Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Novel Baswedan tak mengenal kedua penyerangnya.
Anggota tim pakar dari tim pencari fakta pernah mengatakan pelakunya adalah polisi.
Penyidik diminta menganalisis data cell tower dumps.
PENYIDIK Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, ragu terhadap pernyataan tersangka penyerangnya, Brigadir Rahmat Kadir Mahulette, yang menyebutnya pengkhianat. Novel menduga ada peran pihak lain di belakang Rahmat dan Brigadir Ronny Bugis. Ia meyakini nama-nama yang sempat muncul dalam penyelidikan sebelumnya turut berperan dalam penyerangan terhadap dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi menangkap Rahmat dan Ronny di Asrama Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Kamis, 26 Desember 2019. Menurut polisi, Ronny menyiramkan air keras ke wajah Novel pada 11 April 2017 subuh di dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, dari sepeda motor yang dikendarai Rahmat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Novel menduga Rahmat dan Ronny hanya pelaku lapangan. “Ketika dia bilang pengkhianat, perbuatan dia tidak berdiri sendiri. Berarti dia orang suruhan,” kata Novel kepada Tempo, Rabu, 1 Januari lalu.
Apakah Anda sebelumnya mengenal kedua tersangka?
Saya tidak pernah kenal. Saya tidak pernah ketemu. Saya juga tidak pernah berkomunikasi dengan mereka.
Mengapa mereka mengaku ada dendam pribadi?
Pada dasarnya, ketika ada penyerangan dan ada orang yang ditangkap sebagai pelaku, itu bagus. Cuma, saya tidak mengerti. Ini orang seperti apa? Saya tidak pernah ada interest apa pun kepada mereka. Kok, tiba-tiba dibilang dendam pribadi. Menurut saya, itu aneh. Di situ saya merasa ada kejanggalan.
Salah satu terduga pelaku, Brigadir Rahmat Kadir Mahulette, menyebut Anda sebagai pengkhianat. Tanggapan Anda?
Pengkhianat dari mana? Memang dia ikut timnya siapa? Dia punya interest apa? Dia punya pengetahuan apa sehingga dia bilang saya pengkhianat? Nah, ini kan menjadi penting. Kalau dia bilang pengkhianat, berarti dia ini utusan atau suruhan orang. Buat saya, ini menarik.
Siapa kira-kira yang mengutus mereka?
Terlepas dari apa pun, ketika saya memberantas korupsi untuk kepentingan bangsa dan negara, lalu dibilang pengkhianat, enggak ada urusannya dengan saya. Tapi poin pentingnya adalah, ketika dia bilang pengkhianat, perbuatannya dia tidak berdiri sendiri. Berarti dia orang suruhan. Saya makin meyakini itu.
Ternyata mereka berstatus polisi aktif....
Hal ini pernah disampaikan anggota tim gabungan pencari fakta saat bertemu dengan saya dan pimpinan KPK pada Maret 2019. Satu di antara anggota tim pakar ini mengatakan pelaku adalah anggota Polri terkait dengan kasus buku merah. Waktu itu tidak ada yang membantah. Anggota tim pakar itu bilang lagi, “Sudah jelas, kok. Cuma, kita kesulitan saja untuk membuktikannya.”
Anda sempat melihat dua pelaku sebelum penyiraman. Apakah dua tersangka pelaku ini sama dengan yang Anda lihat dulu?
Saat baru ke luar rumah untuk berangkat ke masjid menunaikan salat subuh, saya melihat dua pelaku di seberang jalan. Saya tidak bisa mengambil kesimpulan apakah ini orang yang sama dengan para tersangka atau tidak. Maka, saya berpesan, jangan melupakan fakta obyektif. Jangan menggiring sesuatu untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.
Benarkah Anda sempat mengantongi identitas pelaku penyiraman itu?
Ada seorang reserse yang menganalisis data cell tower dumps (kumpulan data tentang informasi lokasi dari ratusan ribu telepon seluler yang diayak untuk mengidentifikasi sejumlah kecil tersangka). Hasil analisis itu mengarah ke satu terduga pelaku yang fotonya dikirimkan kepada saya. Foto itu lantas saya teruskan ke saksi-saksi lain, yang meyakini bahwa itulah orang yang terlihat di dekat masjid. Dua hari berturut-turut dia ada di sekitar rumah saya dan masjid. Mungkin orang itu salah satunya. Satunya lagi orang yang ditangkap ini.
Anda meyakini polisi akan menuntaskan kasus ini?
Penyidik pasti punya bukti data teknologi informasi atau setidaknya cell tower dumps. Perkara kecil pun mereka menggunakan itu. Kalau polisi memakai teknik itu, sangat mudah mendapatkan pelaku dan siapa saja yang menggerakkan orang-orang ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo