Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Roh kain dan kehidupan beragama

Bulan juli, 44 anggota dewan gereja-gereja indonesia me- ngadakan pertemuan ekumenis di salatiga. dalam usaha penyebaran agama selalu mengulang cerita kebencian kain terhadap habil untuk menghormati tuhan.

10 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA sudah genap masanya, Tuhan pun lalu menghembuskan Rohnya untuk menghidupkan sebentuk tanah lempung buatan tanganNya sendiri. Kemudian Adam menghela nafas panjang sebagai tanda kelegaan, karena sudah dibebaskan dari alam benda-benda. Ia menjadi makhluk yang lepas dan utuh. Tak berapa lama ia pun merasa kesepian, sehingga Tuhan turun tangan lagi untuk mencipta Hawa dari tulang rusuknya. Semuanya nampak baik. Dan mulai saat itu gumpalan benda-benda, gerak dan waktu, mulai mencair menjadi suasana sejarah yang hidup. Namun sewaktu Kain dan Habil diperanakkan, pembubuhan roh atas mereka punya cerita yang agak lain. Dapat dikatakan, roh yang mereka warisi merupakan perpaduan yang tak teruraikan antara nafsu untuk hidup dan sekaligus nafsu untuk menghabisi hidup. Kain membunuh Habil. Rohnya adalah campuran kompleks antara cinta kasih dan dorongan nekropilis, antara pengabdian kepada Tuhan dan niat jahat. Sementara itu Tuhan tidak tinggal diam. Ia terus-menerus mencipta dan berkata-kata melalui para utusanNya. Baik dalam nafas keagamaan maupun tidak -- agar manusia dan sejarahnya tetap bertahan pada kehidupan, tetap bertumbuh serta tidak saling mematikan diri sendiri. Pesan para nabi adalah pesan yang kreatif, pesan mengenai kehidupan, khususnya ketika umat yang mereka hadapi mengalami kekacauan orientasi yang dapat membawa mereka ke arah bencana. Riwayat mengenai Yesus anak Maria adalah salah satu contoh. Tukang kayu yang sejak kecil membantu bapaknya ini suatu kali menyadari panggilan hidupnya di tengah bangsa yang kehilangan orientasi. Maka iapun berbicara mengenai Kerajaan Allah yang bakal tiba, di mana damai dan scjahtera dipenuhi. Dari titik pengharapan ini muncullah suatu persekutuan agama yang hidup dalam orientasi kpada kedatangan Kerajaan tersebut Mereka berkumpul untuk merayakan hari-hari baik mereka. Mereka merasa dipenuhi oleh sejenis roh yang memberi kegairahan hidup, kecintaan kepada hidup. Mereka percaya dan mengalami hikmah serta manfaat arah hidup mereka yang baru. Pendeknya sebagaimana pengalaman Adam yang lepas dari alam benda-benda. mereka mengalami pula kelahiran kembali dari alam kemanusiaan yang lama. Khabar yang membebaskan itu telah memberi dasar yang kokoh untuk meneruskan hidup, khususnya bagi bangsa Yahudi yang waktu itu menghadapi banyak soal yang pelik. Di fihak lain bisa juga menimbulkan banyak kontroversi. Sebab sejak Adam jatuh ke dalam dosa, kemurnian setiap berita perlu diperiksa dan ditimbang-timbang apakah memang dari Tuhan asalnya. Artinya apakah memang memberi daya yang menghidupkan atau tidak. Dilema dalam kehidupan beragama berpusat dalam pengalaman untuk mempertimbangkan pokok ini. Ketika orang-orang Barat yang suka mencari pengalaman-pengalaman baru itu membawa agama Kristen ke kepulauan Nusantara, penyebaran Kristen merupakan campuran aneh antara roh yang membelenggu dan roh yang melepaskan. Penyebaran agama merupakan acuan aktifitas yang sulit difahami: antara roh penjajahan dan kerelaan mengorbankan diri, antara roh merusak dan roh yang penuh kesediaan untuk membina kehidupan lebih layak. Apakah pada peristiwa seperti ini kehidupan beragama, khususnya penyiaran agama, tidak perlu difikirkan secara kritis? Apakah ambivalensi kehidupan beragama sama dengan ambivalensi tokoh Kain, yaitu ingin menghormati Tuhan dengan jalan membunuh adiknya? Demikianlah gereja-gereja Protestan di Indonesia telah lahir dari kandungan yang cukup pelik, sepelik genesis dari riwayat anak-anak Adam itu. Pertanyaan yang ada ia]ah: apakah usaha penyebaran agama tiap kali harus mengulangi tema cerita yang mengungkapkan kebencian Kain terhadap Habil, justru karena ia mau mempersembahkan korban sukurnya ke hadirat Tuhan? Penyebaran agama di masa lampau, dengan segala perang suci yang telah terjadi, mpaknya memang telah mencapai satu titik di mana pergumulan untuk membedakan roh-roh yang ada sempat terhenti. Pada waktu itu ternyata agama juga tak mampu menguji rohnya sendiri. Tak mampu mempertimbangkan dirinya sendiri. Roh yang menghidupkan Adam telah menjadi roh keagamaan yang mengilhami tindakan-tindakan Kain. Pertemuan ekumenis seperti yang terjadi bulan Juli ini di Salatiga, di mana 44 anggota Dewan Gereja-gereja di Indonesia bertemu, mungkin perlu memperhatikan soal ini. Apakah protestantisme hanya akan menambah corak kehidupan keagamaan di republik ini, atau akan menjadi persekutuan yang hidup di dalam Roh yang menghidupkan. Kecenderungan untuk menjadi bidat memang cukup kuat di kalangan gereja-gereja Protestan, sesuai dengan tradisinya yang bebas. Roh bidat yang bersemangat memisahkan diri dari kesibukan asasi dalam kehidupan bermasyarakat ini, sering dibarengi semangat menyebarkan agama dengan kecemburuan seperti Kain dan dengan kemunafikan seperti para penjajah beragama di masa lampau. Seberapa jauh pertemuan ekumenis yang mahal itu mampu mempersoalkan persoalan asasi mengenai kehidupan dan kemanusiaan, akan menjadi pertanda sampai di mana pula daya hidup roh protestantisme di negeri ini. Sebuah sidang raya tentu saja tak akan terlalu asli. Ritus-ritus simbolis dan upacara-upacara akan lebih banyak terjadi. Tetapi selagi roh yang didukungnya adalah roh yang sejak berabad-abad belum juga mati, nampaknya tanda-tanda kehidupan sudah berlangsung dalam sejarahnya sendiri, betapapun lemahnya dikatakan atau tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus