Belum pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa TEMPO dapat menyajikan resensi musik begitu meyakinkan (TEMPO, 10 November 1990, Musik). Memang kedua penulisnya, Suka Hardjana dan Iravati M. Sidiarso, adalah pakar musik. Namun, kali ini tampaknya mereka sangat bebas menulis ulasan mereka. Mudah-mudahan nada kebebasan ini tidak terbatas pada penilaian musisi luar negeri, tapi juga berlaku pada musisi dalam negeri demi peningkatan performance. Pada 2-3 November 1990, secara sadar saya memilih resital piano Olivier Cazal karena keutuhan programnya. Sedangkan program New York Symphony Ensemble (NYSE), bagi saya, memberi kesan bahwa saya tidak mungkin menikmati musik mereka karena tidak ada konsep jelas mengenai penyusunannya. Dalam hal ini, Suka Hardjana tampaknya peka sekali terhadap keseimbangan keseluruhan konser NYSE. Segi ini patut diperhatikan oleh penyelenggara. Mudah-mudahan pada kesempatan lain, mereka sempat memperhitungkan keseimbangan programnya. Jadi, jangan buru-buru terpukau dengan "New York"-nya. Lain halnya dengan Cazal, yang bukan ensamble tapi satu orang saja. Tampaknya, program yang terdiri atas empat karya utama telah ditimbang masak-masak. Pada umumnya seorang pianis hanya menyuguhkan satu atau dua karya utama dalam satu resital. Menampilkan empat karya utama dalam satu pergelaran adalah terlalu berat. Ini tidak hanya berlaku pada pendengar, tapi juga bagi musikus. Terus terang, saya agak takut menghadapi resital Cazal. Herannya, Cazal bermain bagus sekali sepanjang malam. Pianissimo terlembut terdengar di deretan kursi terakhir, dan fortissimo bergelegar dengan indah. Namun, di atas segalanya itu, pengertian dan pengendalian masihlah yang membuat Cazal "satu di antara sejuta". S. HARMONO Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini