Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cari Angin

Viral

Apakah ini kehendak semesta yang menunjukkan betapa negara ini sedang sakit, mengabaikan masalah akhlak?

26 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Viral

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Media sosial akhirnya menjadi kekuatan dahsyat yang bisa mempengaruhi kebijakan publik dan menekan aparat hukum agar bertindak lebih cepat. Suara para netizen tak bisa lagi diabaikan. Kasus yang sederhana pun bisa melebar ke mana-mana, seolah-olah ada kekuatan dahsyat lain dari semesta untuk membuka aib. Sering oleh hal yang sepele dan tak terduga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Coba kita telisik kasus viral yang terheboh saat ini. Dimulai dari para remaja yang dimabuk “cinta monyet”—istilah yang lama tak kita dengar. AG, usia 15 tahun, berpacaran dengan David, 17 tahun. Lalu asmara mereka putus dan AG jatuh cinta kepada Mario Dandy, 20 tahun. Disebabkan hal-hal kecil khas remaja, Mario mendengar perlakuan David yang tidak baik terhadap AG. Mario naik pitam dan mencari di mana keberadaan David.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

David diseret ke gang yang sepi, lalu dibantai Mario yang lebih kekar. David yang kurus jatuh tertelungkup. Mario meminta temannya, Shane, merekam adegan kekerasan itu. Mungkin terpengaruh oleh video kekerasan yang banyak beredar atau bisa jadi mereka berniat membuat konten yang tak terpikirkan efek buruknya, suatu kegemaran baru remaja tanggung. Mario jadi tambah beringas dan… ah, kita hentikan saja narasi ini. David tak sadarkan diri. Video kekerasan itu tersebar. Viral dan netizen ngamuk.

Lalu, di mana semesta mendapatkan celah mendompleng kasus ini? Ada jejak digital Mario yang gemar memamerkan gaya hidup mewahnya. Naik motor gede. Menggunakan Jeep mewah, termasuk ketika menghajar David. Pelat nomor mobil dipasang yang palsu karena mobil itu belum membayar pajak. Kok, bisa dia berfoya-foya? Ternyata ayahnya seorang pejabat di Direktorat Jenderal Pajak dengan golongan eselon III. Sebut saja nama pendeknya, Rafael.

Kecaman terhadap Mario tetap tinggi, tapi ayahnya jauh lebih dihujat. Bagaimana caranya bisa punya harta Rp 56 miliar lebih, melebihi harta Direktur Jenderal Pajak? Menteri Keuangan pun bertindak dan meminta Rafael diperiksa. Adapun Rafael sudah muncul dalam sebuah video, siap memverifikasi harta yang dilaporkannya, selain dia meminta maaf dalam kasus anaknya itu.

Apakah Rafael melakukan korupsi? Belum ada pemeriksaan, tapi Menteri Keuangan sudah mencopot Rafael dari jabatan Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Pajak pada Kantor Wilayah Jakarta Selatan II. Rafael pun kemudian membuat surat pengunduran diri sebagai aparatur sipil negara (ASN).

Sungguh kasus yang menarik. Dari “cinta monyet”, lalu menjadi penganiayaan yang sadis, berlanjut ke masalah harta bejibun pegawai pajak. Bisa berimbas pada kepercayaan masyarakat dalam membayar pajak, seperti yang dikhawatirkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Apakah ini kehendak semesta yang menunjukkan betapa negara ini sedang sakit, mengabaikan masalah akhlak dan keluar dari jalur peradaban yang luhur?

Pelajaran dari kasus ini adalah mari kita melakukan introspeksi secara nasional. Barangkali kita terlalu bernafsu membangun jalan tol, kereta api cepat, bandara, lalu lupa membangun peradaban dan melestarikan budaya luhur masa silam. Perilaku kita sudah menyimpang dan semesta melahirkan netizen yang selalu mengintip dan membuka aib.

Ada perwira polisi yang ingin menutupi punya istri muda, tapi ketahuan hanya karena hal sepele: sang istri simpanan ikut iring-iringan polisi lalu menabrak seorang mahasiswi. Pernah terjadi aparat kepolisian mentersangkakan orang yang sudah meninggal, tapi suara netizen merevisinya. Kita pun kurang bersuluh pada berbagai kisah kebajikan di masa lalu. Dalam epos Ramayana, misalnya, perang terjadi karena ulah wanita. Banyak kisah sejenis ini yang perlu kita ambil pesannya. Bukankah Ferdy Sambo membunuh ajudannya hanya karena bisikan wanita? Sampai kasus Sambo selesai diadili, kita tak pernah tahu apa bisikan istri Sambo itu, seolah-olah tak penting. Lalu, apa yang dibisikkan AG sehingga Mario melakukan tindakan sangat kejam dan kehebohannya mengguncang kementerian negara? Mungkin itu juga tak penting.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Putu Setia

Putu Setia

Penulis tinggal di Bali. Mantan wartawan Tempo yang menjadi pendeta Hindu dengan nama Mpu Jaya Prema

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus