Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Tradisi Malam 1 Suro Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Ditiadakan

Tradisi malam 1 Suro Hajad Kawula Dalem Lampah Budaya Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta berjarak sekitar lima kilometer.

19 Agustus 2020 | 20.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta meniadakan tradisi malam 1 Suro  menjelang Tahun Baru Islam 1442 yang jatuh di hari Kamis, 20 Agustus 2020. Tradisi yang biasa dilakukan pada malam 1 Suro adalah Hajad Kawula Dalem Lampah Budaya Mubeng Beteng atau kegiatan berjalan kaki mengitari beteng keraton sambil membisu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun ini, tradisi Mubeng Beteng atau Tapa Bisu itu sedianya berlangsung pada Rabu petang, 19 Agustus 2020 atau sehari sebelum pergantian Tahun Baru Jawa 1 Sura Jimakir 1954. Namun pandemi Covid-19 membuat Keraton Yogyakarta urung melaksanakannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tidak ada kegiatan Mubeng Beteng malam ini," ujar Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura atau Sekretaris Jenderal Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Condrokirono kepada Tempo, Rabu 19 Agustus 2020. Meski begitu, putri kedua Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X itu menuturkan, tak adanya Mubeng Beteng bukan lantas membuat Keraton Yogya tak berkegiatan.

GKR Condrokirono mengatakan Keraton Yogyakarta memiliki acara pengganti, berupa doa bersama paguyuban abdi dalem. Selain meniadakan tradisi 1 Suro, saat pandemi Covid-19 ini, Keraton Yogyakarta juga tidak menggelar kegiatan Garebeg atau Grebeg saat Idul Fitri dan Idul Adha tahun ini. Kegiatan grebeg yang biasanya diwarnai rebutan gunungan oleh masyarakat diganti dengan pembagian ubo rampe di dalam Kompleks Keraton Yogyakarta bagi para abdi dalem tanpa kehadiran masyarakat.

Putri Raja Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi (kedua kanan) melepas abdi dalem saat tradisi Lampah Budaya Tapa Bisu Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, 22 September 2017. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Adapun tradisi malam 1 Suro Hajad Kawula Dalem Lampah Budaya Mubeng Beteng berjarak sekitar lima kilometer. Tradisi ini menjadi salah satu daya tarik bagi penduduk lokal, wisatawan domestik dan mancanegara. Tradisi 1 Suro itu dimaknai sebagai ajang introspeksi dan doa bersama.

Tradisi malam 1 Suro Mubeng Beteng biasanya dilakukan saat tengah tengah malam atau pukul 00.00 WIB. Penduduk sekitar dan wisatawan biasanya sudah menyemut di Komplek Keraton Yogyakarta seusai salat Isya atau sekitar pukul 19.30. Di depan Kompleks Keraton Yogyakarta, masyarakat berkumpul untuk mengikuti doa bersama para abdi dalem sebelum turut mengitari Keraton Yogyakarta dengan rute yang ditentukan.

Biasanya rute tradisi 1 Suro Mubeng Beteng mengelilingi Keraton akan melintasi Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, hingga Pojok Beteng Kulon. Kemudian ke Jalan Mayjen M.T. Haryono sampai Pojok Benteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara, dan berakhir di Keben Keraton.

Arah Mubeng Beteng ke kiri sebagai perwujudan simbol dalam bahasa Jawa bahwa kiri itu ngiwo. Langkah atau laku ke kiri berarti ngiwakke atau bermakna mengesampingkan hal-hal yang negatif. Sebab itu tradisi ini melambangkan keprihatinan dan introspeksi diri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus