Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pandemi Covid-19 memaksa kota dan kita beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Kota harus dikembangkan agar menjadi lebih hijau, lebih layak huni, dan lebih berkelanjutan.
Kota sedang hingga desa perlu dikembangkan dengan fasilitas modern setara kota besar.
Nirwono Joga
Pusat Studi Perkotaan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandemi Covid-19 memaksa kota dan kita beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kebijakan karantina wilayah dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mengubah kehidupan masyarakat. Kebiasaan baru membentuk cara hidup baru. Pola hidup bersih dan sehat menjadi keharusan baru dengan wajib memakai masker ke mana pun, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, serta menjauhi kerumunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di pelbagai belahan dunia, masyarakat menuntut para pengelola kota untuk mengubah cara merencanakan, membangun, dan mengelola kota. Mereka semakin khawatir terhadap kondisi kota yang terlalu padat, polusi udara yang kian buruk, dan pencemaran air yang mematikan. Kondisi lebih parah ditemukan di permukiman padat penduduk serta kumuh yang rentan dan menjadi kluster penyebaran Covid-19 karena fasilitas layanan publik yang sangat buruk.
Sementara itu, jarak rumah dengan fasilitas umum relatif jauh dan tersebar. Kala karantina wilayah, warga merasa terisolasi di kompleks permukiman. Saat PSBB pun mereka terpaksa menghabiskan waktu hanya untuk pergi ke toko/pasar guna membeli kebutuhan sehari-hari atau berolahraga di taman kota.
Pandemi Covid-19 mengingatkan kembali pentingnya hidup selaras dengan alam. Keberadaan taman lengkap dengan lapangan olahraga di sekitar perumahan yang bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki atau bersepeda semakin dibutuhkan. Taman di tengah kota dan permukiman menjadi oasis untuk melepaskan penat selama masa karantina ataupun PSBB.
Kesadaran bahwa Covid-19 benar-benar tidak akan pernah hilang dari kehidupan menyadarkan pentingnya arti kesehatan bagi kita dan kota. Sehat itu mahal. Maka, menjaga kesehatan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Virus corona merupakan ancaman nyata terhadap kehidupan kita. Selama tidak ada sistem proteksi terhadap ancaman virus, warga kelas menengah atas tetap pesimistis dan tidak siap menghadapi kenormalan baru. Sedangkan warga kelas menengah bawah, sebaliknya, merasa optimistis terhadap perubahan. Sekalipun penanganan virus belum terkendali, kelompok kedua ini antusias menjalani perubahan. Desakan ekonomi menyisihkan kekhawatiran mereka terhadap ancaman kesehatan dan kematian.
Meskipun kegiatan perkantoran (dan sekolah) kembali hidup dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, warga kota akan tetap mempertimbangkan untuk lebih banyak tinggal di dalam rumah dan bepergian untuk berbelanja atau berekreasi yang dekat dari tempat tinggal.
Budaya bekerja, belajar, belanja, dan beribadah di rumah akan terus berkembang seiring dengan dukungan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin memudahkan kegiatan mereka dari rumah. Dukungan jaringan Internet yang merata dan stabil serta pasokan listrik yang memadai dan terjangkau merupakan keharusan bagi kota.
Sejalan dengan pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) dan agenda baru perkotaan, hasil pembelajaran dari adanya wabah Covid-19 adalah kota harus dikembangkan menjadi layak huni (inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan) agar mampu bertahan menghadapi pandemi, bencana alam, ataupun perubahan iklim.
Dalam World Cities Report 2020: The Value of Sustainable Urbanization (UN Habitat, 2020), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendorong pemerintah di berbagai negara untuk mulai merencanakan dan mewujudkan kota yang lebih hijau, lebih layak huni, dan lebih berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Pemerintah kota didorong untuk memprioritaskan pembenahan/peremajaan kawasan permukiman padat yang masuk zona merah kluster penyebaran Covid-19. Program bedah rumah sehat didukung pembangunan jaringan infrastruktur (saluran air, pengolahan sampah, dan limbah) serta jaringan utilitas (air bersih, gas, dan listrik) harus dijalankan.
Warga kota semakin membutuhkan ruang terbuka hijau untuk berjalan-jalan, makan, bersosialisasi, dan berolahraga. Taman harus lebih diperbanyak dan tersebar merata ke daerah permukiman. Lahan terbengkalai dapat disulap menjadi taman. Trotoar diperlebar dan jalur sepeda dibangun di seluruh penjuru kota dan sekitar permukiman.
PBB juga mendesak pemerintah di berbagai negara untuk mengembangkan kota sedang, kota kecil, hingga desa menjadi layak huni dan berkelanjutan. Program revitalisasi desa dan pinggiran kota diharapkan mampu menambah infrastruktur serta memperbanyak lapangan pekerjaan baru. Kawasan itu perlu dilengkapi dengan fasilitas modern yang setara kota besar agar bisa pulih dan bangkit lebih cepat serta dapat berkembang lebih baik.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo