Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dalam kitab bavisya purana

Dalam kitab weda dan kitab bavisya purana agama hindu ada informasi tentang nabi muhammad saw. tapi ada perbedaan dalam "nama".

29 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam diskusi "Pandangan Hindu terhadap Islam" di Universitas Nasional, Jakarta, awal Februari 1992 (TEMPO, 15 Februari 1992, Agama), Dirjen Bimas Hindu dan Budha I Gusti Agung Gde Putra mengatakan bahwa dalam kitab Weda, yang terdiri atas 30 jilid, ada semacam pemberitaan bahwa nantinya akan datang seorang maharesi bernama Mahamatan, yang diturunkan untuk kaum pedagang. Apakah ini maksudnya Nabi Muhammad, "Saya masih bertanyatanya," kata Gde Putra. Sebenarnya, informasi tentang nama Nabi Muhammad saw. dalam kitab Hindu sudah pernah diungkapkan oleh Bahrum Rangkuti, sastrawan yang pernah menjadi Sekjen Departemen Agama, di Harian Kami edisi 6 September 1971. Tapi ada perbedaan dalam "nama" dan kitabnya. Bahrum Rangkuti menemukan itu dalam kitab Bavisya Purana dengan nama Mahamada yang bertempat tinggal di Mokhusta (Mekkah?). Artikel itu ditulis Bahrum Rangkuti sehubungan dengan tulisan Harjadi S. Hartowardojo yang mempertanyakan tentang Nabi Muhammad saw., yang menurut Harjadi tidak disebut dalam Hindu Dharma. Bahkan, menurut Bahrum Rangkuti, ada seorang sarjana India bernama Pandit Shanti Dev Shastri masuk Islam setelah ia menemukan kutipan-kutipan panjang dari kitab Bavisya Purana yang berbahasa Sansekerta itu. Hal itu pernah dikemukakan Bahrum Rangkuti kepada dosennya, Profesor Poerbotjaroko. Setelah memperhatikan bahasa Sansekerta pada kitab Bavisya Purana yang 18 jilid itu, Poerbotjoroko lalu menyatakan bahwa hal itu adalah sesuatu yang esensial. Selanjutnya, menurut Poerbotjaroko, tradisi memang menempatkan buku-buku Purana sejajar dengan Weda, tapi hal itu kurang diketahui oleh orang-orang India sendiri. Sementara itu, di kalangan alim ulama Islam sendiri, adanya khabar nubuwwah Nabi Muhammad saw. dalam kitab Hindu baru menjadi perhatian belakangan ini. Sebab selama ini mereka terhalang oleh bahasa Sansekerta. Barulah pada tahun 1950-an, para sarjana dan ulama Islam mulai mempelajari bahasa-bahasa India Purba, termasuk bahasa Sansekerta. Karena Quran mengatakan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa telah diberkahi Allah swt. dengan seorang utusanNya. E.F. RAMADLAN Puri Kembangan D3 Nomor 5 Kebon Jeruk, Jakarta Barat Jakarta 11610

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus