Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bank muamalat indonesia:cara menyalurkan dana

Dana bank muamalat indonesia diusulkan bagi pedagang eceran yang kesulitan modal. dengan membentuk koordinator wilayah di tiap kelurahan yang bertanggung jawab kepada bmi pusat.

3 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA tertarik dengan masalah Bank Muamalat Indonesia (TEMPO, 12 September 1992, Bisnis Sepekan). Di situ tertulis, pada akhir Juli 1992, BMI telah berhasil mengumpulkan dana Rp 85 milyar lebih. Dari jumlah itu, manajemen BMI baru menyalurkan Rp 6,6 milyar. Lalu saya teringat pada Bang Aloi, seorang pemilik warung kopi pinggir jalan. Di warung itu Bang Aloi menjual kue-kue seharga Rp 50, teh manis Rp 100, dan kopi manis Rp 150. Tentu kita akan bertanya, berapa sih keuntungan Bang Aloi? Karena kesulitan dana, Bang Aloi meminjam uang Rp 100 ribu kepada sebuah lembaga semacam koperasi. Setelah dipotong biaya administrasi, Bang Aloi hanya menerima Rp 90 ribu. Uang itu ia angsur setiap hari Rp 4.000. Jadi, satu bulan (30 hari) Bang Aloi telah mengembalikan uang sejumlah Rp 120 ribu. Dengan kata lain, Bang Aloi membayar bunga sebesar 33,5% flat. Saya yakin, tak satu pun konglomerat sanggup melakukan seperti yang dilakukan Bang Aloi itu. Nah, orang semacam Bang Aloi inilah seharusnya jadi sasaran utama penyalur kredit tanpa bunga dari BMI. Untuk itu saya mengusulkan, pada tahap awal sasarannya adalah pedagang eceran (seperti Bang Aloi) di kota-kota, di mana setiap kota dibagi berdasarkan kelurahan. Di tiap kelurahan diangkat semacam koordinator wilayah (korwil) yang bertanggung jawab langsung kepada BMI Pusat. Orang yang ditunjuk sebagai korwil, yakni sudah berpenghasilan tetap (bila perlu sudah mapan) atau sesepuh masyarakat. Korwil ini diberi kuasa penuh untuk mengangkat anggota korwil yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Tugas mereka menyalurkan dana secara langsung kepada pedagang eceran dan menagihnya tiap hari. Sedangkan tugas korwil adalah menerima transfer uang dari BMI, menyalurkan, dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada BMI pusat setiap bulan. Keuntungan sistem ini, BMI tidak perlu mendirikan kantor-kantor cabang di berbagai tempat. Itu berarti meng hemat biaya operasional. Sedangkan hasil maksimalnya menyentuh lapisan bawah, ini dapat menggugah idealisme dan menggalang kesetiakawanan sosial. SYAMSUL ALWIE Dosen FP UNSRI Jalan Bukit Kecil 57 Palembang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus