Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Nicolas Ary Lilipaly mengakui satu anggota Brimob Polri terlibat pengeroyokan sopir bus asal Sumatera Barat, Rahmat Vaisandri, pada 20 Oktober 2024 lalu. Pengeroyokan ini diduga akibat korban melakukan percobaan pencurian di lokasi pembangunan ruko Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Satu orang anggota Polri yang juga sebagai tenaga pengamanan dalam proyek pembangunan ruko tersebut sudah ditahan di Rutan Korps Brimob Polri sejak 31 Januari 2025,” kata Lilipaly saat konferensi pers di Jakarta, Senin, 3 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awal mula kasus tewasnya Rahmat Vaisandri ini viral karena keluarga korban mengadu ke Anggota DPR Andre Rosiade. Informasi ini ditindaklanjuti dengan Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi III DPR untuk mengklarifikasi penyebab kematian korban serta mengecek dugaan anggota Polri yang menghalang-halangi penyidikan kasus itu.
Lilipaly membantah kalau polisi menutup-nutupi kasus ini. Dia mengklaim sejak Oktober tahun lalu sudah mulai menginstruksikan kepada anak buahnya untuk mengusut kasus pengeroyokan berujung kematian itu.
“Perlu kami sampaikan sebelum keluarga korban mengadu ke Komisi III DPR kami sudah melangkah dan melakukan penahanan sebanyak 10 orang (termasuk anggota Brimob). Dua orang terduga pelaku saat ini masih juga dikejar oleh anggota,” ucap Lilipaly.
Lilipaly tidak mentolerir anggota Brimob yang terlibat pengeroyokan itu. Dia memastikan kalau anggota Brimob ini akan dikenakan sanksi pidana akibat insiden tersebut. Hanya saja, Lilipaly enggan menjabarkan lebih lanjut soal kehadiran Brimob untuk mengamankan pembangunan proyek ruko ini.
“Inisialnya O, pangkatnya Bripka. Dinasnya di Mabes Polri. Mengenai dia mengamankan proyek di situ kami tidak bisa jawab. Namun dari keterangan para tersangka memang material di sana sering hilang dan butuh pengamanan,” ujar Lilipaly.
Kronologi Pengeroyokan
Lilipaly menjelaskan kronologi pengeroyokan yang membuat Rahmat Vaisandri meninggal dunia. Insiden ini bermula saat korban melakukan percobaan pencurian di sebuah ruko Pasar Rebo yang sedang dibangun pada 20 Oktober 2024 lalu. Setelah ketahuan polisi menyebut korban pura-pura tidur untuk mengelabui para kuli bangunan. Namun para kuli menyadari dan memukul korban di lantai dua ruko tersebut. Polisi menyatakan korban sempat memberontak tapi akhirnya kalah dan terjatuh dari lantai dua.
“Korban berontak dan karena dia seorang diri, dia melarikan diri dan dia jatuh dari lantai dua ke bawah. Celananya tersangkut. Ada kayu yang ada di bawah. Kronologi ini saya dapatkan dari keterangan para tersangka,” ucap Lilipaly.
Kemudian para kuli bangunan melaporkan percobaan pencurian itu ke Polsek Pasar Rebo dan korban dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk mendapat perawatan intensif. Namun gumpalan darah di belakang kepala korban membuat nyawanya tidak bisa ditolong lagi.
“Pada Kamis 24 Oktober 2024 RV masuk ke ruang perawatan. Besoknya dinyatakan meninggal. Polsek Pasar Rebo kemudian membuat laporan untuk permohonan autopsi dan menyelidiki kasus ini,” ujar Lilipaly.
Lilipaly menyadari pengungkapan para tersangka dalam kasus pengeroyokan ini yang terkesan lamban. Dia menyebut sangat sulit bagi polisi untuk meminta keterangan dari para kuli bangunan karena setelah kejadian itu proyek pembangunan ruko tersebut dihentikan.