MULANYA dari surat kaleng biasa saja. Nama pengirim, Ismail.
Alamatnya di Jakarta sudah dicek. Memang fiktip. Tapi isi
suratnya kepada Opstib Pusat di Jakarta menarik. Dan tampaknya
memang ditulis orang yang cukup faham tentang semua yang
dilaporkan. Yaitu sekitar ketidakberesan beberapa pejabat di
P3RSU (Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Propinsi Sumatera
Utara. Akibatnya pun hebat. Si terlapor, drs. Ismed Lubis (36
tahun), Bendaharawan P3RSU, mendadak bunuh diri di rumahnya. Dia
meninggal dunia, subuh 4 April lalu, di rumah sakit Aek Nabara,
Rantau Parapat. Dari mulut korban keluar cairan tajam. Diduga
semacam racun lalang atau rumput.
Pengirim surat kaleng, Ismail (atau entah siapa nama aslinya),
mungkin tak bisa nyenyak tidur memikirkan akibat serius laporan
gelapnya. Apalagi almarhum, dalam surat terakhir kepada
keluarganya, ada menyebutkan pula: " . . . Semoga proyek
berjalan baik dan semua persoalan selesai dan Sdr. Ismail puas."
Yang jelas Nurlela, isteri almarhum harus menanggung 4 anak,
masih merasa kehilangan besar.
Terimakasih
Sejak akhir tahun lalu suasana kantor P3RSU sebenarnya sudah
tak sedap. Terutama karena perihal surat kaleng Ismail masuk ke
Opstib Pusat sudah diketahui. Tapi baru Januari lalu Kejaksaan
Negeri Rantau Prapat bekerja. Para penjabat yang disebut-sebut
dalam surat kaleng diusut. Yaitu sekitar kasus pungutan liar
sebesar Rp 3 juta, oleh menejer P3RSU, ir. Rahman Rangkuti
berikut stafnya. Pungutan itu dilakukan terhadap PT Pahoma di
Medan yang melever 2400 ton pupuk untuk keperluan proyek.
Laporan Ismail yang lain, yaitu sekitar penjabat proyek yang
kaya mendadak (katanya, mendadak punya rumah dan mobil bagus di
Medan), juga memperoleh perhatian kejaksaan.
Perihal pungli atau duduk soal yang lebih jelas, pihak kejaksaan
belum memberikan keterangan terperinci. Namun dari kalangan
nrang dalam P3RSU diperoleh cerita sekedarnya. Begini.
PT Pahoma, yang telah berhasil melever pupuk untuk proyek yang
dibantu oleh dana Bank Dunia itu, perlu menyampaikan terima
kasih kepada para penjabat P3RSU. Untuk itu, melalui Ismed
Lubis, PT Pahoma titip uang Rp 3 juta untuk dibagi-bagikan
kepada seluruh karyawan proyek. Mula-mula, begitu ceritanya,
menejer Rangkuti menolak pemberian semacam itu. "Itu namanya
'kan pungli?" katanya. Tapi ia tak memerintahkan Ismed agar
mengembalikannya. Rangkuti hanya minta agar Ismed memasukkan
uang Rp 3 juta itu ke kas proyek dan disebutnya untuk "dana
taktis".
Karena duit yang dimaksud si pembeli untuk seluruh karyawan tak
dapat dinikmati oleh yang bersangkutan -- timbullah umpatan
macam-macam di kalangan pegawai. Banyak yang menuduh Rangkuti
hendak mengangkangi uang pungli itu sendirian.
Berhubung ada kasak-kusuk yang tak sehat, Tobing, dari PT Pahoma
perlu minta agar Rangkuti menjernihkannya. Surat Tobing kepada
Rangkuti mengenai hal tersebut kemudian beredar di kalangan
karyawan dalam bentuk fotocopy. Salah satunya yang dikirim
Ismail kepada Opstib.
Tak Usah Masuk
"Suami saya diperiksa jaksa sejak Januari hingga Maret --
terus-menerus," kata Nurlela isteri almarhum Ismed. Itu membuat
Ismed kalang-kabut. Kesehatan badan dan mentalnya merosot.
Sampai 4 April, dinihari, ketika Nurlela mendengar batuk-batuk
hebat suaminya dari kamar terpisah dan terkunci dari dalam.
Ismed melarang isterinya masuk kamar sementara dia sendiri makin
terbatuk-batuk dan muntah. "Tidak usah masuk, di dalam bau!"
begitu Ismed menurut Nurlela.
Tapi si isteri tetap memaksa masuk. Begitu melihat keadaan
suaminya yang tampak parah, Nurlela langsung mengangkutnya ke
rumah sakit. Tapi tak tertolong juga. Menurut dugaan polisi,
bunuh diri itu telah direncanakan Ismed setidaknya sejak 1« bulan
sebelum ia nekad melakukannya. Itu terlihat dari surat terakhir
untuk keluarganya yang bertanggal 22 Pebruari.
Kepala Kejaksaan Negeri Rantau Prapat, Zainis Zain SH, membantah
kemungkinan pihaknya yang terlalu mendesak Ismed hingga berlaku
nekad. "Pemeriksaan kami lakukan dengan baik-baik," katanya.
Misalnya ditawari rokok atau minum teh selama dalam pemeriksaan.
Namun tuduhan berbuat pungli, agaknya, itulah yang memberatkan
fikiran Ismed -- seperti yang dituturkan isteri maupun ayah
almarhum kemudian. Walaupun, seperti yang diucapkan Rangkuti
dalam pidato pemakaman, "sebenarnya soal pungli atau bukan semua
tanggungjawab saya." Apalagi pemeriksaan pembukuan dan keuangan
yang dipegang Ismed, menurut ir. Hidayat Hasibuan, Kepala
Landuse & Planing P3RSU, "tak ada yang tak beres."
Itu menurut orang P3RSU sendiri. Pihak kejaksaan belum merasa
urusan akan beres secepat itu. "Kami masih terus melakukan
operasi intel untuk kasus tersebut," kata seorang penjabat
penting di kejaksaan. Sebab Rangkuti dan Hidayat Hasibuan
sendiri, yang disebut-sebut dalam surat kaleng, juga termasuk
orang yang harus berurusan dengan jaksa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini