Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menikmati Panorama Danau Maninjau 360 Derajat dari Ketinggian

Dari hampir semua sisi di Puncak Lawang pengunjung bisa menyaksikan Danau Maninjau secara 360 derajat nun jauh di bawah sana

19 Januari 2018 | 09.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang, Agam, Sumatera Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Agam -Inilah negeri atas awan di sisi barat Sumatera Barat: Puncak Lawang. Ketinggiannya 1.210 meter di atas permukaan laut. Dari hampir semua sisi di Puncak Lawang ini pengunjung bisa menyaksikan Danau Maninjau secara 360 derajat nun jauh di bawah sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puncak Lwang ditumbuhi pohon pinus dan tanaman paku-pakuan. Bukit tersebut terhitung sebagai daratan paling tinggi di Kabupaten Agam. Dari sini Danau Maninjau terlihat utuh dari seluruh arah mata angin.

Bahkan, perkampungan di tepi danau Maninjau yang merupakan hulu Sungai Batang Sri Antokan tersebut terlihat jelas. Keseluruhannya menyerupai lukisan.

Di perkampungan itu, berdiri sebuah bangunan cukup besar. Atapnya seperti tanduk kerbau, khas arsitektur Minangkabau. Rumah itu terlihat paling menonjol di antara rumah-rumah lainnya.

Kiki Asmara, 28 tahun, penduduk asli Sumatera Barat, kepada Tempo, mengatakan rumah itu merupakan kediaman Buya Hamka—ulama dan sastrawan Indonesia yang melahirkan karya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

“Rumah tersebut sekarang jadi museum. Letaknya tepat di pinggir Danau Maninjau,” tutur Kiki, Desember lalu.

Pemandangan mempesona itu jadi alasan utama pengunjung untuk menikmati eksotisme danau dari puncak bukit. Bagaimana tidak, kabut yang turun dan lanskap awan-gemawan di atas danau menyuguhkan panorama yang dioramatik.

Puncak Lawang terletak 110 kilometer di sisi utara Kota Padang. Kalau menggunakan kendaraan pribadi, tempat ini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Jalurnya melewati Jalan Lintas Sumatera menuju arah Bukittinggi. Sebelum sampai di Bukittinggi, anda akan menemui Simpang 4 Padang Lua.Sejumlah pengunjung tengah bersantai di Puncak Lawang, Agam, Sumatera Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana

Dari persimpangan itu, Anda harus belok ke kiri, menuju Jalan Padang Lua-Maninjau. Inilah jalan utama menuju Puncak Lawang. Jalurnya sempit dan berkelok-kelok. Jalur ini dinamakan Kelok 44 atau Kelok Ampek Puluh Ampek.

Memang berpotensi membikin mabuk darat. Namun pemandangan yang tersaji di kanan-kirinya sangat indah. Ada persawahan luas membentang yang tertata rapi dengan terasering berundak-undak seperti di Tegalalang, Bali.

Ada juga pertunjukan kerbau penggiling tebu di tempat kilang-kilang tebu tradisional.

Sesampainya di Puncak Lawang, pengunjung perlu berjalan kaki menaiki anak tangga menuju atas bukit. Tak terlalu tinggi, tapi lumayan membuat lelah lantaran cukup terjal.

Kalau akhir pekan, Puncak Lawang jadi primadona wisata, baik bagi masyarakat setempat maupun turis dari luar Sumatera Barat. Pengunjung yang datang biasanya bergerombol, membawa serta keluarganya. Mereka akan menggelar tikar di atas rerumputan, di antara pohon pinus, sambil memandangi indahnya Danau Maninjau.

Tiket masuk ke Puncak Lawang dibanderol Rp 10 ribu per orang. Fasilitas yang tersedia di sana cukup lengkap, mulai parkir yang luas, toilet, sarana permainan outdoor, dan penjaja oleh-oleh serta makanan yang komplet.

Berita lain:

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput politik untuk kanal nasional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus