Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NYAWA manusia semakin murah saja. Hanya gara-gara tidak membayar taruhan pertandingan bulu tangkis sebanyak 2 bungkus rokok, seorang anak muda, John Folmer Silitonga, 22 tahun, akhir bulan lalu tewas ditikam teman akrabnya sendiri, Jaupar Simamora. Akibatnya, si pembunuh, yang juga sangat muda, Japuar, 22 tahun, kini mendekam di tahanan Polsek Padangtualang, Langkat, Sumatera Utara. Baik Jaupar maupun Mendiang John adalah pengangguran yang pulang mencari kerja di perkebunan PTP VIII Langkat. Berkat mereka berdua di kebun sawit itu terwujud lapangan badminton, tempat para buruh berolah raga di sore hari. Untuk lebih ramainya pertandingan, buruh-buruh perkebunan itu biasa memasang taruhan, berupa rokok. "Agar permainan menjadi serius dan bersemangat. Selesai berlaga, rokok itu biasanya dihisap ramai-ramai," kata Marulak Hutahurtuk, salah seorang pemain tangguh disitu. Begitulah, pada hari nahas itu, Marulak, yang dianggap jago, dihadapi Jaupar dan John. Taruhannya 2 bungkus rokok. Pertandingan dua lawan satu orang itu dimenangkan Marulak. Tapi, ketlka harus membayar taruhan, Jaupar menyuruh John sendiri yang membayar taruhan itu. "Kali ini, kamu dulu yang bayar," kata Jaupar kepada John. John menyanggupi, tapi berjanji akan membayarnya tiga hari kemudian. Ketika waktunya sampai, Jaupar menagih janji itu untuk melunasi utang mereka kepada Marulak. Ternyata, John ingkar. Malah, menurut Jaupar, ia ditantang teman dekatnya itu. "Kalau mau rokok itu, ambillah pakai ujung belati," kata Jaupar menirukan John. Jaupar pulang dengan tangan kosong. Sesampainya di rumah, ia merenungkan ucapan John tadi. Seketika ia teringat pada keris bergagang tulang peninggalan orang tuanya, yang selama ini dlsimpannya rapi. Bermodalkan keris itu, sehabis magrib, Jaupar mendatangi John, yang bertetangga dengannya di perkebunan tersebut. "Kau mau bayar apa tidak?" hardik Jaupar sambil mengeluarkan kerisnya. Melihat senjata tajam, John lari ke belakang mengambil kayu dan berbalik menyerang Jaupar. Perkelahian tak terhindarkan lagi. Bertubi-tubi Jaupar menghujamkan kerisnya ke perut, dada, dan ulu hati John. Pemuda yang akan menikah Juni mendatang itu tewas di tempat itu juga. "Saya menyesal. Penyesalan saya lebih berat daripada badan saya," kata Jaupar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo