Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pertunjukan Wayang Potehi Sambut Perayaan Imlek di Temanggung

Umat Tri Dharma di Kelenteng Kong Ling Bio Temanggung, Jawa Tengah, menggelar pertunjukan wayang potehi untuk menyambut tahun baru Imlek.

14 Februari 2018 | 19.16 WIB

Wayang potehi dimainkan di Vihara Amurva Bhumi, Jatinegara, Jakarta, Senin (29/10). TEMPO/Yosep Arkian
Perbesar
Wayang potehi dimainkan di Vihara Amurva Bhumi, Jatinegara, Jakarta, Senin (29/10). TEMPO/Yosep Arkian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Temanggung - Umat Tri Dharma di Kelenteng Kong Ling Bio Temanggung, Jawa Tengah, menggelar pertunjukan wayang potehi untuk menyambut tahun baru Imlek.

Sekretaris Tempat Ibadah Tri Dharma Cahaya Sakti Kong Ling Bio, Lidya Samstyagraha, mengatakan pertunjukan yang berlangsung di halaman kelenteng itu gratis dan terbuka untuk umum. Pentas wayang potehi pada 13-18 Februari 2108, diadakan dalam rangka ulang tahun Dewa Bumi atau Kongco Hok Tek Tjien Sien.

Baca juga: Libur Imlek ke Bangka Belitung, Turis Dikenalkan Tradisi Tionghoa

Lidya mengatakan dalam pertunjukan itu pihaknya mengundang dalang wayang potehi dari Jombang, Jawa Timur. Judul pergelarannya "Tek Djeng Ngo Hoo Peng See" atau Jenderal Tek Djeng menyerang ke selatan.

Pementasan wayang potehi dilakukan setiap hari dalam dua sesi, yakni pukul 15.00-17.00 dan pukul 19.00-21.00. Pertunjukan perdana pada Selasa petang pun mampu menyedot animo masyarakat Temanggung.

Menurut Lidya, wayang potehi adalah ikon budaya Tionghoa yang keberadaannya di Nusantara sempat tenggelam hampir setengah abad, karena belenggu Orde Baru melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967.

"Kesenian yang meramaikan Imlek ini baru muncul kembali di Indonesia setelah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut inpres tersebut," katanya, di Temanggung, Selasa, 13 Februari 2018.

Dia mengatakan, tradisi wayang potehi sudah ada di daratan Tiongkok sejak masa Dinasti Siong Theng atau 3.000 sebelum masehi (SM). Potehi berasal dari kata poo (kain), tay (kantung), dan hie (wayang) yang artinya wayang berbentuk boneka terbuat dari kain. Alat musik pengiringnya berupa tong ko atau tambur, gwee kim atau mandolin, dan tua jwee atau terompet logam.

Simak artikel lain tentang Imlek di Tempo.co.

ANTARA

Artikel Lain: Imlek dan Angpao Merah, Ini Maknanya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus