Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tugas orang tua memang mengawasi dan membimbing tumbuh kembang anak-anak. Kita bertanggung jawab memberikan stimulasi demi tumbuh kembang si kecil. Jenis stimulasi yang dapat kita berikan antara lain meliputi akal, sosial dan fisik. Mari kita bahas satu persatu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stimulasi akal dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan yang mempu merangsang daya kerja otak si kecil. Contohnya memberikan mainan untuk mengasah kreativitas berfikir, menganalisa dan problem solving seperti puzzle, lego, permainan balok dan lain-lain. Dengan begitu, si kecil dapat terbiasa menghadapi masalah dan mampu mengatasinya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu daya imajinasi dan kreatifitasnya juga terasah dengan permaianan seperti ini. Anak saya, Kenza paling suka kalau sudah diberi stimulasi akal. Dia senang sekali main lego dan menggambar. Untuk mendukung kesenangannya itu, baru-baru ini saya daftarkan les robotic dengan menyesuaikan usia. Saya juga gak mau kalau Kenza terbebani, dan alhamdulillah Kenza enjoy banget ikut les ini.
Stimulasi sosial dapat kita lakukan dengan memberikan kegiatan yang mendorong si kecil untuk bekerja sama dalam kelompok atau semudah bermain dengan teman-temannya. Kita tahu, tak sedikit anak-anak yang enggan berbagi permainan dengan teman-teman lain. Padahal bermain bersama, sangat bisa merangsang si kecil untuk belajar bersosialisasi, berinteraksi, memimpin, mendengarkan orang lain, toleransi dan lain sebagainya. Rangsangan ini agaknya penting untuk anak-anak agar mereka dapat belajar menghargai orang lain.
Kalau saya, biasanya mengajak anak-anak untuk playdate bersama teman-teman sekolahnya atau mengundang sepupu atau temannya agar main dirumah. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar berbagi mainan dengan orang lain.
Nah yang ketiga adalah stimulasi fisik, yang sebenarnya gak harus distimulasi khusus, anak-anak sudah terstimulasi dengan sendirinya. Anak-anak senang sekali bergerak, ya melompat, berlari, dan bermain lempar tangkap. Kurang lebih stimulasi yang seperti itu lah yang harus kita berikan pada anak-anak untuk merangsang tumbuh kembang motoriknya.
Hari Minggu lalu, saya dan suami datang ke seminar Smart Parenting Workshop yang bertema Kenali Perilaku Anak di Usia Pra Sekolah. Pas banget judulnya dengan dua krucil yang saya hadapi setiap hari, usia pra sekolah 3-6 tahun. Yang menarik, di seminar tersebut, disampaikan juga soal tiga stimulasi itu.
Selain soal stimulasi, workshop itu menjelaskan soal Tanda Bahaya Kecakapan.
Tanda Bahaya Kecakapan
Akal
* Belum bisa memegang pensil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Sangat kesulitan untuk corat-coret
- Belum bisa membuat kalimat dari tiga kata
- Belum bisa meniru gambar lingkaran
- Sangat mudah distraksi dan tidak dapat konsentrasi pada sebuah aktivitas untuk kurun waktu lebih dari 5 menit
- Tidak dapat menceritakan tentang aktivitas sehari-hari
Sosial
- Sangat tidak mempunyai ketertarikan bermain dengan anak-anak lain
- Sangat tidak tertarik permainan interaktif
- Tidak menampakan kesukaan terlibat dalam permainan "pura-pura"
- Seringkali meronta-ronta tanpa kontrol bila marah atau kesal
- Sangat penakut dan pemalu
- Sangat agresif
- Nampak sangat tidak bahagia dan sedih sepanjang waktu
Fisik
- Seringkali jatuh dan kesulitan dengan tangga
- Meneteskan air liur terus menerus
- Belum bisa melempar bola diatas kepala
- Belum dapat melompat di tempat
- Menunjukan ke-pasif-an fisik yang tidak wajar
Poin-poin diatas bisa kita jadikan semacam check list apa-apa saja yang ditunjukkan atau tidak ditunjukkan oleh anak-anak kita. Kalau Kenza sendiri, mungkin harus lebih sering diberi stimulasi sosial ya. Karena sering kali dia lebih nyaman main sendiri dibanding bersama-sama, pekerjaan rumah nih untuk Amam dan Apap. Dan tahukah Mam, ternyata ada lho cara stimulasi yang bisa 3 in 1. Maksud saya, hanya dengan melakukan satu hal ini, kita bisa memberikan 3 stimulasi sekaligus, untuk Akal, Sosial dan Fisik. Apa ya kira-kira? Mendongeng..
Ternyata, saat kita mendongeng secara tidak langsung kita memberikan stimulasi akal pada anak-anak untuk berfikir setting dari cerita tersebut, latar belakang cerita, suasananya pada cerita dan lain sebagainya. Stimulasi sosial juga bisa didapatkan dari cerita-cerita yang berhubungan dengan kegiatan anak dan temannya sehari-hari. Seperti mengucapkan terima kasih, maaf, tolong, tersenyum, dan lain sebagainya. Fisik juga bisa dilatih dengan cara mempraktekan apa yang ada di buku cerita. Ketika ada cerita seseorang berlari, kita bisa ajak anak untuk ikut mempraktekannya.. atau seseorang berguling, lompat dan lain sebagainya.
Artikel ini sudah tayang di Suci Utami