Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Keberingasan Pesta Demokrasi

Pesta demokrasi kali ini adalah upaya memenangkan pemilih muda. Kampanye pemilu lewat pesta jalanan memupuk emosi dan memberi peluang melakukan kejahatan. tapi, dapat melampiaskan kekesalan.

6 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA demokrasi lima tahun sekali pada dasarnya adalah persaingan untuk memenangkan suara. Dalam pemilu kali ini fokus persaingan adalah upaya untuk memenangkan suara pemilih muda yang jumlahnya sekitar 17 juta. Pada setiap persaingan, jalan apa pun akan ditempuh sejauh hal tersebut memberikan peluang untuk memenangkan persaingan. Pengerahan massa di jalanan adalah wujud upaya untuk memenangkan persaingan itu. Bagi PPP dan PDI mungkin ini adalah satusatunya jalan yang terampuh untuk menunjukkan kekuatan partai, dan jalan satusatunya untuk memperoleh suara dari kaum muda. Berbeda dengan Golkar, yang memiliki banyak jalur untuk menunjukkan keunggulan dirinya. Menunjukkan keberhasilan pembangunan semasa Orde Baru melalui pidato aparat pemerintah dan media masa adalah jalur yang ampuh bagi Golkar. Pesta jalanan adalah hal yang sangat menarik di mata kaum muda. Ini adalah peluang untuk melepaskan segala keinginan yang tidak dapat tersalurkan dalam kondisi biasa. Dalam kondisi sulit untuk memperoleh pengakuan atas eksistensi dirinya, pesta jalanan telah memberikan peluang tersebut. Kaum muda adalah kaum yang ingin diakui eksistensi dirinya, tetapi kurang mendapat peluang dalam kehidupan sehari-hari. Hidup yang serba diatur, baik oleh orangtua, oleh peraturan sekolah, maupun peraturan lainnya adalah sumber kekesalan bagi mereka. Terasa bahwa mereka hanya menjadi obyek pembangunan, bukan menjadi subyek yang memiliki peluang untuk menyampaikan suara hatinya. Jarang sekali kaum muda ini dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan diri mereka. Tidak adanya calon legislatif yang berasal dari kaum remaja menunjukkan betapa lemahnya posisi mereka. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang ikut menjadi sumber kekesalan. Antara lain, kesulitan untuk memperoleh peluang pendidikan dan kesempatan kerja, dan kebencian akan ketidaksejalanannya kata dan perbuatan di kalangan kaum tua. Pesta jalanan telah memberi peluang bagi kaum muda untuk menghilangkan kekesalan itu. Mereka yang tadinya diatur kini bisa mengatur orang lain. Angkat tangan dengan satu, dua, atau tiga jari adalah perintah agar orang lain ikut angkat tangan. Menyuruh orang dan kendaraan minggir, yang biasanya hanya bisa dilakukan oleh polisi, kini bisa mereka lakukan. Bila orang tidak membalas salam angkat tangan atau tidak meminggirkan kendaraannya, mereka akan menunjukkan kekuasaannya dengan merusak apa saja yang dimiliki orang lain. Mobil penyok, kepala bengkak, adalah akibat dari pengingkaran terhadap perintah. Mereka berani berbuat demikian karena keberadaannya dalam suatu kelompok besar manusia (mass). Individu yang berada dalam kelompok mengalami proses kehilangan tanggung jawab diri. Segala perbuatan menyimpang yang dilakukan individu menjadi tanggung jawab kelompok. Dalam kondisi demikian, individu akan mempunyai peluang untuk berbuat halhal yang primitif, amoral, dan irrasional. Kaum muda adalah kaum yang intensitas emosinya tergolong tinggi. Intensitas emosi ini meninggi selama pesta jalan. Pidato juru kampanye yang berapiapi, musik rock dan dangdut yang memacu emosi, keberisikan suara sepeda motor yang dicabut saringannya, dan lambaian tangan para penonton pesta jalanan adalah penyebab meningkatnya intensitas emosi. Udara yang panas, asap kendaraan yang berisi karbon monooksida, dan kemacetan lalu lintas adalah faktor lain yang meningkatkan intensitas emosi. Dalam kondisi demikian emosi akan sangat mudah meledak. Kondisi demikian telah memakan korban seperti yang terjadi dalam kampanye pemilu kali ini. Kampanye pemilu model ini adalah kampanye yang memupuk emosi. Emosi adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan rasio. Bila kita ingin meningkatkan kesadaran politik dengan menekankan pada pengembangan rasio, kampanye model ini bukanlah jawabannya. Besarnya jumlah anakanak di bawah umur yang diikutsertakan dalam kampanye adalah bukti betapa besarnya dimensi irrasional ini. Selain itu, ditemukannya orang yang sama yang ikut kampanye semua OPP menunjukkan betapa besarnya aspek emosi ini. Hari ini mereka ikut PPP, besok ikut Golkar, dan lusa ikut PDI, adalah pertanda bahwa mereka kampanye hanya buat hurahura. Mereka ikut bukan karena tertarik dengan program partai. Bahkan bila ditanya tentang program partai, kemungkinan besar mereka tidak tahu. Kampanye yang demikian memiliki sisi negatif yang lain. Ia akan memberi peluang yang besar bagi para calon kriminal dan residivis untuk melakukan tindak kejahatan. Pemerasan, perampokan, dan penusukan yang muncul dalam kampanye kali ini adalah peluang yang disediakan oleh kampanye kali ini. Tidak ada orang yang berani melarang tindakan yang demikian, karena ketakutan akan massa yang begitu besar. Tentu saja kampanye model demikian memiliki sisi positif. Masyarakat yang jarang punya peluang untuk menyaksikan arakarakan kini memperoleh peluang tersebut. Tampaknya, hiburan ini sangat diminati oleh masyarakat. Buktinya adalah padatnya para penonton kampanye yang ikut menyaksikan parade ini. Sisi lain adalah tersedianya peluang bagi kaum muda untuk melampiaskan kekesalannya. Kekesalan kaum muda yang terus menumpuk tanpa ada penyaluran akan lebih membahayakan kestabilan negara. Larangan terhadap pesta jalanan seperti yang terjadi di Yogyakarta akan menimbulkan kemarahan. Gerakan spontanitas menurunkan bendera OPP adalah pertanda betapa besarnya arti pesta jalanan bagi OPP, khususnya bagi kaum muda. Namun, haruskah pesta jalanan ini dibiarkan terus? Jawabannya tentu saja tidak. Sudah saatnya pesta demikian dikurangi waktunya. Seminggu mungkin sudah cukup. Pengalaman sejauh ini menunjukkan bahwa semakin lama masa kampanye semakin banyak korban. Sisa waktu kampanye lainnya dicurahkan pada debat lewat gelas kaca atau media lainnya. Selain itu, sudah saatnya program partai yang bersifat permanen dikomunikasikan kepada masyarakat tidak hanya dalam musim kampanye. Dosen UGM dan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus