Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kisah Nabi Musa dengan tongkatnya membelah Laut Merah, dari Mesir menyeberang ke Palestina dicatat dalam Taurat, Injil dan Alquran. Cerita itu diimani tiga agama. Tapi Korea Selatan memiliki cerita yang mirip, perihal laut yang “terbelah” lalu orang-orang berjalan di atas tanahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Pulau Jindo, terdapat kisah masa lalu, ketika harimau menyerang pulau itu. Semua orang melarikan diri, kecuali seorang wanita tua yang malang. Ia pun bermunajad, berdoa dan berpasrah diri kepada dewa laut, meminta dewa untuk membuka perairan dan membiarkannya lewat ke pulau tetangga, Modo. Keinginannya terkabul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jejak kisah itu, kini menjadi destinasi wisata di Pulau Jindo dan Pulau Modo. Wisatawan bisa merasakan sensasi laut yang surut membentuk jalanan. Dan menghidupkan kembali kisah mengenai wanita tua yang dikejar harimau, menyeberangi Laut Kuning.
Dua kali setahun, sekali pada Mei dan sekali pada pertengahan Juni, pasang surut yang sangat rendah membuka jalan lintas alam yang menghubungkan Jindo dan Modo. Jalan lintas hampir sepanjang dua mil dan lebarnya lebih dari 120 kaki atau 36 meter, bisa dilintasi wisatawan.
Pada masing-masing hari itu, pengunjung dan wisatawan dari masing-masing pulau, secara tradisional berjalan ke tengah jalan lintas untuk bertemu satu sama lain dan merayakannya.
Sensasi menyeberang laut ini fenomena langka, mengulang kisah Nabi Musa. Namun di Jindo-Modo, wisatawan bisa merasakan sensasi berjalan di tengah laut. Foto: @backpackersbuddies
"Moses Miracle" Jindo ini memperoleh popularitas pada tahun 1975. Saat itu seorang jurnalis Prancis bepergian melalui Korea Selatan. Ia menemukan fenomena pasang surut paling dangkal itu, lalu menuliskannya. Legenda pun menyebar dan wisatawan berbondong-bondong ingin merasakan sensasi berjalan di tengah laut.