itu, kami mengajak masyarakat menyadari bahwa batik itu sebenarnya sangat luwes penggunaannya," kata Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Paku Alam X dalam keterangannya, Jumat.

Batik, menurut Paku Alam, merupakan bagian fashion yang tidak membatasi usia, tempat dan wilayah dari penggunanya sehingga batik, bisa dipakai siapapun, kapanpun, dan di manapun.

Paku Alam mengatakan pelestarian batik mensyaratkan adanya rasa memiliki dari masyarakat. Pelestarian batik juga perlu ditindaklanjuti dengan riset dan praktik keberlanjutan, terutama dari generasi millennial dan iGen serta menjadi gaya hidup generasi Z.

"Tujuan utama pada batik itu melestarikan, melindungi, mengembangkan, memberdayakan dan memanfaatkan warisan seni budaya wastra batik," kata Paku Alam

Yogyakarta yang kini menyandang status sebagai Kota Batik Dunia, memanfaatkan ajang JIBB 2023 ini untuk membumikan batik di tanah air. Perhelatan yang mengusung tema Borderless Batik (Bathik tan Winetes) itu digadang mampu memperluas penggunaan dan konsumen batik yang semakin luwes.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) DIY Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengatakan sebagai daerah berpredikat Jogja Kota Batik Dunia, Yogyakarta gencar membuat berbagai event untuk mengkampanyekan batik agar lebih membumi lagi. "Bicara batik artinya bicara konservasi, pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan perajin baik dalam ranah seni maupun industri," kata dia.

Terkait pemilihan Jakarta sebagai lokasi perhelatan JIBB 2023, GKR Hemas mengatakan karena ingin menyasar target publik yang lebih luas. "Pada 2021 silam, event ini mendapat respon sejumlah perwakilan negara asing, mereka turut bersama-sama membatik secara virtual saat itu dan menyatakan ingin berpartisipasi lagi," kata dia.

Yogyakarta ditetapkan Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC) sebagai Kota Batik Dunia pada 18 Oktober 2014. Lalu pada 2016 dimulai penyelenggaraan JIBB pertama kali.

Penetapan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia karena dinilai memenuhi tujuh kriteria, meliputi nilai sejarah (historical value), nilai keaslian (authenticity value), nilai pelestarian (conservation value), nilai ekonomi (economic value), nilai ramah lingkungan (environmental friendly value), nilai global (global value) dan nilai keberlanjutan (sustainability value).

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus