Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Ponorogo – Keluarga Hendrasti Wijanarko alias Koko alias Jarwoko alias Lir Ilir, 31 tahun, terduga teroris yang ditangkap di Jalan Raya Ponorogo – Pacitan wilayah Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengaku kaget dengan kedatangan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di kediamannya.
“Kaget, ada apa. Saya tidak tahu sama sekali (maksud kedatangan Tim Densus 88),’’ kata Supriyadi, ayah Hendrasti, Selasa sore, 24 Oktober 2017.
Supriyadi berujar tidak mengetahui keterkaitan Hendrasti dengan jaringan teroris. Menurut dia selama ini anak sulung dari tiga bersaudara itu tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. “Dia (Hendrasti) bekerja membuat tower (seluler). Dia aktif di KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Pemuda Muhammadiyah) dan tidak pernah terlibat kegiatan lain,’’ ujar Supriyadi.
Baca: Terduga Teroris Riau Berencana Serang Kantor Polisi di Pekanbaru
Supriyadi enggan menjelaskan lebih jauh tentang Hendrasti dengan alasan masih bingung dengan kedatangan tim Detasemen Khusus 88 yang menggeledah kediamannya di Jalan Rahayu, Desa/Kecamatan Balong, Ponorogo, Selasa siang. “Saya masih judheg (bingung). Saya masih perlu istirahat, mohon maaf,’’ ucap dia.
Sejumlah warga Desa Balong mengenal Hendrasti sebagai sosok yang taat beribadah. Selama ini, tidak ada hal mencurigakan yang ditunjukkan pemuda itu. “Kalau bergaul, biasa-biasa saja. Tapi sering pergi dan baru kelihatan di rumah dua hari ini,’’ kata tetangga Hendrasti yang tidak bersedia namanya ditulis.
Simak: Dalam Tempo 6 Jam, Densus 88 Tangkap 9 Terduga Teroris
Setelah ditangkap di salah satu swalayan, Hendrasti langsung dibawa ke Markas Komando Satuan Brigade Mobil Detasemen C Pelopor di Kota Madiun untuk diperiksa lebih lanjut. Hingga petang, Tim Densus 88 Antiteror tidak menunjukkan tanda-tanda hendak membawa keluar Hendrasti.
Hendrasti disebut sebagai anggota salah satu grup di aplikasi Telegram, yang berisi anggota pendukung daulah, serta warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok ISIS Bahrun Naim. Pria itu diduga mengetahui rencana serangan teror di depan Istana Negara pada Oktober 2016 silam.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini