Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRIA itu bergegas memasuki lobi Hotel Papa Ho di Jalan Pangkalan Raya, Warung Jambu, Bogor. Di meja penerima tamu, dia menyodorkan kartu tanda penduduk atas nama Ardiansyah. Pekerjaannya tertulis wiraswasta. Di hotel itu, Jumat petang dua pekan lalu, ia memesan kamar tipe superior. Tarifnya Rp 350 ribu per malam.
Tak lama berselang, seorang pria muda beserta tiga gadis belia tiba di hotel yang sama. Mereka langsung menuju kamar pesanan Ardiansyah di lantai dua. Kamar berukuran 3 x 4 meter itu menghadap ke permukiman penduduk. Fasilitasnya: satu ranjang dengan selimut putih, televisi 21 inci, dan kamar mandi.
Setengah jam kemudian, tamu bernama Ardiansyah kembali turun ke lobi. Kepada petugas front office, dia menunjukkan surat tugas penangkapan. "Ternyata dia polisi," kata Manajer Operasional Hotel Papa Ho Victor Nicholas kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Di belakang Ardiansyah, sejumlah polisi tanpa seragam menggiring pemuda yang datang bersama tiga gadis muda itu. Di luar hotel, dua mobil minibus sudah menanti. Tiga gadis dan pemuda itu digelandang ke dalam mobil dan diangkut ke Markas Kepolisian Resor Bogor.
Belakangan polisi mengumumkan pemuda yang digelandang sore itu bernama Hemmud Farchan Ibnu Hasan, 23 tahun. Dia mahasiswa semester XII Jurusan Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Adapun ketiga temannyaāsebut saja namanya Diva, 18 tahun, Memey (17), dan Maia (16)āgadis yang sedang dijajakan Farchan. Tarif mereka Rp 1,5 juta per dua jam. Dari jumlah itu, Farchan mendapat bagian sekitar Rp 500 ribu.
Kecuali Farchan, polisi tak menahan tiga perempuan muda tersebut. Polisi bahkan kemudian mengangkut Farchan ke Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat, Bandung. Di sana dia dijebloskan ke tahanan. Polisi menuduh Farchan menjual gadis di bawah umur. Dia dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Menurut polisi, Farchan adalah pengelola situs bogorcantik.blogspot.com. Dalam blogākini sudah dihapusātersebut si mahasiswa memajang sembilan foto cewek remaja. Tak hanya "menjual wajah" cewek-cewek itu, dia juga menjual ukuran tubuh mereka: dari tinggi, berat, hingga lingkar dada. Hanya, ukuran yang ditulis Farchan tampaknya berlebihan.
Polisi merancang operasi penangkapan Farchan jauh hari. Sekitar enam bulan lalu, Polda Jawa Barat menerima laporan yang menyebutkan ada bisnis esek-esek lewat Internet dari Bogor. Polisi lantas mengumpulkan informasi. Situs milik Farchan pun segera masuk radar tim. "Di situ kami juga menemukan nomor telepon pemilik blog," ucap Ajun Komisaris Besar Mohamad Ngajib, Kepala Sub II Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat.
Penangkapan pun dirancang. Dua bulan lalu, Ngajib meminta Ardiansyah menyamar dan mengontak Farchan. Sempat dikontak, pria kelahiran Subang itu tiba-tiba menghilang. Rupanya Farchan berganti nomor telepon. Polisi sempat kehilangan jejak, sampai mendapat nomor telepon baru mahasiswa itu.
Sehari sebelum penangkapan, Ardiansyah kembali mengontak Farchan. Dia meminta Farchan menyediakan sebanyak mungkin perempuan muda. Namun Farchan mengatakan hanya bisa menyediakan dua orang: Memey dan Maia. Pemuda yang punya hobi memoles rambutnya dengan gel itu meminta transaksi dilakukan di Hotel Papa Ho. "Pelaku rupanya sering mengarahkan pelanggan ke hotel itu," kata Ngajib.
Kepada polisi, Farchan mengakui Diva sebagai pacarnya. Sedangkan Memey dan Maia adalah teman Diva. Polisi menduga Farchan biasa menggaet calon korban dengan cara memacarinya. Selanjutnya, muncikari amatiran itu meminta sang pacar menggaet teman-temannya. Dengan iming-iming uang, Farchan akhirnya menjerumuskan mereka ke bisnis prostitusi online yang "dibangun"-nya itu.
Kepada Tempo, Farchan menyatakan bisnis prostitusi online itu berawal dari permintaan seorang temannya. "Dia yang meminta dipasarkan," katanya. Semula, ujar Farchan, ia "memasarkan" perempuan itu lewat telepon. Selanjutnya ia mendayagunakan hobinya bermain Internet, yakni membuat blog untuk memajang perempuan yang akan dipasarkan. Perempuan itu, kata dia, ada juga yang ia gaet lewat dunia maya. "Kenalan lewat milis," ujarnya.
Selain mengelola blog yang menjajakan cewek, Farchan membuat blog pribadi, hemmudfarchanib.blogspot.com, yang isinya mengumbar cerita soal hubungan dia dengan sejumlah perempuan. Dalam tulisan berjudul "Journey of Love", misalnya, dia berkisah ada 23 perempuan yang pernah ia coba dekati sejak 2000 sampai 2012. Dari jumlah itu, Farchan menyatakan ada delapan cewek yang ia pacari. Satu di antaranya Diva, yang ikut tertangkap polisi.
Terbuka di dunia maya, Farchan dikenal pendiam dan tertutup di kampusnya. Ahmad Fariz Viali, teman dekatnya, mengaku tak tahu Farchan punya pekerjaan sampingan sebagai germo online. Karena itu, dia kaget ketika mendengar teman karibnya tersebut diciduk polisi. "Sulit dipercaya. Tapi, kalau benar, dia harus bertanggung jawab," kata Ahmad, yang sudah lulus kuliah dan bekerja di perusahaan swasta di Bogor.
Prestasi Farchan pun jauh dari mencorong. Indeks prestasi anak sulung dari empat bersaudara itu hanya 2,6 dari skala 4. Seorang dosen Farchan yang tak mau disebut namanya mengatakan tugas akhir kuliah Farchan tertunda beberapa semester. Tanpa terlibat kasus pidana pun, ujar dia, Farchan terancam dipecat karena melewati batas waktu kuliah selama enam tahun.
Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Bahtiar Ujang Purnama menduga masih ada jaringan prostitusi online yang gentayangan di Kota Hujan. Masalahnya, kata dia, pihaknya belum berpengalaman membongkar jaringan prostitusi di dunia maya. "Kami butuh bantuan masyarakat."
Febriyan (Jakarta), Aritha U. Surbakti (Bogor), Erick P. Hardi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo