Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata Edukasi Batik Jambi untuk Melestarikan Wastra Tradisional

Wisata edukasi batik itu bertujuan untuk melestarikan batik tulis khas Jambi

12 Oktober 2018 | 19.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja tengah merapikan batik khas Jambi yang dihadirkan dalam Trade Expo ke-29 di Gedung Semsco, Jakarta, 13 Oktober 2014. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jambi - Pertamina EP Asset 1 Jambi Field dan kelompok batik Sipin mengampanyekan batik tulis khas Jambi di Balai Tenun Pemerintah Kota Jambi, Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, Jum’at, 12/10. Kegiatan ini dikemas dalam sebuah wisata edukasi batik.

"Wisata edukasi batik itu bertujuan untuk melestarikan batik tulis khas Jambi ,” kata Asset 1 Goverment dan PR Asst Manager, Andrew, di Jambi Jumat. Bentuk kegiatannya adalah gerakan membatik dan edukasi yang menyasar kepada khalayak umum. “Pesertanya mencapai sekitar 20 orang dari berbagai elemen."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para peserta, antara lain, berasal dari kalangan mahasiswa, duta wisata, pegiat literasi, pelajar SD dan ibu rumah tangga. Kegiatan wisata batik dimulai dengan mendengarkan penjelasan terkait asal mula pembentukan kelompok Batik Sipin yang dipimpin oleh Tina. Peserta juga diajak berkenalan dengan seluruh pengrajin batik.

Kemudian pemilik sanggar Tina menjelaskan alat dan bahan yang digunakan saat membatik serta tahapan membuat sebuah kain batik. "Selanjutnya peserta langsung praktek membatik dengan membentuk kelompok-kelompok kecil,” kata Andrew.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap kelompok yang terdiri dari tiga hingga empat orang itu diberi kompor, kuali, canting, lilin malam, pensil dan secarik kain polos selebar sapu tangan. Para peserta juga diajari membuat pola motif sesuai imajinasi.

Kegiatan Beberapa yang belum memiliki ide tentang motif difasilitasi dengan contoh-contoh motif kelompok seperti buah nam-nam, tampuk manggis, dan seluang mudik. Proses membatik lalu dipraktikkan sesuai tahapan yang biasa dilakukan para perajin.

“Ini menjadi pengalaman pertama membatik,” kata salah seorang peserta, Maimunah, 49 tahun.  Sedangkan Aliya, peserta yang masih siswi kelas V SD, menyatakan rasa senangnya belajar membatik, walaupun tangannya panas.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus