Memang benar yang ditulis Dr. Abiyoso (TEMPO, 5 Juni, Komentar) bahwa kaum keturunan Yahudi, terutama yang berada di Amerika Utara dan Eropa, mempunyai sikap positif terhadap konflik etnis yang terjadi di banyak bagian dunia saat ini. Bahkan, mereka bersikap sangat kritis terhadap kebijaksanaan pemerintah Israel dalam menangani masalah Palestina. Mereka mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan kaum ekstremis neo- Nazi Jerman terhadap orang-orang Turki. Mereka juga mengecam pembersihan etnis dalam perang saudara di Bosnia. Baru-baru ini, seorang pengusaha Inggris keturunan Yahudi menyumbangkan uang pribadinya sebesar US$ 50 juta untuk para korban perang di Bosnia. George Soros, yang bergerak di bidang perdagangan emas, mata uang, dan real estate, lebih tergerak hatinya untuk membantu korban pembersihan etnis di Bosnia ketimbang menyumbangkan uangnya kepada pemerintah Israel. Soros, beragama Yahudi, secara gamblang memberikan contoh bahwa komitmen terhadap kemanusiaan dan sikap kritis objektif haruslah menjadi modal utama dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Dengan demikian, orang akan melihatmasalah Bosnia, misalnya, bukanlah sebagai suatu masalah yang berkaitan dengan (perang) agama. Sebelum terjadi konflik, rakyat Bosnia dari berbagai etnis hidup berdampingan secara damai. Bahkan, perkawinan campuran mencapai 40% (''The World This Week'', ITV, 3 Juli 1993). Perang saudara yang terjadi itu merupakan keberhasilan tokoh- tokoh komunis (terutama orang Serbia di Bosnia) dalam memanipulasi keyakinan agama rakyatnya guna melampiaskan ambisi teritorialnya. Meskipun demikian, kerukunan beragama masih bisa ditunjukkan oleh rakyat di daerah bekas Yugoslavia di luar Bosnia. Perlu dicatat, sampai saat ini, pusat Islam dengan mesjid terbesar di bekas Yugoslavia ada di Zagreb, ibu kota Republik Kroasia yang Katolik, negara tempat jumlah terbesar pengungsi Bosnia berada. LUDWINA E. MAKS 76 High Point Richmond Hill Road, Birmingham B 15 3 RSEngland, Great Britain
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini