Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Berita Tempo Plus

Dari 'Ali Baba ke Alibaba

Nama perusahaan Alibaba diilhami oleh dongeng klasik Alibaba dan para penyamun. Mengapa bermasalah di Cina?

3 Februari 2021 | 00.00 WIB

Nama perusahaan Alibaba diilhami oleh dongeng klasik Alibaba dan para penyamun. Mengapa bermasalah di Cina?
Perbesar
Nama perusahaan Alibaba diilhami oleh dongeng klasik Alibaba dan para penyamun. Mengapa bermasalah di Cina?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Setelah sempat menghilang, Jack Ma akhirnya muncul di depan khalayak.

  • Nama perusahaan Alibaba diilhami oleh dongeng klasik Alibaba dan para penyamun.

  • Kesuksesan Alibaba didasari pada inovasi dan kebaikan, bukan retorika kebangsaan.

Seno Gumira Ajidarma
PanaJournal.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Setelah "menghilang" selama dua bulan, Jack Ma akhirnya muncul ke depan khalayak pada awal Januari lalu. Ia muncul untuk pertama kalinya sejak pemerintah Cina mengganjal penawaran saham perdana (IPO) Ant Group, anak perusahaan Alibaba, sebesar US$ 37 miliar dan menganjurkan agar "kelompok semut" itu menghentikan kegiatan. Pemerintah juga mengumumkan investigasi antitrust yang menyasar kepentingan bisnis sang taipan: apakah tidak berlangsung perilaku monopoli, antara lain dalam perjanjian kesepakatan eksklusif, yang melanggar regulasi pasar di negeri komunis itu. Menurut stasiun televisi yang didukung pemerintah, pendiri Alibaba tersebut berujar, "Setelah mempelajari dan berpikir," ia dan para koleganya, "lebih bertekad untuk mengabdikan diri kami kepada pendidikan dan kesejahteraan publik."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berita kecil The Economist pada 21 Januari 2021 itu menunjukkan manuver Jack Ma untuk menurunkan suhu. Tindakan pemerintah Cina memang dilakukan setelah Jack Ma berkomentar bahwa bank-bank pemerintah itu seperti balai pegadaian. Menjulangnya Alibaba sebagai perusahaan e-commerce terbesar di dunia, melampaui e-Bay dan Amazon digabung menjadi satu, agaknya dikhawatirkan pemerintah bakal mengguncang stabilitas finansial negeri tersebut.

Saya tidak akan masuk ke urusan bisnisnya, melainkan tertarik untuk memeriksa ideologi Jack Ma, sejauh terhubung dengan nama perusahaannya yang fenomenal: Alibaba. Kisah 'Ali Baba dan Empat Puluh Penyamun yang saya rujuk berasal dari edisi Bulaq (1835) yang hadir dalam bahasa Indonesia (Rahmani Astuti, 1997) melalui terjemahan bahasa Inggris oleh Husain Haddawy berdasarkan suntingan berbahasa Arab oleh Muhsin Mahdi. Dalam kisah ini, 'Ali Baba yang semula penggembala memang kemudian menjadi pedagang, tapi lebih tampil sebagai orang jujur yang beruntung daripada manusia yang bekerja keras. Namun kisah 'Ali Baba sebetulnya mengundang pertanyaan etis atas kejujurannya.

Pertama, ketika pulang membawa kantong-kantong berisi uang emas dan istrinya menduga apakah mungkin dia mencuri, 'Ali Baba menjawabnya, "... Aku bukan pencuri, kecuali kalau orang dianggap begitu karena mengambil barang-barang dari para pencuri." 'Ali Baba hanya menganggap dirinya beruntung ketika tak sengaja mendengar password pembuka gua harta karun. Tidak ada masalah moral ketika mencuri dari pencuri.

Kedua, 'Ali Baba memilih untuk diam-diam menjahit kembali dan menguburkan tubuh Qasim, kakaknya yang dibunuh dan dimutilasi para penyamun. Qasim tepergok berusaha mencuri harta karun mereka. Namun sikap 'Ali Baba untuk merahasiakan terdapatnya gua harta karun itu dilematis: dengan memilih untuk merahasiakan cara kematian kakaknya ataupun harta karun itu, ia mempertahankan keberuntungannya.

Ketiga, bagaimanakah bisa diterima bahwa 'Ali Baba mengubur-sembunyikan 37 mayat penyamun, yang masing-masing direbus minyak dalam 37 guci oleh perempuan pelayan Marjana, di halaman belakang rumahnya demi keamanannya sendiri selama kepala penyamun itu belum mati?

Kepala penyamun, yang kelak menyamar, akan mati ditusuk belati Marjana, yang mempersembahkan tarian dalam perjamuan di rumah 'Ali Baba. Bahwa Marjana merupakan otak yang menyelamatkan keberuntungan 'Ali Baba tidaklah menghindarkan kejujurannya dari pertanyaan etis pada kemudian hari sebagai pemegang rahasia gua harta karun.

Belum jelas versi 'Ali Baba yang dikenal Jack Ma. Ia disebut akrab dengan kisah-kisah seni perang klasik dan novel-novel wuxia (cerita silat), tempat yang lemah bisa mengalahkan yang kuat dengan otak. Haddawy menyebutkan bahwa Kisah Seribu Satu Malam (Alf Layla was Layla) berasal dari sumber etnis yang berbeda-beda, termasuk dari India, Persia, Arab, dan Cina.

Semua itu telah diadopsi peradaban Arab dari masa tertentu. Bermula dari tradisi lisan pada abad ke-9 dan melalui suatu proses jalin-menjalin lisan-tulisan mendapat bentuk tertulis pada paruh kedua abad ke-13, ketika pemerintahan Mamluk menguasai Mesir dan Suriah.

Versi Mamluk disebut Haddawy paling "asli", tapi yang beredar dalam bahasa Prancis pada abad ke-18 ternyata juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Sementara itu, terjemahan dari berbagai versi bahasa Inggris dari abad ke-19 yang penuh dengan "penyesuaian" atas Sinbad, Aladdin, dan 'Ali Baba tersebar ke seluruh dunia. Padahal ketiga cerita ini tidak termasuk yang dikisahkan Putri Syahrazad selama "seribu satu malam" kepada sang raja.

Dari Jack Ma, dalam Alibaba's World (Erisman, 2018), disebutkan bahwa ia memilih nama Alibaba, selain dikenal dunia, karena "membayangkan usaha-usaha kecil yang menyerukan mantra 'open sesame' untuk membuka pintu menuju berbagai harta karun dan peluang baru melalui Internet". Hal itu terjadi pada 1999. Pada 2003, dengan inspirasi dari situasi karantina akibat krisis SARS di Hangzhou, Alibaba meluncurkan situs Taobao.com, dan arti taobao adalah "pencarian harta karun".

Jadi, bukanlah sosok 'Ali Baba yang menjadi rujukan Jack Ma, melainkan keberadaan harta karun yang terkunci di dalam gua. Perjuangannya bukanlah menemukan "open sesame", "buka wijen", atau "shazam buka pintu", sebagai password atau mantra, melainkan pembukaan ruang-ruang usaha yang sama-sama menguntungkan grosir ataupun pengecer—yang bersedia membayar demi memastikan diri mereka bukanlah pencuri. Alibaba sendiri tidak ikut berbisnis, hanya menyediakan Taobao.com.

Dengan begitu, karena bukanlah 'Ali Baba yang dirujuk Jack Ma, apakah suatu perbandingan ideologis masih relevan? Saya kira bukanlah 'Ali Baba sebagai sosok, melainkan sebagai wacana, yang sebagai dongeng warisan dunia melampaui batas etnik dan nasional, terbandingkan dengan kedudukan Alibaba di Cina.

Disebutkan bahwa "kartu nasionalisme" sering menjadi senjata dalam persaingan internasional, terutama di dalam negeri, yang akan disesalkan para pelaku ekonomi pasar bebas. Namun, menurut Jack Ma, kompetisinya dengan eBay di dalam negeri tidak ada hubungannya dengan kebangsaan. Kesuksesan Alibaba didasari pada inovasi dan kebaikan, yakni peluang kerja bagi jutaan orang, bukan retorika kebangsaan.

Seberapa jauh pendapat ini dapat hidup dalam pemerintahan komunis Cina? Jika 'Ali Baba dalam dongeng yang kejujurannya dilematis, untuk tidak mengatakannya terkorupsi, diterima sebagai tradisi di seluruh dunia, Alibaba yang menumbuhkan pasar berdimensi global menjadi masalah di negerinya sendiri.

Apa yang disebut "kartu nasionalisme" memang biasa muncul ketika terdapat isu politik yang memunculkan sentimen dalam kompetisi yang tidak bisa dimenangi.

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus