DI Alaska dia "jajan", lantas kawin. Pesta kawinnya, 5 Februari lalu, cukup semarak dan dihadiri pejabat setempat. Bahkan pengantin pria, Petrus van Doorn, 54, ikut berajojing mengikuti irama musik. Tapi esok harinya, warga Belanda yang tingginya 170 cm lebih dan berat 85 kg itu mengamuk: istrinya minggat. Kamar pengantin pun diobrak-abrik. Dan, hati duda beranak lima itu terbakar: ia menemukan foto terbaru istrinya tengah berpelukan mesra dengan pria lain di kamar pengantin itu juga. Petrus marah besar, dan gegerlah daerah Alaska - alas (hutan) karet - sebutan untuk lokalisasi WTS di bilangan Sari Rejo, Salatiga, Jawa Tengah, yang memang terletak di dekat hutan karet. "Saya diperas," kata pensiunan pabrik plastik di negerinya itu. Istrinya, Sri Suwarti, 29, yang sebelumnya sudah delapan tahun menjadi pelacur, tidak hanya kabur sendirian. Ia juga membawa serta uang Rp 9 juta pemberian suaminya. Maka, tak kurang dari Dinas Sosial Salatiga pun sibuk. "Persoalan ini bisa menimbulkan citra buruk karena menyangkut warga negara bangsa lain," kata Sudardi, Kepala Dinas Sosial itu. Diduga ada unsur penipuan di balik menghilangnya Tak heran bila selain Sudardi, berbagai instansi, seperti Kodim, Polres, dan Wali Kota Salatiga, ikut turun tangan - dengan membentuk sebuah tim guna menangani masalah itu. Unsur penipuan memang ada. Sri, ternyata, tak beitu mencintai Petrus. Dia sebenarnya sudah punya pacar, yaitu Hadi, yang jauh lebih muda ketimbang Petrus. Hadi inilah rupanya yang berpotret bersama Sri di kamar pengantin. Dan Hadi itu jugalah, menurut sumber TEMPO, yang "memasang" Sri bersanding dengan Petrus, agar bisa menguras uangnya. Londo itu memang cukup berduit. Setiap bulan ia menerima uang pensiun 14.000 gulden lebih. atau sekitar Rp 4 juta. Si Hadi itu, konon, bekerja sama dengan Slamet Petruk, seorang gali. Ketika tahu dicari polisi, mereka kabur dari Ambarawa. Namun, Sri mengaku sudah sempat memberikan bekal kepada pacarnya hampir Rp 2 juta. Sri sendiri, entah mengapa tak ikut lari. Ia ternyata berada di rumah ibunya di Bedono, Ambarawa. Uang yang diberikan suaminya sebelum kawin habis untuk membeli sawah, tanah, emas, dan pakaian. Perkenalan Sri dengan Petrus terjadi pada 1981, ketika orang Belanda itu berkunjung ke Salatiga. Petrus memang dilahirkan di kota itu. Ibunya pun, Waginem, orang Jawa asli yang kawin dengan ayah Petrus, yang ketika itu bertugas di Salatiga sebagai serdadu. Ketika Petrus kembali ke negerinya, hubungan diteruskan lewat surat. Petrus tampaknya sudah kasmaran betul kepada Sri, yang pernah bersekolah sampai kelas II SMEA. Maka, November 1983 lalu Petrus datang lagi dan ngendon sampai beberapa bulan di Alaska. Sampai akhirnya, 2 Februari lalu, ia memutuskan mengawini WTS itu di kantor Catatan Sipil. Dua hari kemudian perkawinan dirayakan dengan adat Jawa. Ia ikut berjoget ketika esok harinya, 5 Februari, perayaan diramaikan dengan orkes dangdut dari Semarang. Ternyata, esok harinya istrinya kabur. Dan ia pun lemas. Akan halnya Sri, setelah dibujuk seorang polisi wanita dan petugas Dinas Sosial, akhirnya mau kembali ke Salatiga. Dan Petrus menerimanya kembali dengan catatan: tak akan kabur untuk kedua kalinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini