Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Falsafah koyo

Pembenahan organisasi perangkat pemerintah terkadang memakai resep koyo. semua organisasi dengan gerak & kondisi berbeda ditempeli skema yang baku. kalau dipaksakan secara doktriner bisa terjadi distorsi.

8 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang tidak dapat disembuhkan dengan koyo? Pusing, pegel linu. mual, keseleo, masuk angin atau sakit apa saja. Tempel koyo, dijamin beres. Apakah benar begitu, tidak perduli. Bila Engkong sudah bilang koyo, kacung tidak boleh membantah. Suka tidak suka, koyo mesti ditempel. Perkara sembuh urusan belakang. Membenahi organisasi perangkat pemerintah kadang juga menggunakan falsafah koyo. Bila resep baku sudah ditetapkan semua aparat harus menempelkannya. Departemen non Departemen ataupun pemerintah daerah. Perkara sesuai atau tidak, urusan belakang. Laksanakan dulu baru dinilai. Maka tidak ada pilihan lain daripada: siap laksanakan. Demikianlah, skema demi skema disusun. Kedudukan tugas pokok, fungsi, organisasi dan tatakerja berbagai ragam perangkat pemerintah dirumuskan secara terbaku. Apakah itu Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertambangan, Departemen Agama atau Departemen Keuangan, semua susunan organisasinya harus ikut pembakuan. Maunya Daerah Khusus Ibukota, atau Daerah Tingkat I Irian Jaya, susunan organisasi pemerintah daerahnya harus ikut pedoman yang sama. Padahal corak pekerjaan, sifat tantangan yang dihadapi dan tingkat perkembangan fungsi-fungsi serta kondisi lingkungan administrasi jelas berbeda-beda. Bak gajah, burung semut, harus dibuatkan satu model kandang yang terbaku. Korban pertama tentulah daya guna dari usaha mewadahi binatang yang satu sama lain berbeda itu. Kandang besar semutnya lolos. Kandang kecil gajah tak bisa bernafas. Keluhan pertama terhadap pembakuan ini, ialah bahwa kesesuaian, dengan maksud meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan, sulit dipertahankan. Chartologi Sejauh ini polarisasi pokok pikiran sekitar pilihan struktur organisasi perangkat pemerintah bertumpu pada dua kutub. Di satu fihak dikehendaki adanya pembakuan. Fihak lain ingin menyusunnya sesuai dengan kebutuhan kemudahan pencapaian tujuan. Dan pilihan pun jatuh ke pembakuan. Mudah mengaturnya, sederhana mengkaitkannya dengan pengelolaan sumber-sumber (resources). Pokoknya begitu baku, distel, urusan penertibannya dikira jadi gampang beres, asal pola bakunya cukup rasional. Maka untuk meladeni kehendak menyusun pola baku yang yahud, semacam disiplin baru diam-diam ditekuni: chartologi. "Ilmu" ini berurusan dengan susun-menyusun, setel-menyetel, dan mengotak-atik chart organisasi. Dalam "ilmu" ini juga muncul angka-angka ajaib dan sebutan-sebutan keramat. Angka 5 dan 7 adalah angka ajaib. Misalnya 5 ialah jumlah bagian di bawah biro. Angka 7 ialah jumlah sub direktorat di bawah direktorat. Tidak boleh- lebih biarpun bagaimana tantangannya. Sebutan badan, biro, direktorat, pusat punya konotasi sendiri-sendiri yang aturannya cukup ketat, sehingga tidak boleh sembarang pakai. Dan lain-lain aturan yang dikeramatkan. Tingkah Laku Sayangnya ulah dan perilaku organisasi itu ternyata terlalu kompleks untuk diajak membakukan diri. Maklumlah, yang menjadi kemudi, roda, sekrup dan semua suku mesin organisasi ini terdiri dari manusia. Dalam pembakuan, mereka dituntut mengikuti pola hubungan kerja secara benar menurut struktur. Tetapi manusia ini terlanjur ditakdirkan punya perasaan, harga diri, cita-cita, potensi kemampuan dan kelemahan manusiawi lainnya. Juga mereka terlanjur dibesarkan dalam lingkungan yang membentuk kebiasaan, gaya kerja yang khas. Organisasi tidak bekerja seperti mesin, mengikuti mekanisme yang sudah dipastikan. Ia bukan simple deterministrc system. Prakteknya, kerja organisasi lebih menyerupai jaringan komunikasi yang amat kompleks dan serba mungkin arah perkembangannya, ditentukan oleh kondisi lingkungan. Ia lebih merupakan complex probabilistic system. Banyak faktor menentukan bentuk akhir dari pola komunikasi dalam organisasi itu. Danpola komunikasi inilah yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Pola komunikasi yang nyata berjalan yang menentukan hasil kerja bukan yang formal. Demikianlah dijumpai sejumlah kenyataan yang mengecohkan chartologi. Antara beberapa daerah yang sudah mengikuti pedoman dalam menyusun struktur organisasi pemerintahannya, dalam praktek proses pengambilan keputusannya bisa sangat berbeda. Ada Sekretaris Wilayah Daerah yang sigap bertindak sebagai Staf umum. Ada yang hanya menjalankan tugas penunjang. Ada Bappeda yang amat besar peranannya ada yang hanya sekedar tempelan. Ada Kepala Direktorat yang teramat kokoh peranannya, ada yang sekedar menyandangnya sebagai mahkota kecil tanpa peran, tanpa kewenangan nyata. Ini semua ternyata tidak dapat sembuh dengan resep pembakuan. Pembakuan Sebagai Kendali Distorsi dan keganjilan-keganjilan itu berjalan terus, setelah beberapa tahun pembakuan dijalankan. Malah ada perkembangan yang patut memperoleh perhatian. Jabatan strukturil yang menempel di kotak skema, dibagi-bagi sekedar memenuhi formasi. Pembagian fungsi-fungsi, hanya bisa bertahan sebagai formalitas. Isinya sudah berobah, lain sekali dari rumusan formal yang ada. Memang, pertumbuhan, gerak dan ulah organisasi perangkat pemerintahan perlu dikendalikan. Pertumbuhannya tidak boleh semau-maunya. Karena konsekwensinya pada pembebanan sumber-sumber yang terbatas. Juga demi effisiensi. Pemerintah perlu pedoman, tolok ukur, agar bisa bijaksana dalam memperlakukan berbagai satuan dan tingkatan organisasi pemerintahan. Karena itu pengaturan mengenai masalah itu toh diperlukan, sebagai kendali. Cuma, aturan atau pembakuan tersebut ternyata tidak bisa terlalu doktriner, sehingga mengabaikan realitas dan memaksakan terjadinya keganjilan serta distorsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus