Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Api di malam dangdut

Karso jengkel karena sulit menagih utang rp 1,7 juta pada muwakhir, rumah darsini di desa kuripan kidul, cilacap dibakar. darsini tewas. tiga anaknya luka bakar.

20 Februari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM mulai larut. Suara musik dangdut dari pasar malam di alun-alun Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, masih terdengar mendayu-dayu. Maka tak aneh jika sebagian besar warga desa masih bersuka ria di arena keramaian Selasa pekan lalu itu. Dan ada pula yang meninggalkan keramaian tadi menuju rumahnya. Dalam perjalanan pulang itulah, sekitar 500 meter dari alun-alun, penonton dangdut tadi dikagetkan oleh jeritan dari rumah Darsini. Meskipun rumah tersebut listriknya padam, cahaya benderang menerobos dari kaca pintu dan jendela. ''Rumah kebakaran,'' pikir seorang tetangga Darsini. Dibantu temannya, ia lalu menghampiri rumah ibu dua anak yang sedang pisah ranjang dengan suaminya itu. Mereka berusaha membuka pintu. Begitu pintu dibuka, seorang lelaki menerobos dari dalam rumah dengan muka dan tangan terbakar. Di ruang keluarga rumah itu api marak di mana-mana. Kasur, pakaian, bahkan pesawat TV dilalap api. Yang mengerikan, tubuh Darsini tampak terbujur gosong. Sedangkan dua anaknya, Aan Mahfudi, 12 tahun, Chandra Kurniawan, 6 tahun, dan kemenakannya, Alif, 7 tahun, mengerang kesakitan dengan tubuh penuh luka bakar. Pertolongan pun diberikan kepada ketiga anak tadi. Darsini sendiri sudah tewas. Sementara penduduk masih dibingungkan sebab munculnya api, mereka pun menaruh kecurigaan kepada lelaki dari luar desa mereka, yang masih tergeletak di luar rumah dengan luka bakar. Melihat dipinggang lelaki tersebut terselip sebilah pisau, maka penduduk segera melaporkannya ke Kepolisian Resor (Polres) Cilacap. Tanpa kesulitan, polisi akhirnya mendapatkan pengakuan dari lelaki asing tadi. ''Ternyata ia bernama Karso dan mengaku melakukan pembakaran,'' kata Letnan Kolonel Rubani Pranoto, Kepala Polres Cilacap, kepada R. Fadjri dari TEMPO. Menurut Karso, 42 tahun, belakangan ini ia sering datang ke rumah Darsini untuk menagih utang Muwakhir, suami Darsini. ''Saya jengkel, tiap kali saya datang tidak pernah ketemu,'' kata Karso asal Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, itu. Utang Muwakhir, menurut Karso, bermula dari kesepakatan mereka dua tahun lalu untuk membuka usaha. Hanya, Muwakhir, sahabat Karso dalam mempelajari ilmu gaib, tidak punya modal. Karena itu Karso bersedia mencari modal dengan menjual sepetak sawahnya seharga Rp 1,7 juta. Sialnya, menurut cerita Karso, setelah lama ditunggu, keuntungan usaha bersama mereka belum juga muncul, bahkan uangnya sendiri tak tentu rimbanya. ''Saban kali saya tagih, Muwakhir selalu mengelak,'' katanya. Belum lagi, akibat penjualan sawah tersebut pedagang tempe ini harus bercerai dengan istrinya dan menanggung beban tiga orang anak. Karena itulah ia selalu mencari Muwakhir, sedang dalam proses perseraian dengan istrinya, yang sering menginap di rumah yang ditempati Darsini. Begitu pula ketika kejadian nahas itu. Meskipun tak ketemu Muwakhir, malam itu Karso berniat menyita seperangkat kursi tamu milik tuan rumah. Tentu Darsini menolak keinginan Karso. Maka terjadilah perang mulut dan Karso pun mengurungkan niatnya. Usaha Karso mendapatkan uangnya kembali tidak hanya sampai di situ. Ia terus berupaya menemukan Muwakhir di keramaian pasar malam. Nihil, tak ada hasilnya. Kemarahannya kemudian membuat Karso nekat. Ia membeli enam liter bensin dalam tiga kantong plastik. Menjelang tengah malam ia menyelinap ke rumah Darsini dan menyalakan api di tumpahan bensin yang disiramnya di rumah tersebut. ''Saya menyesal,'' kata Karso, setelah tahu perbuatannya itu menewaskan Darsini dan melukai tiga anak. Karso kini tergolek di ruang isolasi di Rumah Sakit Cilacap. Ia sendiri ikut menyelamatkan ketiga anak yang terbakar itu agar tidak termakan api. Rustam F. Mandayun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus