Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Siri', Masih Minta Korban

Pembunuhan di sul-Sel dan Sul-Teng hampir semuanya karena alasan siri. Silariang atau kawin lari yang paling utama penyebab siri. Suatu budaya yang dianut di sul-teng. (krim)

10 November 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUDAYA siri' - pembalasan oleh mereka yang merasa martabat diri atau, keluarganya diinjak-injak - hingga kini masih sering meminta korban di Sulawesi Selatan. Penikaman atau pembunuhan dengan badik di daerah tersebut, menurut sumber di Polda Sulawesi Selatan-Tenggara, hampir semuanya karena alasan siri'. Silariang - kawin lari - adalah salah satu penyebab penting yang banyak menyulut siri'. Di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, menurut Kapolsek M. Thayeb, setiap bulan paling tidak terjadi dua kasus kawim lari yang memimbulkan korban. Kalau tidak mati, korbannya terluka kena ujung badik. Meski begitu, Thayeb cepat bertindak ketika pada 15 Oktober lalu menerima laporan bahwa di Desa Cikoang telah terjadi pembunuhan. Malam itu, sekitar lepas isya, Juanda, 17, dengan bangga mengaku bahwa ia baru saja membunuh adiknya, Basse, 15. Pengakuan itu disampaikan kepada keluarga Baso, 20, pacar Basse, karena pasangan itu mencoba melakukan kawin lari. Tapi, ternyata kemudian, Basse tidak mati. Ia hanya luka-luka di bagian punggung dan berhasil menyelamatkan diri ke rumah Imam, sekitar 13 kilo dari tempat kejadian. Basse selamat dari pembunuhan, karena sewaktu badik kakaknya datang bertubi-tubi, ia berlindung di balik rumpun pohon pisang. Malam itu juga Juanda ditangkap polisi, setelah ia menyerahkan diri ke rumah kepala desa Cikoang. Ketika diberi tahu bahwa adiknya tidak mati, ia kelihatan sangat menyesal. "Dia harus mati. Kalau saya temukan dia lagi, pasti saya bunuh," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Baso sebenarnya tak berniat melakukan silariang. Ia ingin melamar pacarnya secara baik-baik. Tapi orangtua gadis itu, Pallada, yang tinggal di desa lain, sulit ditemui. Orangtua ini bukan tak menghendaki anaknya dilamar, melainkan karena sejak tiga tahun lalu ia dalam status "bersembunyi". Sebab, setahun setelah istrinya - yaitu ibu Basse, Juanda, dan empat anak yang lain - meninggal, Pallada telah melakukan kawin lari dengan seorang gadis. Kerabat si gadis, sampai kini terus mengincar Pallada untuk melakukan siri'. Sebab, Pallada, yang sudah punya dua anak dari istri barunya, belum juga melakukan mabbaji - upacara adat untuk memlihkan hubungan keluarga - yang bisa menghapuskan siri'. Untuk upacara semacam itu memang diperlukan biaya tak sedikit, padahal Pallada merasa sangat tidak mampu untuk itu. Berdasarkan penelitian Polda Sulawesi Selatan-Tenggara pada 1975--1976, budaya slrl' memang maslh cukup tertanam di kalangan generasi muda. Hasil penelitian itu menunjukkan: 57,16% pelajar SMA yang menjadi responden menyatakan akan melakukan kekerasan bila terkena siri'. Hanya 20% yang menjawab akan melapor pada pihak berwajib, dan 12,39% lainnya menempuh jalan damai. Sedangkan yang menerimanya sebagai takdir hanya 2,85%. Tapi penelitian itu juga menyimpulkan bahwa 52,84% generasi muda Sulawesi Selatan menilai siri' sebagai hal yang negatif. Siri' itu sendiri, menurut rumusan seminar masalah siri' yang diselenggarakan Polda Sulawesi Selatan-Tenggara pada 1977, sebenarnya bukan semata tindak kekerasan atau balas dendam. Siri' tak lain, "Suatu sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian yang merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat." Dengan semangat siri' itulah, menurut Prof. Dr. Andi Zainal Abidin, orang Sulawesi Selatan banyak yang merantau dan sukses di negeri orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus