SALAH satu toko sepatu terbesar di Amerika Serikat bukannya terletak di Fifth Avenue, New York, tetapi di sebuah kota kecil Sharon di Negara Bagian Pennsylvania, yang hanya berpenduduk 19.057 orang. Kota itu adalah kota tua yang muncul ketika sebuah industri baja dimulai di dekat situ. Tetapi toko sepatu Reyers itu bisa menyedot 1.000 sampai 3.000 pembeli setiap hari. Toko itu dilayani oleh 88 tenaga penjual dan stok hariannya mencapai 125 ribu pasang sepatu. Salah seorang karyawan di situ bahkan pernah menggondol medali dari Asosiasi Pengecer Sepatu karena prestasinya menjual sepatu seharga setengah juta dolar setahun. Artinya, tiap 15 menit ia menjual sepasang sepatu. Medali itu tidak pernah dikeluarkan lagi karena tidak pernah ada orang lain yang mampu mendekati prestasi setinggi itu. Toko Reyers sendiri mempunyai omset 6-8 juta dolar setahun, 30 kali omset toko sepatu rata-rata. Apakah gejala ini terjadi karena penduduk kota kecil Sharon itu begitu menggemari sepatu, sehingga sekali seminggu mereka membeli sepatu? Ternyata, tidak. Pengunjung toko Reyers berdatangan dari kota-kota lain dalam radius 100 km. Apa sih resepnya sehingga bisa laris begitu? Di kota kecil Salam, dekat Borobudur, ada sebuah rumah kecil yang tiap hari menghasilkan setengah ton kue wajik - dan habis dijual. Wajiknya memang istimewa legitnya. Toko Bata di sudut Blok M dulu pernah pula tercatat sebagai salah satu toko Bata yang paling laris. Sebab, lokasinya memang sangat strategis. Tetapi formula sukses yang utama dari toko sepatu Reyers adalah besarnya stok atau persediaan. Dari stok li5 ribu pasang sepatu terdapat segala macam merk, mulai dan yang pahng eksklusif sampal yang pahng sederhana, termasuk 376 jenis sepatu olah raga yang sedang jadi mode. Dari tiap merk disediakan segala model dan segala ukuran. Toko ini pun menganggarkan dana yang besar untuk beriklan. Tetapi formula sukses yang tidak kalah pentingnya adalah keramahtamahan para pegawai toko. Sektor ini memang mulai melemah di mana-mana. Jarang sekali kita kini dilayani sepenuh hati oleh pegawai toko. Di Reyers, sekalipun pada hari Sabtu yang penuh pembelanja, para pegawai toko tetap melayani tamunya dengan ramah. Ini juga ada rahasianya? "Kami pemegang saham di sini," kata mereka. Setiap pegawai tidak menenma komisi penjualan, tetapi mereka memperoleh pembagian keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang mereka peroleh dari perusahaan. Sebagai pemegang saham, mereka tentu mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Memberi saham kepada karyawan kini merupakan cara yang banyak dipakai untuk menjamin sense of belonging atau rasa melu handarbeni para karyawan terhadap perusahaan. Ketentuan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) yang baru bahkan menstipulasikan ketentuan bahwa perusahaan penerbitan pers harus mencadangkan sejumlah saham bagi para karyawannya. Donald Burr, salah satu dari tujuh orang Amerika yang dianggap paling sukses pada tahun 1984 oleh majalah Time, juga memakai sistem pembagian saham untuk menunjang suksesnya. Dari sebuah hanggar bobrok dan tiga pesawat Boeing 737 bekas yang dibeli dari Lufthansa, Donald memulai People Express, sebuah maskapai penerbangan baru yang didirikan setelah Undang-Undang Deregulasi Maskapai Penerbangan pada tahun 1978. Sekarang People Express sudah masuk sepuluh besar dalam dunia penerbangan di Amerika Serikat, mengangkut rata-rata sejuta penumpang setiap tahun. Donald Burr memberikan jabatan manajer bagi setiap karyawan yang berjumlah 4.000 orang. Seorang pramugari, misalnya, adalah customer- service manager. Pada periode-periode tertentu Donald melakukan perputaran jabatan. Ia sendiri kadang-kadang bertugas menjadi pramugara. Dengan membuat semua karyawan berpangkat manajer, maka People Express tidak akan pernah dihantui pemogokan. Soalnya, manajer tidak boleh ikut serikat buruh. Selain itu, setiap "manajer" harus membeli sedikitnya 100 saham perusahaan, kalau perlu dengan mencicil dan dipotong dan gaji. Donald juga mengakui bahwa apa yang dilakukannya itu bukanlah suatu eksperimen sosialistis. "Ini justru bisnis kapitalis yang tidak tanggung-tanggung," katanya. Tentu ada juga kelemahan sistem ini. Volvo, misalnya, adalah perusahaan Swedia terbesar yang tidak hanya membuat mobil dan bus, tetapi juga telah mendiversifikasikan usahanya sampai produksi makanan olahan dan air mineral. Dalam struktur perusahaan Volvo tidak ada seorang pun yang mempunyai saham di atas 6%. Akibatnya, Volvo gagal membeli ladang minyak di Norwegia untuk ditukar dengan 40% saham Volvo Group. Soalnya, tidak ada suara mutlak, dan mayoritas pemegang saham tidak menyetujui langkah yang melibatkan negara lain itu. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini