Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Urusan sinyal kerap menjadi misteri di sejumlah wilayah Indonesia. Kontur wilayah pengunungan dan kepulauan mengakibatkan ada kawasan dengan sinyal komunikasi yang kuat, ada juga yang lemah, bahkan tidak ada sinyal sama sekali. Mari kita simak kisah mencari sinyal di Papua, mulai dari masuk hutan hingga ke pantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kampung Goras, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, masyarakat berusaha mendapatkan sinyal komunikasi hingga masuk ke dalam hutan. Di atas sebuah bukit tanpa nama, ponsel bisa mendeteksi sinyal 2G dari operator telekomunikasi Telkomsel. Sebab itulah masyarakat di sana menyebutnya sebagai bukit Telkomsel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, untuk mencapai bukit Telkomsel itu, warga Kampung Goras harus naik perahu sekitar 20 menit kemudian berjalan kaki menyusuri jalan setapak di hutan. Sampai di kaki bukit, mereka mendaki melalui jalur yang terjal. Permukaan lereng bukit penuh dengan batu karang yang tajam.
Seorang warga Kampung Goras, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, mencoba berkomunikasi menggunakan telepon seluler dari puncak bukit Telkomsel. Foto: Hari Suroto
Mereka harus berpegang pada batu karang atau batang pohon kecil yang tumbuh di sekitarnya. Proses pendakian membutuhkan waktu sekitar 15 menit, tergantung kemahiran. Setelah itu, pencari sinyal bisa beristirahat sejenak di sebuah gazebo sederhana di atas bukit.
Di sinilah masyarakat bisa mulai mengoperasikan ponselnya untuk mengirim kabar kepada sanak famili atau teman di wilayah lain. "Menikmati angin sepoi-sepoi sambil berkomunikasi dengan latar suara kicau burung," kata Hari yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua. Jenis burung yang ada di bukit ini antara lain burung mambruk, burung cenderawasih, burung rangkong, dan burung kakatua.
Ada cerita berbeda ketika sinyal komunikasi terdeteksi di pantai. Tepatnya di Pantai Mowirin di sebelah timur Pulau Kapotar, Distrik Kepulauan Moora, Kabupaten Nabire, Papua. Tak seperti di bukit Telkomsel yang hanya terdapat sinyal 2G, peraangkat komunikasi juga dapat mendeteksi sinyal 4G di Pantai Mowirin.
Wisatawan sedang menelepon di Pantai Mowirin, Pulau Kapotar, Nabire, Papua. Foto: Hari Suroto
"Di sini bisa video call via WhatsApp dengan lancar," kata Hari Suroto. Pulau Kapotar adalah pulau tak berpenghuni. Dan Pantai Mowirin merupakan salah satu destinasi wisata populer di sana. Itu sebab wisatawan umumnya mengenal Pulau Mowirin, bukan Pulau Kapotar.
Terdapat sebuah menara pemancar milik Telkom di Pulau Kapotar. Dari sinilah sumber sinyal komunikasi itu berasal. Kendati Pulau Kapotar terbilang kecil -butuh sekitar 2 jam berjalan kaki mengelilingi pulau, tak semua area di pulau ini memiliki sinyal.
Tim Balai Arkeologi Papua yang sedang melakukan penelitian hunian prasejarah di Bukit Momorikotey, sebelah utara Pulau Kapotar. Kebetulan di puncak bukit itu terdeteksi sinyal komunikasi. Menara Telkom tadi terletak sekitar 500 meter sebelah barat Bukit Momorikotey.
Tim peneliti bolak-balik dari base camp di dataran rendah ke puncak bukit untuk meneliti sekaligus mengirimkan laporan selama satu bulan. "Setiap pagi kami mendaki Bukit Momorikotey yang lerengnya sangat terjal dengan permukaan berupa batu karang," kata Hari Suroto.
Menara pemancar Telkom di Pulau Kapotar, Nabire, Papua. Foto: Hari Suroto
Selama berada di puncak Bukit Momorikotey, tim peneliti harus membawa bekal sendiri. Perbekalannya berupa hasil tangkapan laut dan kebun yang masih segar, dan diolah secara sederhana. Misalkan pisang dan keladi masak santan, tumis daun pepaya, daun melinjo, daun labu, jamur sagu. Ada pula cumi, gurita, dan ikan yang direbus dan diberi garam serta jeruk nipis.
Tim peneliti berada di puncak bukit mulai pukul 08.00 sampai 16.00. "Di luar jam itu, tim peneliti berada bawah dan tidak bisa berkomunikasi," kata Hari. Kalaupun ingin mendapat sinyal di dataran rendah, harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak di tengah kebun sagu sampai tiba di Pantai Mowirin. Di tepi pantai, sinyal akan lebih kuat lagi ketika air laut surut. "Berjalanlah ke arah laut yang kering sejauh sekitar 100 meter, baru dapat sinyal lagi."
Di Papua, jaringan komunikasi tersedia di sejumlah kota, di antaranya Kota Jayapura, Sorong, dan Manokwari. Hanya saja, dalam dua bulan terakhir, sinyal internet di Kota Jayapura dan beberapa wilayah di Papua terputus karena gangguan pada kabel bawah laut.
Baca juga:
Internet Mati di Papua, Muncul Tren Wisata Baru: Para Pencari Sinyal
Tim peneliti Balai Arkeologi Papua sedang melakukan riset di Bukit Momorikotey, Pulau Kapotar, Nabire, Papua. Foto: Hari Suroto