SEBUAH 'negara berkembang' lahir ketika dunia, seperti kata
Micheal Harrington, dengan sistemnya yang timpang, telah
terbentuk sejak abad ke-16. Dan posisinya pun berada di daerah
tepian sistem kapitalisme internasional. Maka Hamza Alavi
menyebut negara-negara baru itu 'negara kapitalisme tepian'.
Dari konteks ini konsep negara berkembang menjadi lain dari
negara maju.
Realitas keterbelakangan sosial-ekonomi dan politik, di negara
baru, menjadikan posisi negara dominan. Sebab hanya negara yang
mampu mentransformasikan masyarakatnya yang terbelakang dan
transformasi inilah yang disebut 'pembangunan'. Dengan
pembangunan, tentu saja negara tidak bisa memisahkan diri dari
pusat modal internasional dalam sistem yang timpang di atas.
Sebab hanya dengan bantuan 'pusat' itulah pembangunan dan
modernisasi masyarakat bisa berlangsung.
Pengokohan dominasi negara di tengah masyarakat pertama-tama
terjadi karena modal untuk pembangunan bukan dari masyarakat.
Melainkan dari usaha negara sendiri, walau dalam bentuk
pinjaman. Kedua, negara mengakumulasikan kaum teknokrat yang
menyusun bagan operasional maupun kebijaksanaan pembangunan
hampir-hampir secara eksluslf - karena hanya merekalah yang tahu
bagaimana membuatnya.
Ketiga, lewat dana pinjaman, negara mampu menjaga stabilitas
agar pembangunan bisa berlangsung. Setidak-tidaknya dengan
ketiga hal pokok ini negara memantapkan posisinya sebagai pusat
kegiatan ekonomi, politik dan pertahanan keamanan dalam
masyarakatnya.
Tetapi, karena posisi negara-negara baru ini berada dalam
kerangka kapitalisme internasional, setiap gerak untuk mandiri
harus memperhitungkan kemungkinan modal yang bisa diperoleh.
Usaha negara untuk menciptakan pemerataan pendapatan dengan
memusatkan modal pada sektor-sektor yang bisa meluaskan lapangan
kerja - tapi tidak punya dampak signifikan dalam peningkatan
ekspor - tidak menarik perhatian modal luar, kecuali pada
produk-produk yang laku di pasaran dunia.
Keterbatasan itu memaksa negara baru memilih model pembangunan
yang sesuai dengan dinamika dan sirkulasi modal internasional
itu. Dan kenyataan ini justru sering menenggelamkannya ke dalam
ikatan sistem kapitalisme, sesuatu yang pada dasarnya diinginkan
untuk dihindari dengan pembangunan.
Posisi hubungannya yang semacam itu, serta jalan pembangunan
yang harus ditempuh, mempengaruhi proses pembentukan kelompok
dominan dalam negara bersangkutan. Dalam hal ini teori kaum
strukturalis maupun pendukung market model, bahkan teori kaum
Marxis, tidak relevan. Apa yang menggejala ialah posisi negara
baru yang memperteguh struktur dan sistem kapitalisme
internasional itu mempengaruhi ahirnya kelompok-kelompok
dominan yang hanya mampu hidup dengan adanya, atau
dipertahankannya oleh mereka, sistem kapitalisme di negara
sendiri.
Dalam pada itu peran negara sebagai pelaku tunggal pembangunan,
yang menyebabkannya berkemampuan besar menciptakan
lembaga-lembaga ekonomi dan sosial secara menyeluruh,
menumbuhkan situasi yang menghapuskan swasta yang kuat.
Sebaliknya muncul kelompok-kelompok di atas, yang secara
langsung atau tidak berkaitan pula dengan kelompok-kelompok
luar, tetapi berada di bawah payung negara.
Kelompok pertama adalah mereka yang melaksanakan tugas-tugas
negara. Ini berada di dalam badan-badan perencanaan, pelaksanaan
maupun dalam institusi sosial-ekonomi yang dibentuk negara.
Operasionalisasi tugas-tugas negara ini mengundang hadirnya
kelompok-kelompok swasta yang disebut borjuase. Kelompok
terakhir ini, seperti terlihat di Pakistan dan India, adalah
pemilik modal tanah - tetapi bukan feodal yang mengeksploitasi
kaum buruh tak bertanah.
Berbarengan dengan pelembagaan sistem ekonomi kapitalis, muncul
pula borjuase pribumi. Mereka tidak hanya terdiri dari kaum
komprador yang perannya sangat bertumpu pada modal asing. Tetapi
Juga kaum borjuase industri, yang berhubungan secara mendua
dengan modal asing. Yang terakhir ini sebenarnya merupakan rival
pengusaha lokal tetapi dalam waktu yang sama, sejauh para
pengusaha lokal berkembang secara independen, kaum yang
merupakan bagian dari modal asing ini - terutama mereka yang
terikat pada teknologi industri maju - berusaha mencari
hubungan kolaboratif dengan modal industri pribumi yang sedang
tumbuh.
Di samping itu - dan inilah kelompok kedua - terdapat pula kaum
borjuase metropolitan yang mewakili masyarakat dan sekaligus
negara kapitalis maju.
Kelompok pertama terlihat keberadaannya secara fisik, dan baik
organisasi maupun sumber-sumbernya terdapat di negara baru
sendiri. Sedangkan kelompok kedua bersifat agak lain: bertindak
sebagal perantara negara maJu dengan negara baru.
Dengan demikian, negara baru memiliki kelompok-kelompok dominan
yang bervariasi yang oleh Alavi disebut plurality of class.
Ketiga kelompok dominan ini tidak berada dalam kelas terpisah
melainkan hanya fraksi-fraksi dalam satu kelas yang tunggal.
Karena itu hubungan di antara mereka bukan suatu kontradiksi
struktural. Tetapi mereka ini tidak berproses membentuk kelompok
penguasa secara tunggal - berbeda dengan yang terlihat di
negara-negara kapitalis maju.
Sifat fraksionisme dan ekslusivise tiap-tiap kelompok ini
memberi alternatif penghayatan lain terhadap peran dan fungsi
negara baru. Bahwa negara bukan sekadar alat kelompok penguasa
untuk mencapai tujuan spesifiknya seperti konsep kaum Marxis
bukan hasil interaksi peran yang saling melengkapi, atau buah
kompetisi bebas dengan hasil yang adil, seperti teori kaum
strukturalis dan pendukung market model.
Melainkan ajang pertarungan kelompok elite yang berusaha
mempergunakan kekuasaan negara untuk kepentingan fraksi masing-
masing, dengan hasil yang sering tidak adil - terutama jika
dilihat dari konteks masyarakat bawah. Pertarungan-pertarungan
ini menyangkut perebutan posisi politik dalam usaha mengontrol
sumber-sumber ekonomi yang berhubungan dengan pendanaan
pembangunan.
Dan di situ sering disaksikan retaknya suatu keluarga - yang
oleh kedudukan politisnya memungkinkannya mengontrol
sumber-sumber ekonomi - ketika setiap anggota keluarga itu
mengincar satu sumber strategis yang sama. Negara baru memang
bukan jalan besar kehidupan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini