SAYA tertarik dengan masalah Bank Muamalat Indonesia (TEMPO, 12 September 1992, Bisnis Sepekan). Di situ tertulis, pada akhir Juli 1992, BMI telah berhasil mengumpulkan dana Rp 85 milyar lebih. Dari jumlah itu, manajemen BMI baru menyalurkan Rp 6,6 milyar. Lalu saya teringat pada Bang Aloi, seorang pemilik warung kopi pinggir jalan. Di warung itu Bang Aloi menjual kue-kue seharga Rp 50, teh manis Rp 100, dan kopi manis Rp 150. Tentu kita akan bertanya, berapa sih keuntungan Bang Aloi? Karena kesulitan dana, Bang Aloi meminjam uang Rp 100 ribu kepada sebuah lembaga semacam koperasi. Setelah dipotong biaya administrasi, Bang Aloi hanya menerima Rp 90 ribu. Uang itu ia angsur setiap hari Rp 4.000. Jadi, satu bulan (30 hari) Bang Aloi telah mengembalikan uang sejumlah Rp 120 ribu. Dengan kata lain, Bang Aloi membayar bunga sebesar 33,5% flat. Saya yakin, tak satu pun konglomerat sanggup melakukan seperti yang dilakukan Bang Aloi itu. Nah, orang semacam Bang Aloi inilah seharusnya jadi sasaran utama penyalur kredit tanpa bunga dari BMI. Untuk itu saya mengusulkan, pada tahap awal sasarannya adalah pedagang eceran (seperti Bang Aloi) di kota-kota, di mana setiap kota dibagi berdasarkan kelurahan. Di tiap kelurahan diangkat semacam koordinator wilayah (korwil) yang bertanggung jawab langsung kepada BMI Pusat. Orang yang ditunjuk sebagai korwil, yakni sudah berpenghasilan tetap (bila perlu sudah mapan) atau sesepuh masyarakat. Korwil ini diberi kuasa penuh untuk mengangkat anggota korwil yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Tugas mereka menyalurkan dana secara langsung kepada pedagang eceran dan menagihnya tiap hari. Sedangkan tugas korwil adalah menerima transfer uang dari BMI, menyalurkan, dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada BMI pusat setiap bulan. Keuntungan sistem ini, BMI tidak perlu mendirikan kantor-kantor cabang di berbagai tempat. Itu berarti meng hemat biaya operasional. Sedangkan hasil maksimalnya menyentuh lapisan bawah, ini dapat menggugah idealisme dan menggalang kesetiakawanan sosial. SYAMSUL ALWIE Dosen FP UNSRI Jalan Bukit Kecil 57 Palembang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini