Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Valium yang membawa maut

Modus baru menjarah wanita kesepian: dikencani, dikasih valium, dan dipreteli perhiasannya. kasus ini terungkap karena korban tewas.

24 Juli 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HATI-hati diajak kencan lelaki macam Happy kalau tak mau bernasib seperti Santi. Ceritanya, Rabu dua pekan silam, Santi Rahman, 25 tahun, berkenalan dengan Happy Kenant, yang 17 tahun lebih tua, di diskotek JJ, Tanah Abang Timur, Jakarta Pusat. Tak jelas siapa yang tertarik duluan, tapi menurut Happy alias Hendra, wanita muda itulah yang menawarinya minum dan kemudian mengajaknya ngobrol. Sekalipun baru berkenalan, Happy, yang menampik untuk menenggak minuman beralkohol itu, mengaku cepat akrab dengan teman kencannya. Dari ruang diskotek, Santi, dalam keadaan teler, mengajaknya ke pelataran parkir, dan keduanya melanjutkan obrolan di sana. Tiba-tiba saja, cerita Happy, Santi yang mengaku istri seorang warga Australia tersebut membanting gelas berisi wiski yang dipegangnya, dan meracau sebagaimana halnya orang mabuk. Setelah itu, ibu satu anak ini minta diantar ke diskotek Tambora, Blok M, Jakarta Selatan. ''Saya mau menemui adik perempuan saya,'' katanya sebagaimana dituturkan kembali oleh Happy kepada TEMPO. Tiba di Tambora, Santi menyuruh Happy menunggu di mobil. Happy, yang memang ada maunya dengan wanita itu, menanti dengan sabar sekalipun orang yang ditunggu baru keluar menjelang subuh. ''Ke mana kita sekarang?'' tanya Happy kepada teman kencannya yang sudah sempoyongan itu. ''Terserah,'' jawab Santi sekenanya. Di kepala laki-laki lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa Padang itu, tujuan yang terbayang adalah Wisma Star, sebuah motel di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sebelum sampai ke tempat tujuan, keduanya mampir dulu ke restoran di Jalan Thamrin. Santi memesan hamburger dan segelas air jeruk. Lalu keduanya naik mobil lagi. Di perjalanan, di sekitar daerah Senen, Happy, tentu saja tanpa setahu Santi, memasukkan dua pil valium (berdosis 10 miligram) ke gelas berisi air jeruk tadi. Tiba di Wisma Star, sekitar pukul 06.30, keduanya memesan kamar, dan diberi kamar Nomor 202. Tak lama kemudian Happy keluar, lalu mengatakan kepada pegawai motel bahwa teman kencannya masih tidur, setelah itu pergi dengan mobilnya. Malamnya, Happy menelepon ke Wisma Star, dan berpesan kepada petugas agar memberi tahu wanita di kamar Nomor 202 bahwa arloji, kalung, gelang, cincin, serta uang Rp 70.000 dan US$ 20, milik temannya itu sudah dibawanya pergi. Segera setelah menerima pesan telepon yang terdengar ganjil itu, petugas motel mendatangi kamar yang dimaksud. Setelah pintu kamar diketuk berkali-kali, dan tak ada sahutan, petugas motel lalu membuka kamar itu. Begitu lampu kamar dinyalakan, sang petugas seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya: Santi, yang hanya bercelana dalam, terkulai lemas di ranjang, dan dari mulutnya keluar busa berwarna kuning. Buru-buru wanita malang itu dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tapi sudah tak tertolong. Polisi langsung bergerak menuju Jalan Titian Kencana, Bekasi, sesuai dengan alamat yang dipakai Happy waktu memesan kamar di Wisma Star. Ternyata alamat palsu. Untunglah pelayan Wisma Star, yang membersihkan mobil Happy, masih ingat nomor kendaraan itu: B 1234 ZP. Setelah ditelusuri, ketahuan mobil itu milik Murniyati, istri ketiga Hendra, yang tinggal di kompleks perumahan sebuah instansi pemerintah di Pondok Gede, Bekasi. Ketika dikejar ke sana, Murniyati berkata suaminya sedang ke Bandung. Tapi, Kapolsek Johar Baru, Kapten M. Taufik, tetap memerintahkan enam anak buahnya mencegat tersangka di situ. Minggu pagi, dua hari setelah Santi ditemukan tewas, orang yang ditunggu-tunggu itu muncul, lalu dibekuk petugas tanpa berkutik. Happy membantah membunuh Santi. ''Saya cuma bermaksud mengambil barangnya saja,'' katanya. Pengusaha sebuah rumah makan Padang di Bekasi itu menambahkan, sejak 1992, sudah enam kali ia menjarah kawan kencannya dengan cara serupa, dan tak ada yang mati. ''Kali ini dia kena batunya,'' kata Kapten M. Taufik. Andi Reza Rohadian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus