FILM Licence to Kill, yang diputar di Galaxy Theatre, belum berakhir. Jam menunjuk pukul 23.30. Tiba-tiba terdengar ledakan keras disusul kepulan asap. "Kebakaran . . . ! Kebakaran. . .," teriak beberapa orang. Sekitar 200 orang penonton, yang memadati gedung bioskop di lantai VI Pusat Perbelanjaan Kings, Bandung, itu panik. Mereka berebut keluar lewat pintu masuk utama. Tapi, begitu mereka sampai di pintu tersebut, asap hitam tiba-tiba menghadang. Massa pun berbalik. Mereka mendobrak pintu darurat. Seperti lebah mengamuk, penonton menghambur keluar. Semua selamat, tak ada korban. Namun, kebakaran pada Rabu malam itu baru padam pukul 13.00, keesokan harinya, Kamis, 17 Agustus. Seluruh pertokoan berlantai VI yang terbesar di Bandung itu ludes. Termasuk tiga buah bioskop, pusat rekreasi anak-anak terbesar di Asia Tenggara, King Funs World, dan tak kurang dari 300 kios beserta isinya, jadi abu. Jago merah juga menyambar 10 rumah penduduk yang bersebelahan dengan pertokoan tersebut. Ini memang kebakaran terbesar di Bandung. "Kerugian saya perkirakan Rp 10 milyar lebih," kata pemilik Pusat Pertokoan Kings, Daniel Chandra. Celakanya, kebakaran itu terjadi selagi kontrak dengan pihak asuransi berakhir Juli lalu, dan belum sempat diperbarui Daniel. Asal api ternyata dari lantai III, persisnya dari Queen Fast Food (QFF). Diduga keras api berasal dari tabung gas elpiji. karena sebelum terbakar terdengar bunyi ledakan. Namun, ada pula yang menduga api datang dari kortsluiting listrik. Dari mana pun asal api, Daniel sudah keburu main tuduh. Ia semula menuduh kebakaran itu sengaja dilakukan oleh orang-orang yang ingin menyabot usahanya. "Saya punya bukti," katanya kepada para wartawan di Bandung, sehari setelah kebakaran. Sebelum musibah terjadi, Daniel mengaku menerima surat kaleng berisi ancaman. Ia, katanya, juga diancam oleh 15 orang pegawai QFF yang di-PHK-kan, Mei lalu. "Tunggu tiga bulan lagi, usaha Daniel pasti akan hancur," cerita Daniel tentang ancaman itu. Tuduhan ini, katanya, juga didukung keterangan dari para karyawannya. Mr. Lie, warga negara Hong Kong, bekas koki kepala di QFF, salah seorang yang di-PHK-kan, dicurigai karena akan membuka fast food baru di Parahyangan Plaza, awal September nanti. Mungkin karena itu, Lie, 40 tahun, yang pernah jadi koki di Los Angeles, termasuk dari orang-orang yang diinterogasi polisi. Ia sempat diperiksa selama dua jam. Tapi hingga Sabtu pekan lalu, dari 20 orang yang diinterogasi polisi, belum seorang pun ditahan. Lie sendiri membantah keras sebagai perencana pembakaran itu dan menyangkal pernah mengancam pihak QFF karena di-PHK-kan. Tak masuk akal, katanya, akan menghancurkan Queen Fast Food yang ikut dibangunnya sampai bagus. "Mustahil saya akan membunuh anak saya sendiri. Saya ke Indonesia mencari makan, bukan mencari perkara," kata Lie kepada TEMPO. Ia, katanya, datang ke Indonesia dan bekerja di QFF dengan status kontrak sejak 1985. Kontrak itu, katanya, berakhir Mei lalu. "Jadi, saya keluar karena kontrak kerja saya habis. Bukan dipecat. Dan hubungan saya dengan Tuan Daniel baik-baik saja," katanya. Tuduhan Daniel, yang main tembak itu, memang disesalkan pihak kepolisian. Sebab kebakaran, kata Kapolwiltabes Bandung, Letnan Kolonel Pol. Drs. Atok Soenarto, masih diselidiki. "Jangan belepotan main tuduh orang melakukan sabotase. Dan supaya tidak keliru, tunggu saja hasil Labkrim Mabes Polri, dalam waktu dekat ini," kata Atok Soenarto.WY dan Heddy Susanto (Biro Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini