Terlepas dari benar tidaknya tujuan Salman Rushdie menyalurkan imajinasinya dalam seni sastra, tanpa disengaja atau disengaja, seharusnya Rushdie sadar bahwa hasil khayalannya itu konyol dan akan melukai hati orang lain. Sebab, dalam tulisannya itu Rushdie secara tidak langsung menyebut Nabi Muhammad saw. (TEMPO, 25 Februari, Laporan Utama). Yakni mengarahkan imajinasinya kepada Nabi, yang namanya mendekati nabi khayalan Rushdie. Jadi, jelas, Salman Rushdie dengan sengaja menghujat Islam dan Rasulullah Muhammad saw., yang menjadi kepercayaan dan diimani hampir separo jumlah penduduk dunia. Iman Islam bersifat tegas dan lugas, tidak bisa dibuat guyon atau humor. Namun, dengan hanya membunuh Salman Rushdie, kiranya itu tidak akan mengembalikan kekecewaan umat Islam sedunia. Mereka telah diejek Salman Rushdie dengan humor konyol dalam novelnya itu. Yang paling tepat ialah menarik Ayat-Ayat Setan dari peredaran dan memusnahkan naskah aslinya. Tindakan itu perlu, agar orang lain sadar bahwa kebebasan seni atau lainnya di muka bumi ini tidak mutlak. Kebebasan yang saling menghormati itulah yang paling benar. Itu kalau dunia ingin damai dan tenteram. Karena itu, kepada MUI dan pemerintah, saya sebagai seorang Islam, memohon untuk segera mengambil sikap. Hendaknya Pemerintah segera tanggap dengan melarang beredarnya buku tersebut di wilayah hukum Indonesia. Siapa pun yang berusaha membaca novel Ayat-Ayat Setan, jelas, mereka ini ikut mengejek atau menertawakan Islam dan Nabi. Tetapi dengan membakar buku tersebut tanpa membaca dahulu, insya Allah, rahmat serta hidayah Allah akan diperoleh. DJOKO YUWONO Jalan Kresna 6 Depok II Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini