Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pertamina: dan "kue nasional"

Tanggapan atas pendapat fuad hussein yang membandingkan pertamina dengan pn garam, pjka yang selalu rugi. pertamina banyak memberikan sumbangan. sebaik nya pertamina setorkan saja labanya ke bi. (kom)

29 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SEKTOR minyak itu siapa?" tany Sdr. Fuad Hussein (TEMPO, 13 Maret 1976). Sdr. Fuad mestinya tahu bahwa juga tidak tepat kalau "sektor minyak itu diganti dengan "sektor Pertamina macam yang anda maui untuk menyebutnya dalam Anggaran Belanja Negara misalnya. Kenapa tidak disebut "sektor Caltex" saja misalnya, yang menghasilkan 80% lebih produksi minyak itu? Yang sungguh-sungguh dari sumur Pertamina berapa prosen sih'? Anda bandingkan dengan PN lain, ya tidak logis dong. Untuk US$ 12,65 per barrel dengan harga pokok US$ 2 termasuk in efficiencynya -- kabarnya cuma US$ 1 per barrel -- tidakkah berarti ini 'duit nyembur" sendiri dari tanah liwat tangan para kontraktor asing'?. Uang mana anehnya, kok tidak dari dulu disetor langsung saja ke BI. Anda menyebut PJKA, PN Garam dan Perkebunan rugi terus. Memang mereka monopoli. Bisakah anda bayangkan kalau tarif PJKA dinaikkan semaunya buat rakyat kecil (atau harga garam "disesuaikan") bisa-bisa selamanya tak pernah setetes pun memerlukan minyak seperti di Lembah Baliem dus modal dan komoditi lemah dalam pasaran Internasional? Belum lagi saingan swasta domestik maupun asing yang unggul ketrampilan dan modal. Orang bukannya mau menyalahkan setelah habis masa jaya minyak. Peringatan cukup dari dulu: ex Dirut anda itu sudah pernah ditantang Mochtar Lubis ke Pengadilan dengan bukti-bukti yang ada padanya. Kalau tahu diri mestinya mundur saja dari dulu. Masih banyak orang yang bisa juga berjasa kalau hanya untuk duduk sebagai pucuk pimpinan perusahaan yang begitu monopoli dan kuat. Pasal sumbangan Pertamina? Bukankah yang benar, mesjid/gereja itu dibangun oleh Dept. Agama? Jalan, jembatan, rumah-rumah oleh PUTL? Pelablhan udara/laut, penerbangan, travel bureau, perkapalan, oleh Dept. Perhubungan? Rice Estate oleh Dept. Pertanian'? Pupuk, petro kimia, baja, oleh Dept. Perindustrian? Dan seterusnya? Caranya: dengan menyetor dengan benar hasil modal kekayaan Negara yang dipisahlian itu kembali kepada Negara nanti baru dianggarkan. Jadi bukannya dibangun sendiri dengan nama "sumbangan". Anda bisa bayangkan kalau tiap PN berlaku serupa. Apa tidak kacau? Anda sudah tahukan bahwa "sumbangan Pertamina" itupun banyak yang tidak sinkron dan ada yang tabrakan dengan Pelita? Sungguh, tadinya kami menantikan berita pengguntingan pita pabrik tempe dan pabrik panci dengan cap kuda laut. Selesai atau tidak bukan soal, pokoknya anggarannya habis dulu. Sayang ada perkembangan baru. Dan ini pula rupanya dasar jalan pemikiran ex Dirut anda: "kue nasional"itu tak usah ribut-ribut mau dibagi dulu. Sebab orang Indonesia itu baik hati, jadi tunggu kebaikan hati golongan kecil yang sudah kebagian "kue nasional" itu secara menyolok. Saking baik hatinya, tak peduli uang dari mana sumbangkan dulu kanan-kiri. M.A. RAUF Jl. Kebon Kacang IX/I9 Pav. Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus