Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Fakta Baru Kematian Akseyna

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH dua bulan lebih misteri penyebab kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, belum juga terungkap. Sempat menyebut ada kemungkinan Akseyna melakukan bunuh diri, belakangan polisi membuka kemungkinan bahwa lelaki 18 tahun itu dianiaya sampai tak berdaya, lalu diceburkan ke danau hingga tewas. Namun siapa pelaku dan apa motif penganiayaan itu hingga kini belum jelas. "Kasus ini sulit, tapi menarik," ujar Direktur Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Mukti, Kamis pekan lalu.

Untuk membuat terang penyebab kematian Akseyna, Tempo menelusuri kembali lokasi penemuan mayat, membuka hasil otopsi, serta mewawancarai sejumlah saksi dan ahli. Inilah sejumlah fakta baru di balik kematian anak Kolonel Sus Mardoto itu.

1. Lokasi Penemuan Mayat

Fakta:
Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenanga Universitas Indonesia, Kamis, 26 Maret lalu. Mayatnya mengapung hanya 1 meter dari tepi danau. Kecuali riak air tertiup angin, di danau itu tak ada arus yang bisa menghanyutkan jasad Akseyna.
Kedalaman air danau di titik itu hanya 1,5 meter. Sedangkan tinggi badan Akseyna sekitar 1,7 meter. Sampai di bangku sekolah menengah atas, Akseyna rajin berlatih berenang.
Tak ada kamera pengintai (CCTV) yang mengarah ke titik tempat mayat Akseyna mengambang. Namun patroli pengamanan sekitar danau dilakukan sejam sekali.
Pada malam hari, lokasi ini sangat sepi. Akses kendaraan tutup pukul 23.00.

Kemungkinan:
Melihat kondisi lokasi penemuan jenazah, kecil kemungkinan Akseyna melakukan bunuh diri. Air danau terlalu dangkal. Akseyna pun bisa berenang. Padahal bunuh diri biasanya terjadi jika dilakukan dengan cara seketika, misalnya gantung diri, saat pelaku tak punya kesempatan membatalkan niatnya.

2. Kondisi Jenazah

Fakta:
Jenazah Akseyna ditemukan menggunakan jaket hitam, kaus putih, dan celana kargo hijau. Terdapat robekan di bagian ketiak jaket. Sobek kecil juga ada pada bagian tumit kedua sepatu korban.
Di tubuh korban menempel tas berisi lima paving block berbentuk kotak, bebatuan kecil, dan sebuah payung. Berat tas sekitar 5 kilogram. ' Paving block di tas korban mirip dengan paving block di sekitar danau dan di sekitar Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia.
Hasil otopsi menyebutkan terdapat lebam akibat benturan benda tumpul di sekitar dada Akseyna. Lebam juga ditemukan di bagian kening, atas alis, dan bibir. Ada juga perdarahan di kedua telinga bagian dalam.
Di paru-paru Akseyna ditemukan air dan pasir. Selain itu, di dalam tubuh Akseyna ada ganggang yang identik dengan ganggang di Danau Kenanga. Tak ada alkohol atau zat kimia di tubuh korban.

Analisis Forensik
Menurut ahli forensik Ferial Basbeth, proses pembusukan mayat orang tenggelam bisa terjadi dalam waktu 24 jam. Pembusukan itu menimbulkan gas dalam mayat korban sehingga mendorongnya naik ke permukaan air. Pembusukan bisa lebih cepat bila banyak bakteri masuk ke tubuh korban lewat luka yang menganga.
Keberadaan pasir dan air dalam paru-paru menunjukkan korban masih bernapas ketika masuk danau.

Kemungkinan:
Tubuh yang penuh luka (lebam) merupakan petunjuk penting bahwa Akseyna kemungkinan besar tidak melakukan bunuh diri dengan mencebur ke kolam. Sebaliknya, ia kemungkinan besar masuk ke kolam dalam kondisi pingsan setelah mengalami kekerasan.

3. "Surat Wasiat"

Fakta:
Ada surat pendek bertulisan "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".
Surat diberikan teman Akseyna, Achmad Jibril Jamaluddin, kepada Mardoto, ayah kandung Akseyna, ketika mencari anaknya ke Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI, 30 Maret lalu.
Jibril mengaku menemukan surat itu ketika masuk dan menginap di kamar kos Akseyna sehari sebelumnya.
Terdapat coretan perubahan kata dalam surat. Kata "never" dicoret menjadi "not", kata "ever" menjadi "eternity", dan kata "me" menjadi "existence".

Analisis Grafolog:
Hampir 90 persen tulisan dalam surat itu dibuat Akseyna sendiri. Namun 10 persen lainnya, yang berupa coretan dan perubahan kata, bukan tulisan tangan Akseyna. Tanda tangannya pun tak dibuat Akseyna.
Surat itu tak memiliki karakter seperti yang biasa dibuat orang yang akan melakukan bunuh diri (suicide note).

Karakter suicide note antara lain:
Paragrafnya tidak teratur, ada coret-coretan.
Penekanan pada tulisan menunjukkan emosi penulis yang sedang terganggu.
Adanya lekukan mengarah ke kiri di akhir kata. Biasanya ada goresan-goresan yang mengarah ke dirinya sendiri.

Tulisan tangan Akseyna menunjukkan bahwa dia tidak dalam kondisi emosi yang terganggu. Sebaliknya, tulisan tambahan justru menunjukkan penulisnya sedang gugup seperti orang terkena stroke atau mengalami nervous.

Kemungkinan:
Karena ada "surat wasiat" ini, polisi sempat menyatakan Akseyna melakukan bunuh diri. Namun analisis bahwa isi surat tidak semuanya ditulis Akseyna menunjukkan ada pihak lain yang mencoba menyamarkan kematian Akseyna: seolah-olah karena bunuh diri.

Kesimpulan Polisi:
Sebelum ditemukan mengambang, jenazah Akseyna berada di dalam danau selama dua-tiga hari sebelum ditemukan. Beban dalam tas Akseyna membuat tubuhnya tak segera mengambang.
Diduga kuat Akseyna menjadi korban kekerasan lebih dulu sebelum diceburkan ke danau. Kekerasan memang tak menyebabkan kematian. "Tetapi bisa menyebabkan kondisi tubuh korban lemah," demikian tertulis pada dokumen otopsi.
Polisi masih menelusuri beberapa lokasi tempat Akseyna diduga mendapat kekerasan. Diduga kuat korban dipukul tak jauh dari Danau Kenanga, lalu diseret ke lokasi penemuan jenazah. Indikasinya terdapat sobekan di sepatu dan bagian ketiak jaket korban.
Pelaku: ada kemungkinan orang dekat korban.
Motif: sakit hati atau dendam.

Febriyan (Jakarta) | Imam Hamdi (Depok)| Muhammad Rifqy Fadil (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus