Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Menguji Makna Kata Baru

12 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahmad Sahidah *

Dalam kamus, para ahli bahasa menerakan makna pada sebuah lema atau leksem, yaitu satuan terkecil dari bahasa. Mereka mengurutkan sebuah kata beserta turunannya yang mempunyai makna tertentu menurut abjad, dari A sampai Z. Meskipun tidak sepenuhnya dijadikan sebagai pegangan yang umum dalam bahasa tulisan dan lisan, kamus dianggap penentu otoritatif terhadap makna kata. Tidak aneh, Kamus Cambridge menyertakan penjelasan di sampul berwarna oranye dengan Guides you to the meaning. Malah Oxford Dictionaries versi online menyelipkan slogan the world's most trusted dictionary.

Setiap bahasa mengandaikan kamus yang berwibawa, yang menjadi rujukan pemakainya dan orang asing yang ingin mempelajari bahasa tertentu. Di sini kita mengenal Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), orang Arab mempunyai Al-Munjid, dan masyarakat Inggris memiliki Oxford dan Cambridge. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, komunikasi, dan teknologi, kamus Inggris terus berbenah dengan menambah lema dan makna baru. Dulu, kata mouse hanya mengandaikan tikus, tapi hari ini kata tersebut adalah juga nama bagi alat yang berkaitan dengan komputer. Lalu mungkinkah makna sebuah kata di luar kamus-kamus resmi tersebut?

Bagaimanapun, kehadiran The Overt Dictionary di media sosial, Facebook dan Twitter, mengusik wibawa kamus resmi. Misalnya, dalam Cambridge, kata hari Valentine dimaknai sebagai 14 Februari, sebuah hari ketika Anda memberikan kartu Valentine kepada seseorang yang mempunyai hubungan romantis dengan Anda atau diinginkan untuk berhubungan romantis, tidak jauh berbeda dengan KBBI (2008: 484). Bandingkan dengan The Overt! Perayaan yang digandrungi oleh banyak remaja di seluruh dunia ditakrif sebagai usaha oleh perusahaan untuk menceritakan kepada Anda bagaimana mencintai, makan, dan ke mana Anda pergi. Dalam kicauan lain, kamus ini menerakan bahwa hari tersebut merupakan usaha kapitalisme untuk mendefinisikan dan membajak cinta manusia.

Dari pemerian makna di atas, jelas The Overt mempunyai sudut pandang tersendiri dalam memahami kata. Kalau kita hanya membaca satu pengertian lema di atas, mungkin siapa pun tidak bisa menerka sepenuhnya kedudukan ideologis kamus ini, betapapun pembaca bisa meramalkan bahwa ia menentang kapitalisme. Untuk itu, penelurusan takrif lain terhadap kata akan lebih jauh mengungkap politik linguistik dari kamus tersebut. Misalnya, untuk minyak yang diartikan tidak lebih dari hasil bumi dalam banyak kamus, The Overt menyebutnya darah kapitalisme. Tak ayal, kata majemuk turunannya, industri minyak, dipahami sebagai industri yang mendorong ketegangan geopolitik untuk mengusir penduduk dari tanah yang mengandung minyak.

Rasa nyinyir kamus ini terhadap perusahaan besar hakikatnya menggambarkan ideologi Kiri yang ingin menjadikan sumber-sumber ekonomi dan alat-alat produksi sebagai milik negara. Mereka mempercayai bahwa nasionalisasi perusahaan yang terkait dengan hajat hidup orang banyak adalah jalan keluar dari pengisapan manusia atas manusia yang lain. McDonald's, yang di mata kita tidak lebih dari gerai makanan cepat saji, dipandang sebagai sebuah perusahaan yang melihat manusia dan sapi sebagai konsumen untuk meraih keuntungan. Tak hanya kepada perusahaan makanan, kamus ini juga memerikan makna media massa besar dengan nada sinis. CNN, Fox News, dan New Channels dianggap sebagai alat untuk meraup keuntungan. Malah perusahaan obat besar Pfizer, yang tidak terdapat dalam Kamus Cambridge, diartikan sebagai perusahaan yang melakukan eksperimen farmakoseutika berbahaya pada manusia di Afrika.

Mengingat ahli bahasa, seperti Benjamin Whorf dan Edward Saphir, menegaskan bahwa hubungan ujaran dan makna kata itu bersifat sewenang-wenang (arbitrary) dan kesepakatan pemakainya, kamus The Overt berpeluang bersaing dengan kamus-kamus yang telah mapan untuk mempengaruhi pandangan orang ramai tentang makna kata. Apalagi kamus ini belum diterbitkan dalam bentuk cetak. Namun kecenderungan anti-kemapanan pada kamus tersebut tentu menyulitkan dirinya untuk diakui oleh banyak pihak mengingat sudut pandang Kiri begitu kental dalam memaknai sebuah lema.

Akhirnya, berkaca pada The Overt Dictionary, mungkin kita bisa menghadirkan makna pada banyak kata, nama, dan jenama yang tidak lagi terpaku pada kamus. Monumen Nasional tidak hanya diterakan sebagai salah satu penanda Ibu Kota Jakarta, tapi juga tempat bernazar seorang politikus yang bersedia digantung apabila terbukti korupsi. Meskipun dalam KBBI hanya dijelaskan pengertian monumen sebagai bangunan atau tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dipelihara dan dilindungi oleh negara (KBBI, 2008: 928), kamus ini belum memasukkan Monumen Nasional sebagai entri. Siapa tahu kata majemuk dan maknanya yang baru tersebut akan diakui setelah benar-benar ada orang yang menggantung diri karena rasuah.

*) Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus