Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Kemosabi

28 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

John Reid : I'm not a savage!
Tonto : You are not a man.

Seorang lelaki bertopeng, berpakaian putih bertopi putih dan menaiki seekor kuda yang putih pula, menempuh keluasan Texas dan masuk ke dunia saya diam-diam. Dalam bentuk komik. Ketika itu saya masih di sekolah dasar. Tokoh itu, The Lone Ranger, sering saya temukan di salah satu lembaran koran bekas dari Amerika yang terlontar ke kota kecil kami sebagai bahan impor untuk pembungkus.

Saya belum mengerti bahasa Inggris, dan tak tahu tentang isi cerita bergambar itu. Beberapa tahun kemudian saya baru mengerti, ini kisah kepahlawanan John Reid, ciptaan Fran ­Striker dan George W. Trendle. Tentu sang pahlawan melawan para penjahat, seperti umumnya jagoan cerita Western. Yang khas pada Reid: ia menyamar. Ia hanya dikenal sebagai "The Lone Ranger". Dan ia punya sahabat sejati bernama Tonto, seorang Indian.

Saya juga baru kemudian tahu dari mana Tonto muncul. The Lone Ranger diproduksi pada 1933, bukan dalam bentuk komik, melainkan sandiwara radio di Studio WXYZ di Detroit. Agar sang tokoh utama tak terus-menerus omong sendirian, ia perlu teman. Pada episode ke-11, Tonto diciptakan—tanpa dipikirkan matang-matang tampaknya, sebab dari Studio WXYZ ada dua versi tentang kenapa ia jadi pendamping John Reid.

Yang pertama dikisahkan dalam siaran 7 Desember 1938: Tonto terluka ketika sebuah tambang emas diledakkan penjahat. Ia sengaja tak dibunuh agar bisa dituduh sebagai pelakunya. Tapi Reid menyelamatkannya.

Versi kedua, ketika cerita ini mulai jadi seri televisi: justru Tonto yang berjasa. Lima orang anggota Texas Ranger dijebak bandit Butch Cavendish. Hanya Reid yang hidup. Tonto, yang kebetulan menyaksikan pembantaian itu, menolongnya. Kata yang empunya cerita, orang Indian ini mengenali kembali Reid. Dulu, ketika mereka berdua masih anak-anak, Reid pernah menyelamatkannya. Sejak itu Tonto menyebutnya "Kemosabi". Menurut versi sandiwara radio, kata itu dalam bahasa suku Tonto berarti "teman setia". Menurut versi serial televisi, "kemosabi" berarti "pemandu yang tepercaya".

Menarik bahwa dalam versi film tahun 2013 kata itu oleh Tonto (diperankan Johnny Depp) justru diartikan sebagai "teman yang keliru".

Film, komik, legenda—bahkan teks-teks sakral—bisa diulang, bisa diberi versi baru, atau sekadar dibaca lagi. Tapi tiap kali ia berubah. Manusia, dalam ruang dan waktu, tak bisa kembali persis ke situasi yang telah lewat—juga dalam tafsirnya. Tonto dari tahun 1930-an adalah Tonto dari masa ketika mayoritas orang Amerika memandang orang kulit merah sebagai manusia sezaman yang hidup di waktu yang berbeda—di masa yang seharusnya sudah lampau. Kata "primitif", "biadab" (savage), atau "terkebelakang" datang dari sikap yang menampik ke-sama-an waktu itu.

Dalam Time and the Other, Johannes Fabian menyebut penampikan itu "a denial of coevalness". Anthropolog terkemuka itu mengemukakan satu kritik terhadap anthropologi zaman mutakhir. Fabian menunjukkan bahwa sejak abad ke-19 dalam anthropologi ada sejenis "politik waktu". Dalam chronopolitics itu mereka yang menguasai wacana memproyeksikan waktu sebagai ruang. Mereka letakkan manusia dan kebudayaannya dalam deret jenjang di ruang itu. Lalu mereka letakkan Tonto (dan manusia di luar Eropa modern) dalam sebuah jarak—dan jadi "yang-lain".

Tapi ada beberapa arti "yang-lain", yang dalam bahasa Inggris disebut the Other. "Yang-lain", yang "mereka", yang "bukan-kita" adalah Tonto dari zaman ketika ia dan bangsanya dihadirkan karena alasan praktis: untuk membebaskan The Lone Ranger yang berkulit putih itu dari kejemuan monolog.

Tapi ada yang berharga ketika cerita terjadi: dalam narasinya, pelan atau segera, "yang-lain" berubah jadi liyan. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, liya, yang berarti "lain", "berbeda". Namun dalam konteks yang berbeda, liyan bisa lebih dekat dengan "sesama". Misalnya dalam kalimat "Aja gawe sengsaraning liyan" ("jangan menyengsarakan sesama").

Walhasil, liyan tak bisa dipatok dalam identitas, tak dibicarakan dengan rumus a priori. Ia hidup dalam konteks dan proses. Ia hidup dalam kejadian.

Kejadian itulah yang membentuk narasi cerita. Dengan itu, Tonto yang semula hanya diniatkan buat mengisi kekosongan suara berkembang jadi orang yang mendengarkan dan didengarkan—dan dengan demikian ikut membentuk Reid. Mereka bersama-sama jadi unsur suspens cerita. Bahkan dalam versi film yang beredar tahun ini, disutradarai Gore Verbinski, Tonto adalah dasar cerita.

Film ini dimulai dengan adegan seorang bocah yang me­ngunjungi Pekan Raya San Francisco 1933. Ia bertemu dengan seorang tua dari suku Comanche; dialah Tonto. Dari mulut orang inilah, dari ingatannya, kisah The Lone Ranger tersusun.

Mungkin karena ini tahun 2013. Sementara dulu orang Indian adalah sosok yang hanya hadir sebagai gambaran orang kulit putih, kini kian sulit membicarakan bangsa yang sekarang disebut "bumiputra Amerika" itu in absentia. Kini Tonto dalam tubuh Johnny Depp bisa mengejek "kemosabi" sebagai "teman yang keliru". Ia bisa mengecam pretensi The Lone Ranger untuk beradab di Texas yang buas ("I am not a savage") sebagai kenaifan dan ke-satu-sisi-an. Kata-kata Tonto kepadanya, "You are not a man", bisa berarti "kamu tak jantan", tapi juga bisa berarti "kamu bukan manusia".

Tapi apa itu "manusia"? Manusia adalah Tonto. Ia liyan dan juga sesama. Kehadirannya saat ini bukan mewakili tafsir terakhir tentang dirinya. Ia tak bisa ada di luar différance. Maka cerita dan sejarah jadi hidup dan hidup jadi sejarah—dan saat, tempat, dan orang-orang pun berubah, dan yang beradab dan yang biadab (dan entah apa lagi) berganti-ganti.

Goenawan Mohamad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus