Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Adnan Buyung Nasution lahir di Jakarta, 20 Juni 1934, atau hari ini 88 tahun silam, dikenal sebagai seorang advokat handal, aktivis pro demokrasi dan pendiri Lembaga Bantuan Hukum Jakarta atau atau LBH.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendiang Adnan Buyung Nasution yang pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bagian Hukum pada tahun 2007-2009 dikenal sebagai aktivis demokrasi dan hukum yang rajin membela rakyat kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum mendirikan LBH, Buyung punya cerita menarik. Ketika ia menjadi jaksa dan bersidang di daerah-daerah terpencil, dia melihat orang-orang yang menjadi terdakwa pasrah menerima dakwaan yang ditimpakan kepadanya. Dari sana ia berpikir, orang-orang kecil yang buta hukum itu perlu dibantu.
Menurut Buyung, penegakan hukum dan keadilan tak mungkin terjadi di Indonesia jika rakyat dari kalangan menengah ke bawah dalam posisi yang tidak seimbang. Persoalan ini mendorong Buyung untuk ambil peran sebagai orang yang membela mereka.
Saat kuliah di Universitas Melbourne, Australia, ia melihat ada Lembaga Bantuan Hukum. Dirinya sadar, bantuan hukum itu ada pola, model, dan bentuknya. Pada 1969, Buyung kembali ke Indonesia. Ia menyampaikan ide pembuatan LBH kepada Kepala Kejaksaan Agung Soeprapto.
Soeprapto memang memuji ide itu, tetapi menganggap belum waktunya diwujudkan. Buyung menyadari saat itu memang belum mendukung gagasan tersebut.
Ia baru bisa merealisaskani idenya membentuk LBH setelah keluar dari Kejaksaan.
Gagasannya mendapat dukungan dari sejumlah tokoh, antara lain Mochtar Lubis, Ali Sadikin, Ali Moertopo, bahkan Presiden RI ke-2 Soeharto. LBH resmi didirikan tanggal 28 Oktober 1970. Buyung pun tampil sebagai pemimpin LBH pertama kali.
Masa Kecil Bang Buyung
Buyung dikenal sebagai sosok yang tangguh. Ketika Buyung berusia 12 tahun, Buyung hidup sendiri dengan adik semata wayangnya, Samsi Nasution, berdagang barang loakan di Pasar Kranggan, Yogyakarta.
Di tempat itu pula, ibu Buyung yang bernama Ramlah Dougur berjualan es cendol. Sementara ayahnya, R. Rachmat Nasution, bergerilya melawan Belanda pada tahun 1947 hingga 1948.
Sang ayah merupakan sosok yang bisa dibilang memberikan banyak pengaruh pada Buyung kecil. Rachmat Nasution adalah seorang pejuang gerilya dan reformasi. Dia juga merupakan pendiri kantor berita Antara dan harian Kedaulatan Rakyat. Selain itu, Rachmat juga merintis The Time of Indonesia.
Berkat keaktifan sang ayah dalam politik, ketika SMP Buyung mengikuti Mobilisasi pelajar (mopel). Dalam karirnya di organisasi tersebut, Buyung ikut berdemonstrasi terhadap pendirian sekolah NICA di Yogyakarta.
Gagasan mendirikan LBH merupakan refleksi ketika Buyung menjalankan persidangan. Menurut Buyung, para terdakwa selalu pasrah menerima dakwaan. Melihat itu, Buyung beranggapan mereka butuh pembela. Namun, ide tersebut baru dapat dia realisasikan setelah dia melanjutkan belajar hukum di Universitas Melbourne.
Selama masa hidupnya, Adnan Buyung :Nasution dikenal sebagai pengacara senior yang handal. Berkat Adnan Buyung, kini Lembaga Bantuan Hukum banyak didirikan di Indonesia sebagai lembaga hukum independen dalam membantu kaum lemah menghadapi proses hukum.
Adnan Buyung Nasution menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, 23 September 2015 pukul 10.15.
IDRIS BOUFAKAR
Baca : Surat Terakhir Adnan Buyung Nasution untuk Anak-anak Indonesia