Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Pemandangan di Stasiun Solo Balapan kini terlihat semakin unik dengan hadirnya sebuah lokomotif tua, D 301 76, yang menghiasi bagian depan stasiun tersebut. Lokomotif berusia sekitar 61 tahun milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu merupakan ikon dari Monumen Lokomotif yang telah diresmikan pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendirian Monumen Lokomotif Stasiun Solo Balapan diinisiasi oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Hal itu disampaikan Direktur PT KAI Didiek Hartantyo saat hadir dalam peresmian Monumen Lokomotif di Stasiun Solo Balapan, Sabtu siang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pendirian Monumen Lokomotif ini sebenarnya ide atau inisiatif dari Mas Wali, Mas Gibran yang pernah disampaikan kepada kami. Kata beliau waktu itu agar Stasiun Solo Balapan ini punya sesuatu yang ikonik, yang unik. Dan inilah perwujudannya," ujar Didiek saat ditemui awak media seusai acara.
Namun, dalam acara peresmian Monumen Lokomotif itu Gibran tidak hadir dan diwakili oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Gatot Sutanto. Acara turut dihadiri oleh Pimpinan Pura Mangkunegaran Solo Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X yang juga menjabat sebagai Komisaris PT KAI.
Menurut Didiek, keberadaan Stasiun Solo Balapan memang tidak bisa terlepas dari peran Pura Mangkunegaran.
"Sebelum menjadi Stasiun Solo Balapan, dulunya lahan tersebut merupakan alun-alun Mangkunegaran. Hari ini saya didampingi oleh Mas Mangkunegara X, karena keterkaitan Solo balapan dengan Pura Mangkunegaran itu sangat dekat di mana pada tahun 1870 itu merupakan Prakarsa dari Mangkunegara IV dan ini merupakan kawasan Alun-alun Mangkunegaran," tuturnya.
Sementara itu, Mangkunegara X berharap dengan peresmian Monumen Lokomotif dapat menjadi tonggak baru kolaborasi antara PT KAI dan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
"Semoga ini menjadi awal kerja sama dan sinergi antara Pemkot Solo dan PT KAI dan stakeholder terkait termasuk Mangkunegaran. KAI perusahaan yang spesial dan inovatif, sejarahnya pun kuat. Ini yang menjadi value dan diharapkan terus mendukung kerjasama yang makin kuat," katanya.
Adapun EVP Daerah Operasional (Daop) 6 Yogyakarta Bambang Respationo menjelaskan lokomotif D 301 76 didatangkan dari tempat penyimpanannya semula yakni di Balai Yasa ke Stasiun Solo Balapan untuk menjadi ikon dari Monumen Lokomotif. Lokomotif yang diperkirakan berusia sekitar 61 tahun ini merupakan lokomotif tipe hidrolik produksi pabrik kereta Krupp Jerman.
"Dulu diproduksi hanya ada 80 unit untuk dioperasikan di Indonesia pada tahun 1962. Tapi setelah beberapa puluh tahun tidak lagi dioperasikan dan disimpan di Balai Yasa. Dan kini kami datangkan ke Stasiun Solo Balapan ini sebagai salah satu ikon di sini," jelas Bambang.
Bambang menuturkan kode D yang tertera pada lokomotif menunjukkan gandar lokomotif 4x roda kiri kanan. Angka 3 menunjukkan penggerak pakai diesel hidrolik.
"Untuk kode 01, karena serinya ada 00, 01, 02, sedangkan kode 76 menunjukkan lokomotif itu nomor yang ke-76. Dulu jumlah 80 yang didatangkan," katanya.
Bambang mengungkapkan lokomotif D 301 76 pernah beroperasi untuk melayani penumpang kereta api di Jawa Tengah dengan rute perjalanan kereta Semarang-Demak-Rembang-Blora, Demak-Purwodadi-Gambringan, Yogyakarta-Magelang, Yogyakarta-Bantul, dan Purwosari-Wonogiri.
"Lokomotif ini pernah dioperasikan untuk menarik kereta campuran yang terdiri dari 2 kereta penumpang dan 3 gerbong barang," katanya.
SEPTHIA RYANTHIE