Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mabes Polri mengirim tiga satuan setingkat kompi (SSK) atau setara dengan 300 personel Brimob untuk mengamankan perbatasan dua desa yang terlibat bentrok di Buton. Mereka akan memastikan warga dari kedua desa tidak lagi saling menyerang.
"Mereka juga dibantu dua satuan setingkat pleton (SST) dari komando resort militer (korem) setempat," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, di kantornya, Jakarta Selatan pada Jumat, 7 Juni 2019.
BACA: Bentrok di Buton, Polisi Tetapkan Status Siaga Satu
Sebelumnya polisi telah menetapkan status siaga 1 usai bentrok yang terjadi antara warga Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo di Buton, Sulawesi Tenggara. Saat ini, selain menjaga perbatasan, polisi juga melakukan langkah persuasif untuk mendinginkan situasi. Dedi mengatakan, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara bersama bupati setempat, tokoh masyarakat dan tokoh agama telah melakukan rapat untuk meredam situasi di sana. "Semua warga diminta menahan diri," ucap Dedi.
Kerusuhan ini dipicu oleh suara bising sepeda motor milik puluhan warga Desa Sampuabalo yang tengah melewati Desa Gunung Jaya. Merasa terganggu, keesokan harinya warga Desa Gunung Jaya menyerang seorang warga Desa Sampuabalo yang sedang melintas. Dia ditembak dengan busur panah ke arah dada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BACA: Lihat Foto Puluhan Rumah Warga Dibakar ketika Bentrok di Buton
Mendengar ada warganya yang diserang, warga Desa Sampuabalo lainnya kemudian menyerang balik Desa Gunung Jaya. Mereka merusak dan membakar 87 rumah dengan menggunakan bom molotov.
Akibat kerusuhan tersebut, dua warga Desa Sampuabalo tewas, dan delapan warga mengalami luka-luka. Sebanyak 871 warga Desa Gunung Jaya mengungsi ke desa lainnya yaitu Desa Laburunci, Kelurahan Kombeli, dan Desa Lapodi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDITA RAHMA