Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabar meninggalnya Didi Kempot memukul hati para sobat ambyar. Di antaranya, pasangan penulis dan influencer Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih yang menetap di Yogyakarta. "Udan-udan dalane lunyu. Lintange ndelik bulan-e turu. Sugeng tindak Didi Kempot katresnanku, Nyanyio saiki sareng bapakmu," cuit Agus di akun Twitternya, Selasa, 5 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Didi Kempot meninggal pada Selasa, 5 Mei 2020 pada pukul 07.45 di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo diduga karena serangan jantung. Ia meninggal dalam usia 53 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Tempo, Agus menuturkan, ia pertama mengenal Lord Didi, sapaan sobat ambyar kepadanya di Solo pada 2013. "Saya nginap di hotel di Solo, mas Didi baru karaoke di bar. Ketemu minta foto, sebagai penggemar," katanya, Selasa, 5 Mei 2020.
Agus menuturkan, meski tidak mengetahui judul-judulnya, seperti kebanyakan orang Jawa yang lain, tapi ia hapal lirik lagu-lagu Didi Kempot karena sering diputar di radio. "Itu biasa di Jawa. Banyak yang tidak tahu judul tapi hapal lirik. Didi Kempot itu penyanyi yang punya acara-acara khusus di radio," ujarnya.
Contohnya, di Magelang ada Didi Kempot Show yang diputar di Pop FM atau jaringan CPP Radio Net, mempunyai program Dot Ai Di atau Didi Kempot Idolaku. "Di Indonesia, sebagai musisi, Didi Kempot itu setara dengan Rhoma Irama, "katanya.
Penulis dan influencer Agus Mulyadi mengunggah fotonya dengan Didi Kempot di akun Twitternya. Foto: Twitter @AgusMagelangan.
Kesempatan untuk berbicara banyak dilakukan Agus pada akhir tahun lalu saat ia mewawancara the Godfater of broken heart itu. "Tweet saya dianggap menaikkan nama Didi Kempot sehingga dibolehkan wawancara sama dia, saya tanya soal keluarga dia, proses dia menciptakan lagu, dan bagaimana dia syuting video klip."
Kesan yang tertangkap Agus sangat cless di hati. "Dia orangnya sangat-sangat-sangat baik hati, murah senyum, dan sangat teliti. Saya ketemu di Pabrik Gula Colomadu, saat sedang mempersiapkan konser. Dia makan sambil duduk seperti tidak ada batasan dengan semua krunya, mungkin karena dia terbiasa ikut show sama bapaknya."
Agus menuturkan, saat itu, ia dan Lord Didi berkeliling pabrik gula yang kini menjadi destinasi wisata di Solo itu. Didi amat memperhatikan komposisi batu bata buatan Belanda itu. "Dia memperhatikan ketebalan. Sangat antusias dengan bangunan itu sendiri yang kami-kami ini tidak peduli. Dia melihat bagaimana mesin-mesin tua peninggalan Belanda itu."
Didi Kempot saat tampil dalam acara dasyat award 2012 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Didi Kempot meninggal pada usia 53 tahun yang hingga kini belum diketahui penyebabnya. Dok.Tempo/ Agung Pambudhy
Menurut Agus, sisi humanis pemilik nama asli Dionisius Prasetyo adalah orangnya amat pemurah. Untuk konser amal, Didi sangat senang terlibat di dalamnya dan memberikan diskon amat besar. "Bahkan dia berkali-kali membuat konser Tunggal Mandiri yang dibuat untuk amal," ucapnya.
Selain itu, lantaran Lord Didi ini pernah menjadi duta kereta api, ia akan memberikan diskon amat besar bagi siapapun karyawan PT Kereta Api Indonesia yang hendak mengundangnya menyanyi. "Kalau dia tahu si pengundang ini karyawan KAI, apapun jabatannya, dia diskon di atas 50 persen. Ini saya tahu dari orang di KAI sendiri lho," ujarnya.
Adapun istrinya, Kalis, Gus Durian yang kerap berbicara tentang feminisme dan Islam, menilai Didi Kempot adalah seniman besar yang lirik-liriknya tak sebatas tentang ambyarnya hati dan kesan menye-menye itu. "Dia itu lokomotif seniman Jawa, dia dibutuhkan di zaman ini. Dia menjadi contoh generasi muda agar tidak malu sama budayanya," katanya.
Didi kerap menulis tentang kemiskinan, kepedulian sosial, tentang anak muda merantau yang terpaksa berpisah dari keluarga untuk menggapai cita-cita mulia mencari nafkah. "Tidak hanya menye-menye. Aku selalu membayangkan anak muda yang pekerjaannya bengkel, nguli, mereka mendapatkan penguatan, merasa bahagia dan itu indah."