Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog menemukan bekas segel nama nabi saat penggalian pada tahun 2009 di Ophel, sebuah wilayah di Yerusalem Timur yang terletak di antara situs arkeologi "Kota Daud" dan Bukit Kuil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para arkeolog yang dipimpin oleh Eilat Mazar, seorang profesor arkeologi di Hebrew University of Jerusalem's Institute of Archaeology, menjelaskan sekitar 2.700 tahun yang lalu, seseorang menekan sebuah segel yang menyebutkan nama Nabi Isaiah atau Yesaya (Nabi Zulkifli menurut Islam) pada sepotong tanah liat yang lembut, yang mengeras seiring berjalannya waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Mengenal Tiga Tempat Suci di Yerusalem
Mereka menemukan bekas segel Raja Hizkia sekitar 10 kaki (3 meter) dari bekas segel Isaiah. Meskipun nama Isaiah dapat dilihat dari bekas segel, arkeolog tidak tahu apakah itu mengacu pada Nabi Zulkifli (Isaiah) atau orang lain dengan nama itu yang hidup 2.700 tahun yang lalu.
Selain bekas segel yang diduga sebagai bukti awal keberadaan Nabi Zulkifli, para arkeolog sebelumnya juga menemukan beberapa bukti atau lokasi keberadaan nabi pada masa lampau. Berikut beberapa situs yang ditemukan arkeolog terkait dengan kenabian.
1. Mosaik Bahtera Nabi Nuh
Sepanjang 2016, para arkeolog berhasil menggali berbagai “harta karun” yang mengungkap sejarah peradaban masa lalu. Salah satunya mosaik yang menggambarkan kisah tentang bahtera Nuh dalam sebuah sinagoga kuno di situs Huqoq, Israel.
Pada mosaik itu, batera Nuh terlihat dipenuhi berpasang-pasang hewan, termasuk singa, beruang, dan macan tutul. Panel lain dari mosaik itu menggambarkan kisah terbelahnya Laut Merah, tentara-tentara Mesir kuno yang tenggelam bersama kereta mereka dan dimakan oleh ikan raksasa.
2. Temuan Lokasi Peperangan Nabi Daud
Arkeolog Garfinkel yang memimpin penggalian meyakini temuannya adalah tempat yang paling memungkinkan untuk digunakan sebagai pos pertahanan terdepan yang berada di sebelah barat dari Kerajaan Yudea (kota bangsa Yahudi). Pada masa itu, kerajaan tersebut menguasai sebelah barat daya Asia dan Palestina. Kelak, Kerajaan Yudea berkembang menjadi Kerajaan Israel di masa Raja Daud.
Penemuan Garfinkel ini disambut gembira sejumlah arkeolog lainnya. Namun, para arkeolog itu berharap agar penemuan tersebut tidak buru-buru mengambil kesimpulan dan menyatakan pintu gerbang tersebut merupakan lokasi peperangan antara Daud melawan Jalut. Mengingat masih banyak yang perlu diteliti lebih dalam.
''Jika Anda bertanya adanya kehidupan sebagaimana terdapat di Jerusalem di masa Raja Daud AS, kami tidak dapat mengatakannya. Apalagi, jika lokasi temuan itu arealnya kecil dan tidak terlalu penting,'' kata Knohl, yang rekan sekampus Garfinkel.
Tetapi, Garfinkel mengatakan, dia akan terus menjelajahi Lembah Elah untuk mencari bukti lebih lanjut. ''Mungkin saja kami akan menemukan teks pada batu-batu ini yang menunjukkan siapa yang membangun kota ini,'' ujar Garfinkel.
3. Pesan di Bawah Makam Nabi Yunus
Para arkeolog menemukan pesan di dalam terowongan yang berada di bawah makam Nabi Yunus yang terletak di Mosul, Irak. Pesan itu berbentuk tulisan-tulisan yang dibuat pada 7 buah prasasti berusia 2.700 tahun.
Saat ini, tim arkeolog sedang menjelajahi dan mendokumentasikan berbagai makam kuno yang berasal dari Kerajaan Niniwe. Diduga, para penjarah yang memiliki hubungan dengan ISIS-lah yang telah menggali terowongan di bawah makam milik Nabi Yunus itu.
Di dalam empat terowongan di bawah makam Nabi Yunus, para arkeolog menemukan berbagai peninggalan dari masa lalu, termasuk prasasti-prasasti dari Zaman Neo-Assyria. Salah satu pesan di sebuah prasasti yang bisa diterjemahkan itu misalnya:
“Istana milik Esarhaddon, raja yang kuat, raja dunia, raja Assyria, gubernur Babilonia, raja Sumeria dan Akkad, raja dari raja di Mesir Hilir, Mesir Hulu, dan Kush,” demikian ditulis Live Science.
Kush adalah kerajaan kuno yang terletak di wilayah Nubia, sebuah wilayah yang terletak di antara Aswan di Mesir bagian selatan dan Khartoum di Sudan bagian tengah.
Para arkeolog sebenarnya menemukan sebagian prasasti ini antara tahun 1987 dan 1992. Namun karena adanya konflik di area tersebut, mereka tidak dapat melanjutkan studi mereka sampai akhirnya mereka dapat mempublikasikan hasil studi mereka pada Desember 2017.
LIVE SCIENCE | BERBAGAI SUMBER
Artikel Lain: Jejak Beteng Warnai Grebeg Maulud Yogyakarta Tahun Ini