Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan mengajak masyarakat terus kritis terhadap ketidakadilan. "Saya mengajak semua kawan-kawan yang berjuang untuk tetap berani dan konsisten," kata Novel melalui video, Jumat, 11 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan itu disampaikan Novel sehubungan dengan tuntutan jaksa yang begitu rendah terhadap dua terdakwa penyerangnya, Rahmat Kadir dan Ronny Bugis. Perbuatan yang menggambarkan compang-campingnya penegakan hukum tidak bisa dibiarkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Novel, serangan terhadap dirinya adalah penganiayaan berlevel tinggi. Serangan itu direncanakan, dilakukan dengan menggunakan air keras, hingga mengakibatkan luka berat. Dia juga meyakini penyerangan itu adalah upaya menakut-nakuti dan mengancam upaya memberantas korupsi.
"Mereka berharap kita semua jadi melemah dan kemudian mereka bisa dengan semaunya sendiri merampok dan menjarah uang rakyat, harta dari bangsa dan negara."
Novel Baswedan mengakui memang banyak masyarakat menjadi korban ketidakadilan aparat hukum. Namun ia menilai pola-pola semacam ini harus dikritik dan tak bisa dibiarkan.
Mantan perwira menengah kepolisian itu mengingatkan, penegakan hukum adalah faktor penting untuk membangun suatu bangsa. Apalagi pemerintah sedang berupaya membangun di semua bidang, mulai ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.
Mimpi-mimpi pembangunan di bidang lainnya akan sulit terwujud jika penegakan hukum ternyata masih bermasalah. "Bahkan dalam proses upaya memberantas korupsi, masalah penegakan hukum itu menjadi hal yang penting sekali."
Belakangan ini, kata Novel, pemberantasan korupsi menghadapi masalah luar biasa. Penghambatan dan penghadangan terhadap upaya pemberantasan rasuah terang-benderang terjadi.
Masalah penegakan hukum harus terus diperhatikan dan catatan bagi masyarakat. Kritik dan perhatian publik disebutnya penting agar ada perbaikan dalam penegakan hukum, meski ia tak tahu bagaimana perbaikan itu bisa terjadi. "Apakah Bapak Presiden masih tetap akan membiarkan? Ataukah akan turun untuk membenahi masalah-masalah seperti ini?" Novel Baswedan bertanya kepada Presiden Jokowi.