Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Kapan Si Terkaya Bebas Lumpur

Majalah Forbes menobatkan Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya Indonesia. Lebih elok jika penyelesaian kewajiban Bakrie terhadap korban Lapindo dipercepat.

31 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENOBATAN orang terkaya Indonesia oleh majalah Forbes Asia kerap mengundang kontroversi. Dan itu bukan tanpa alasan. Aburizal Bakrie, yang baru saja menyabet ”mahkota” itu untuk tahun 2007, pantas saja menjadi sorotan. Kelompok bisnis keluarga Bakrie masih menunggak pembayaran ganti rugi kepada para korban semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur—tempat Lapindo Brantas, unit usaha Grup Bakrie, melakukan pengeboran minyak dan gas.

Pada tahun sebelumnya, penobatan Sukanto Tanoto sebagai orang paling tajir di Republik ini juga menghadirkan ironi. Bos Grup Raja Garuda Mas ini diduga mengemplang pajak bertahun-tahun. Aparat Direktorat Jenderal Pajak dalam kesimpulan sementara menaksir kerugian negara Rp 1,3 triliun.

Sukanto tahun ini melorot ke peringkat kedua, Aburizal Bakrie moncer di posisi puncak. Berkat kekayaan keluarganya yang menggembung hampir lima kali lipat dari tahun lalu menjadi US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp 50,2 triliun, ia berhasil menyalip lima taipan papan atas, termasuk Rachman Halim (Gudang Garam) dan Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas).

Kembalinya kejayaan bisnis Grup Bakrie bukan hal mengagetkan. Majalah yang sama tiga tahun lalu bahkan menempatkan Aburizal di urutan keempat dengan total kekayaan US$ 735 juta. Krisis ekonomi rupanya tidak pernah benar-benar merontokkan pilar-pilar imperium bisnis ini. Mungkin benar yang diyakini Aburizal tatkala keluarganya harus kehilangan hampir semua saham PT Bakrie & Brothers ketika merestruktusasi utang raksasanya enam tahun silam. Aburizal yakin, aset yang hilang itu akan direbutnya kembali: ”Kayak kumis yang dicukur, nanti juga tumbuh lagi.”

Ketika sejumlah konglomerat memilih kabur atau mangkir dari kewajiban melunasi utangnya, sikap Bakrie yang menghampiri para kreditor patut diacungi jempol. Berkat langkah itu, kapal bisnis Bakrie yang sempat oleng kembali kukuh. Para kreditor tak meninggalkannya, malah kembali mengucurkan duit pinjaman.

Awal kebangkitan Grup Bakrie ditandai dengan keberhasilan PT Bumi Resources, unit usahanya, membeli perusahaan tambang batu bara PT Arutmin Indonesia dari BHP Billiton (Australia) pada Oktober 2001. Kejutan lebih besar dibuatnya sewaktu Bumi berhasil menyalip langkah pemerintah membeli PT Kaltim Prima Coal senilai US$ 500 juta. Lewat pembelian dua tambang ini, Bumi menjelma menjadi produsen batu bara terbesar di Indonesia.

Kenaikan harga batu bara di pasar dunia—hampir dua kali lipat dari tahun lalu—ibarat durian runtuh buat Bakrie. Harga saham Bumi langsung meroket enam kali lipat dalam setahun terakhir. Ini membuat kapitalisasi pasarnya di lantai bursa membengkak menjadi Rp 116,4 triliun—terbesar kedua setelah PT Telkom. Sebagai pemilik 40 persen saham Bumi, otomatis kekayaan Bakrie pun melonjak drastis. Jika diuangkan, dari saham Bumi saja Bakrie mengantongi sekitar Rp 47 triliun.

Sungguh disesalkan, penambahan pundi-pundi keluarga Bakrie setahun terakhir itu tidak membuatnya lebih besar hati untuk melunasi kewajibannya kepada para korban bencana Lapindo. Dana Rp 3,4 triliun yang harus disediakannya, seperti telah disepakati dan diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, belum sepenuhnya direalisasikan. Ganti rugi lahan dan rumah warga di empat desa pun baru sebatas pemberian 20 persen uang muka. Seharusnya pemerintah mendesak Grup Bakrie agar segera menyelesaikan segala kewajibannya, dengan atau tanpa pengumuman Forbes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus