GAYA Mafia pun ada di Palembang Nasib Malang menimpa komplotan
hukum tersebut bulan lalu, dengan mulai diciduknya seorang
bernama T. Saat tersebut mereka sedang merencanakan perampokan
toko arloji Omega di 16 ilir kota empek-empek tersebut.
Penggerebekan tersebut merupakan rangkaian operasi rutin Polri
setempat dalam program anti banditisme. Dari mulut T kemudian
diketahui orang lain bernama SH rupanya pemimpin komplotan
tersebut yang terakhir ini berusia 30 tahun, diciduk dua hari
setelah T pada saat kawanan tersebut sedang tidur-tiduran di
tempat persembunyiannya, di daerah belakang RSUP Palembang.
Pukulan karate hamba-hamba hukum itu ternyata telah membuat
pimpinan organisasi itu menjadi tak berkutik-- walaupun ia pada
kesempatan yang tipis berusaha jua meraih pistolnya.
Itu belum semua. Telah dibekali pula enam orang lagi, yang
merupakan kepala-kepala unit komplotan tersebut, di samping
sembilan pentolan lainnya. Yang lain kabarnya sedang tunggu
giliran saja. Organisasi penjahat itu tampaknya diatur dengan
rapi. Mereka punya unit-unit penodongan, pencurian.
penjambretan, perampokan, pembongkaran, sampai kepada unit
pencurian kecil-kecilan. Tiap kesatuan dipimpin oleh seorang
kepala.
Rentang Kendali
Ada lagi satu satuan yang unik kerjanya. Apabila anggota-anggota
unit tersebut sedang beroperasi, maka si kepala unit pura-pura
bertindak jadi pahlawan mengamankan kekacauan itu. Setelah
situasi pulih, dia lalu mendatangi para korban gangguan, minta
balas jasa tentu dengan cara paksaan. Satuan terakhir ini
dipimpin oleh JD, yang selama ini diketahui sebagai Kepala
Keamanan Pusat Perbelanjaan Sumatera di Jalan TP Rustam Effendy.
Dari penyelidikan polisi lebih jauh, bahkan diketahui bahwa
orang ini juga jadi penyalur senjata api bagi komplotannya. Ia
sudah lama dirindukan polisi, sebab dari arsip merek diketahui
banyak sudah ulah JD dkk dalam bentuk perampokan dan penodongan
secara langsung. "Akibat dari kejahatan yang mereka lakukan,
kerugian korban telah mencapai nilai puluhan juta rupiah", kata
Letkol Shabany, Kepala Seksi Reserse Kriminil Komdak VI Sumatera
Bagian Selatan kepada pembantu TEMPO.
Komplotan kejahatan pimpinan SH ini sudah beroperasi sejak tahun
1973 dengan rentang kendali yang bukan saja mencakup kota
Palembang, tapi sudah menjalar ke sekitarnya sampai ke kota
Curup, Bengkulu. Di situ mereka sering "main" di kereta api lin.
Palembang Lubuk Linggau pergi balik. Sedangkan di Palembang
sendiri, menurut kepala Dinas Penerangan Daerah Kepolisian VI,
Kapten Syarnubi Basri, kelompok pengacau ini bermarkas atau
sering mengadakan pertemuan di restoran Nusa Indah di kompleks
Jembatan Ampera seberang ilir. Operasinya suka di jalan Veteran
Dempo, serta lapangan Hatta yang daerahnya rada gelap lagi sepi
itu.
Melengkapi tindakan pembersihan polisi telah pula menyita
senjata api dalam bentuk lima buah pistol ukuran 9 mm dan dua
pucuk kecepek lengkap dengan pelurunya. Lain dari itu ada pula
barang-barang milik PT Asuransi Jiwasraya Cabang Palembang, yang
rupanya telah sempat jadi korban perampokan September yang lalu.
Ada misalnya mesin tik, mesin hitung serta kipas-angin.
Senjata api yang rata-rata bikinan lokal itu dibuat oleh MA,
seorang pandai besi di daerah Tanjung Pinang. Meranjat Ogan
komering ilir. Tak pelak, ia telah pula diciduk. Menurut
Shabany, sepintas lalu hasil pekerjaannya tidak kalah dengan
keluaran pabrik. "mutunya cukup baik", ucap perwira polisi itu.
Lebih jauh, senjata api gelap itu tidak saja made in Tanjung
Pinang -- tapi juga dibuat di Dusun Lengkayap, Ogan Komering
Ulu dalam Bentuk karaben dan pistol.
Sementara itu di Dusun Tanjung Kurung, tanggal 9 bulan lalu
fihak Komsekko Kecamatan Pengandenan (OKU), di bawah Peltu
Ginting, telah: pula berjaya menyita tiga pucuk senjata api
tipe LE, stengun lengkap dengan hower dan pelurunya, berikut
revolver S $ W kaliber 38 mm. Menurut Komandan Resort 606 OKU.
Letkol Pol Sahetappy, hal tersebut sudah lama disinyalir,
seperti juga terhadap kasus perampokan bersenjata api terhadap
bis trayek Baturaja-Muaraenim. Sayang pelaku-pelakunya, belum
dapat dibereskan. Diduga kelompok ini punya kaitan dengan tokoh
SH di atas.
Mengadukan Bala
Kesulitan polisi dalam mengurus polah orang-orang a-sosial ini.
tak perlu diherankan. Misalnya Letkol Shabany bicara tentang
kurangnya pengertian sementara anggota masyarakat akan haknya.
"Sekali kami mendapatkan informasi", ujar Shabany, "bahwa di
terminal induk opelet di bawah Jembatan Ampera terjadi
perampokan sebuah radio kaset". Barang tersebut segera dapat
ditemukan pihak Polri sebagaimana ditunjukkan sang komandan
kepada TEMPO, juga pelakunya sudah diringkus: Tapi anehnya,
katanya lagi, si korban tidak mengadukan bala tersebut kepada
yang berwajib. Dengan begitu, sulit bagi instansi ini untuk
memprotes lebih lanjut, misalnya untuk menyerahkan perkara ke
Kejaksaan.
Kepala Reserse Kriminil Daerah kepolisian VI ini ada juga
mengungkapkan daerah-daerah yang dianggap cukup rawan. Selain
ibukota propinsi itu sendiri, disebutnya Pagar Alam, Baturaja,
Kayu Agung dan Muara Enim. Di daerah-daerah tersebut juga kerap
terjadi pencurian ternak. Untunglah, dengan tergulungnya
komplotan kakap di atas, grafik kejahatan di kawasannya sudah
menjadi menurun. Misalnya seperti dikutip Shabany dari laporan
Komandan Seksi Kota III Boom Baru, di daerah yang terbilang
rawan itu sebelumnya kejahatan sampai mencapai 35 kali sebulan.
Sekarang tinggal antara lima sampai enam kali saia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini