Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Laporan terbaru dari enam penggugat, termasuk empat laki-laki dan dua perempuan, mengajukan tuntutan hukum terhadap Sean ‘Diddy’ Combs pada Selasa, 19 November 2024. Dalam gugatan itu, mereka menuduh musisi sekaligus pendiri Bad Boy Records tersebut melakukan pelecehan seksual dalam beberapa insiden berbeda. Tuduhan ini memperpanjang daftar panjang kasus yang telah menjeratnya dengan isu-isu yang meresahkan seperti pelecehan seksual terhadap perempuan, laki-laki, hingga anak di bawah umur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelima penggugat dalam gugatan terbaru ini diwakili oleh pengacara ternama Tony Buzbee, yang sebelumnya mengumumkan bahwa ia mewakili lebih dari 100 orang yang menuduh Diddy melakukan pelanggaran serupa. Dalam dokumen tuntutan, mereka mengklaim bahwa pelecehan yang diduga dilakukan Diddy adalah bagian dari pola kejahatan sistematis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Selama bertahun-tahun, Combs dan bisnisnya melakukan pola pelecehan yang terus-menerus terhadap perempuan, laki-laki, dan anak di bawah umur,” demikian tertulis dalam keluhan hukum tersebut. Pelecehan itu, menurut pengaduan, mencakup pelecehan verbal, emosional, fisik, hingga seksual.
Modus Kejahatan dan Tuduhan
Tuntutan hukum ini mengungkap modus yang hampir serupa dalam setiap kasus. Diddy dituduh memanipulasi korbannya untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang diatur secara sistematis. Para penggugat melaporkan telah dibius, dipaksa, bahkan diancam. Mereka juga menuding rapper kenamaan Hollywood itu memanfaatkan kekuasaannya untuk memanipulasi orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan, agar terlibat dalam pertunjukan seksual bersama pekerja seks komersial maupun tamu pesta.
Seorang penggugat laki-laki mengklaim bahwa pada 2001, ia terbang ke New York dengan alasan akan membintangi video musik. Namun, ia mengaku menjadi korban kekerasan seksual setelah sebelumnya diberi minuman Diet Coke yang diduga telah dicampur obat bius. Ketika ia sadar, ia mendapati dirinya sedang disodomi oleh Diddy.
Kasus lain melibatkan seorang perempuan yang mengaku diserang secara seksual dalam limusin oleh Diddy dan beberapa laki-laki tak dikenal pada usia 18 tahun. Perempuan itu mengklaim dirinya dipaksa melakukan tindakan oral seksual, sementara Diddy menyiramkan sampanye ke arahnya.
Pelecehan Anak di Bawah Umur
Salah satu tuduhan juga datang dari seorang perempuan yang mengaku diperkosa saat menghadiri pesta Hari Kemerdekaan yang diadakan Diddy pada 2004. Penggugat, yang berusia 17 tahun saat itu, mengaku dibius, diserang secara seksual, dan mengatakan bahwa dirinya diancam akan dihancurkan jika berbicara tentang insiden tersebut.
Dua pria juga melaporkan kasus pelecehan seksual yang terjadi baru-baru ini, masing-masing pada 2022. Salah satu korban mengatakan ia ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri di kamar gelap dengan dinding hitam dan seprai hitam. Ia mengaku mengalami pelecehan seksual oleh Diddy. Korban lainnya, yang diundang ke pesta di Miami, juga mengaku dibius dan diserang secara seksual.
Respons Hukum dan Bantahan Diddy
Dalam setiap tuntutan yang diajukan, Diddy dengan tegas membantah semua tuduhan. Melalui pernyataan pengacaranya, ia menyebut tuduhan-tuduhan tersebut sebagai bagian dari sirkus media dan bersikeras tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap siapa pun.
Meskipun demikian, ia kini ditahan tanpa jaminan atas dakwaan federal yang mencakup perdagangan seks, pemerasan, dan transportasi untuk prostitusi. Sidang jaminan telah dijadwalkan pada Jumat, 21 November 2024.
Sebelumnya, pada Senin, 16 September 2024, Sean ‘Diddy’ Combs didakwa atas kejahatan perdagangan manusia, pemerasan, dan pengangkutan untuk prostitusi. Jaksa menuding mantan kekasih Jennifer Lopez itu mengoordinasikan acara seksual terorganisasi yang disebut ‘freak offs’ serta memaksa atau membujuk perempuan untuk terlibat dengan pekerja seks pria. Sejak penangkapannya, Diddy ditahan di Metropolitan Detention Center, Brooklyn, setelah dua kali gagal mendapatkan jaminan akibat kekhawatiran hakim terhadap potensi intimidasi saksi.
PEOPLE | ROLLING STONE