Setelah membaca tulisan "Nantikan Dana di Bandar Udara" (TEMPO, 8 Februari 1992, Nasional), hati saya tergerak untuk ikut sekadar urun-rembuk, kalau mungkin, untuk "meluruskan" hal-hal yang ditulis dalam rubrik tersebut. Sebab, mungkin saja terjadi salah kutip atau ucap mengingat suasana ketika pertemuan itu. Diakui, di bawah kepemimpinan Hasan Basri Durin, Sumatera Barat telah berhasil meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Minangkabau. Dalam dua tahun terakhir ini, pendapatan perkapita penduduk pedesaan telah meningkat dari US$ 560 menjadi US$ 650. Di samping itu, laju pertumbuhan ekonomi Sumbar mencapai 7% dalam tiga tahun ini. Itu melampaui target yang 5,9%. Ini menunjukkan bahwa konsep pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan "Tungku Tiga Sejarang" telah mulai berjalan dengan baik. Tapi dalam tulisan itu, Hasan Basri Durin, pada pertemuan dengan para bupati dan wali kota, menyampaikan rasa prihatinnya tentang berkembangnya "budaya atau perilaku pengemis yang membuat masyarakat menjadi malas" di Minangkabau. Ungkapan itu, kalau benar, membuat hati kami dirantau ikut terenyuh. Namun, perlu diingat, timbulnya perilaku seperti itu tentunya tidak seketika, tapi melalui proses dalam produk kita semua. Nama dan alamat ada pada Redaksi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini