Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendapat Presiden Joko Widodo bahwa harus ada link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan menjadikan lembaga pendidikan hanya sebagai penghasil tenaga kerja. Visi ini menghendaki lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan industri: sekolah hanya bertugas mencetak lulusan siap kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harus dipahami bahwa tujuan pendidikan tidak hanya untuk menjawab tantangan industri, tapi juga memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap manusia agar bisa berperan dalam masyarakat sesuai dengan potensi dan perannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tugas utama Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bukanlah menyiapkan sumber daya manusia siap kerja. Ia juga hendaknya tak sekadar mewujudkan link and match antara pendidikan dan industri seperti harapan Presiden Joko Widodo.
Presiden selayaknya membuang jauh-jauh pandangan yang memposisikan pendidikan sebagai lembaga pelatihan yang mencetak tenaga-tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pendidikan harus menjadi tempat bagi anak agar bisa mengembangkan potensi dirinya dengan gembira. Pendidikan merupakan sarana mengoptimalkan nilai-nilai kebaikan dalam diri setiap individu.
Berlatar belakang profesional dan pebisnis digital, Nadiem diharapkan bisa melakukan pendekatan baru dan berbeda dalam strategi pendidikan. Namun kehadirannya bukan untuk membuat sekolah berbasis teknologi dan menghasilkan lulusan yang ahli teknologi. Selayaknya Nadiem membuat pendidikan yang mampu melahirkan individu yang inovatif, mampu merespons situasi sesuai dengan potensi dan ilmu yang dimilikinya, serta mampu beradaptasi dengan perubahan.
Kelemahan sistem pendidikan kita adalah lemahnya metode pengajaran dan absennya strategi mendasar untuk merumuskan pendidikan bagi semua orang. Sistem pendidikan kita juga buruk dalam hal interaksi guru-murid: absennya interaksi yang menyenangkan serta memacu daya kritis dan kreativitas. Sistem pendidikan kita juga cenderung menyeragamkan pikiran.
Menteri Pendidikan yang baru harus segera memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Sebagai langkah awal, dia harus berani mengubah kurikulum usang yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Ia juga harus mampu menciptakan pendidik berkualitas di semua jenjang dan memeratakan pendidikan.
Nadiem harus berani membebaskan pendidikan dari indoktrinasi yang menyeragamkan pikiran. Ia patut mendorong tumbuhnya nilai-nilai kebaikan setiap individu, keberagaman, dan sikap demokratis. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pelbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini-dari korupsi, narkotik, kemiskinan, intoleransi, hingga radikalisme-dapat diatasi salah satunya dengan memperbaiki pendidikan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo