Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat sipil Suriah yang mengangkut 172 penumpang mendarat darurat di Pangkalan Udara Rusia setelah penembakan artileri Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara kementerian Igor Konashenkov mengatakan pada Jumat bahwa sistem pertahanan udara Suriah menanggapi serangan udara Israel dan mungkin telah menargetkan pesawat sipil ketika datang untuk mendarat di bandara Damaskus, dikutip dari CNN, 8 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konashenkov tidak menyebutkan nama maskapai itu tetapi mengatakan Airbus-320 yang lepas landas dari Teheran lolos dari zona mematikan tembakan artileri saat pesawat itu bersiap untuk mendarat, sebelum dialihkan ke Pangkalan Udara Khmeimim Rusia, yang terletak di tenggara kota Latakia.
Data FlightRadar24 menunjukkan pesawat yang dioperasikan oleh Cham Wings Suriah sebagai satu-satunya pesawat yang terbang ke barat menuju Damaskus pada saat itu.
Jalur penerbangan yang terekam menunjukkan pesawat berbalik ketika mendekati Damaskus sebelum sinyal transmisinya terputus. Maskapai tidak bisa segera dihubungi untuk komentar terkait insiden ini.
Konashenkov mengatakan bahwa Israel telah menembakkan delapan rudal udara-ke-permukaan di Damaskus tanpa memasuki wilayah udara Suriah pada hari Kamis. Militer Suriah menggunakan sistem pertahanan rudal untuk mencegat serangan udara, katanya.
Rusia juga menempatkan sistem pertahanan jarak menengah Buk-M2 di beberapa aset pentingnya di Suriah, termasuk pangkalan udara Hmeymim di Latakia. Buk-M2 dapat menghancurkan pesawat, helikopter, rudal balistik jarak menengah, rudal jelajah, rudal anti radar, bom dipandu, dan drone. sputniknews.com
Mengutip Sputnik, Igor Konashenkov memberikan perincian baru tentang serangan itu, mengkonfirmasikan bahwa serangan itu dilakukan oleh empat pesawat Angkatan Udara Israel F- 16-an, pada saat serangan Israel, sebuah Cham Wings Airbus A320 dengan 172
Konashenkov menuduh Israel secara rutin menggunakan jet penumpang sebagai perisai dari sistem pertahanan udara Suriah.
Pasukan Pertahanan Israel dan Kementerian Luar Negeri Israel belum mengomentari klaim Rusia, atau serangan yang dikaitkan dengan Israel.
Israel telah melakukan ratusan serangan terhadap Suriah, terutama menargetkan transfer teknologi rudal yang dipandu presisi oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran, yang berjuang untuk menopang rezim Presiden Bashar al-Assad.
Rusia adalah sekutu internasional paling kuat Assad, menyediakan kekuatan udara dan dukungan militer lainnya.
Namun, menurut New York Times, media pemerintah Suriah tidak mendukung laporan Rusia pada hari Jumat, dan tetap diam tentang insiden tersebut.
Sebuah situs web yang melacak transponder pesawat menunjukkan pesawat berangkat dari Najaf, Irak, bukan Teheran. Cham Wings Airlines, sebuah maskapai penerbangan yang disetujui oleh Amerika Serikat karena mengangkut milisi ke Suriah, adalah yang mengoperasikan penerbangan.
Amos Yadlin, seorang pensiunan jenderal utama di Angkatan Udara Israel yang mengepalai lembaga think tank keamanan-nasional terkemuka di Israel, membalas dengan tajam pernyataan Rusia itu, memberi kesan di Twitter bahwa Rusia mengeluarkan kekecewaan mereka terhadap Israel dengan ketidakmampuan pasukan Suriah menggunakan peralatan Rusia.
"Frustrasi dengan kegagalan pertahanan udara Suriah untuk berurusan dengan angkatan udara Israel, menuduh Israel yang berjuang terus mempertahankan Iran di Suriah," kata Yadlin.
Mengingat Suriah menjatuhkan pesawat Rusia pada bulan September 2018, dan Iran menjatuhkan pesawat penumpang Ukraina atas Teheran bulan lalu, Yadlin, seorang mantan pilot pesawat tempur sendiri, menulis bahwa sistem pertahanan udara Rusia yang maju dan efektif sedang digunakan secara sembarangan oleh operator Suriah dan Iran, yang membahayakan penerbangan sipil.
Terkait tudingan Rusia bahwa Israel menggunakan pesawat sipil sebagai perisai serangan udara ke Suriah, Yadlin mengatakan Israel mencoba beroperasi dalam hitungan jam dengan sedikit lalu lintas sipil.
"Militer Israel telah mengadopsi taktik bersembunyi di balik pesawat tak bersenjata, termasuk pesawat sipil," kata Letjen Gorbenko, pensiunan jenderal yang bertugas di pasukan udara Soviet dan Rusia selama 40 tahun lebih. "Taktik ini membuat serangan terhadap target Suriah aman bagi Angkatan Udara Israel, karena sangat membatasi tindakan pertahanan udara Suriah yang takut menembak jatuh pesawat penumpang karena kesalahan. Tetapi aspek moral dari penggunaan taktik semacam itu dipertanyakan."
Menurut Gorbenko, fakta bahwa Israel memilih untuk mengatur waktu serangannya ke Damaskus dengan berdekatan jadwal pesawat penumpang ke ibu kota Suriah hampir pasti bukan kebetulan. "Kemungkinan Israel mengetahui jadwal penerbangan reguler di Suriah, dan bisa menunda serangan jika mereka mau," katanya