Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Pendidikan yang Membebaskan

Pendapat Presiden Joko Widodo bahwa harus ada link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan menjadikan lembaga pendidikan hanya sebagai penghasil tenaga kerja.

31 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memimpin rapat pimpinan perdana tingkat kementerian, 24 Oktober lalu. Dok twitter/kemendikbud

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat Presiden Joko Widodo bahwa harus ada link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan menjadikan lembaga pendidikan hanya sebagai penghasil tenaga kerja. Visi ini menghendaki lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan industri: sekolah hanya bertugas mencetak lulusan siap kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harus dipahami bahwa tujuan pendidikan tidak hanya untuk menjawab tantangan industri, tapi juga memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap manusia agar bisa berperan dalam masyarakat sesuai dengan potensi dan perannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tugas utama Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bukanlah menyiapkan sumber daya manusia siap kerja. Ia juga hendaknya tak sekadar mewujudkan link and match antara pendidikan dan industri seperti harapan Presiden Joko Widodo.

Presiden selayaknya membuang jauh-jauh pandangan yang memposisikan pendidikan sebagai lembaga pelatihan yang mencetak tenaga-tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pendidikan harus menjadi tempat bagi anak agar bisa mengembangkan potensi dirinya dengan gembira. Pendidikan merupakan sarana mengoptimalkan nilai-nilai kebaikan dalam diri setiap individu.

Berlatar belakang profesional dan pebisnis digital, Nadiem diharapkan bisa melakukan pendekatan baru dan berbeda dalam strategi pendidikan. Namun kehadirannya bukan untuk membuat sekolah berbasis teknologi dan menghasilkan lulusan yang ahli teknologi. Selayaknya Nadiem membuat pendidikan yang mampu melahirkan individu yang inovatif, mampu merespons situasi sesuai dengan potensi dan ilmu yang dimilikinya, serta mampu beradaptasi dengan perubahan.

Kelemahan sistem pendidikan kita adalah lemahnya metode pengajaran dan absennya strategi mendasar untuk merumuskan pendidikan bagi semua orang. Sistem pendidikan kita juga buruk dalam hal interaksi guru-murid: absennya interaksi yang menyenangkan serta memacu daya kritis dan kreativitas. Sistem pendidikan kita juga cenderung menyeragamkan pikiran.

Menteri Pendidikan yang baru harus segera memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Sebagai langkah awal, dia harus berani mengubah kurikulum usang yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Ia juga harus mampu menciptakan pendidik berkualitas di semua jenjang dan memeratakan pendidikan.

Nadiem harus berani membebaskan pendidikan dari indoktrinasi yang menyeragamkan pikiran. Ia patut mendorong tumbuhnya nilai-nilai kebaikan setiap individu, keberagaman, dan sikap demokratis. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pelbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini-dari korupsi, narkotik, kemiskinan, intoleransi, hingga radikalisme-dapat diatasi salah satunya dengan memperbaiki pendidikan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus